Terdampak Korona, Pemulihan Ekonomi Australia Butuh Waktu Lama
Meski sejauh ini sukses menghentikan pandemi Covid-19, Australia diperkirakan butuh waktu memulihkan ekonominya. Terdapat tiga sektor penggerak utama ekonomi negara itu, yakni pariwisata, pendidikan, dan keimigrasian.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SYDNEY, SENIN — Pandemi Covid-19 menjadi pukulan hebat melebihi akibat dari krisis keuangan global bagi negara-negara di dunia, tidak terkecuali Australia. Covid-19 secara tiba-tiba mengakhiri rekor pertumbuhan dan memicu resesi mendalam bagi negara itu.
Sejauh ini, Australia sukses dalam menghentikan pandemi itu secara langsung. Namun, Australia diperkirakan butuh waktu untuk memulihkan ekonomi dengan tiga sektor penggerak utamanya, yakni pariwisata, pendidikan, dan keimigrasian.
Fiona Gulin masih berusia 18 ketika resesi terakhir menghantam Australia pada awal 1990-an. Saat itu, ia berhasil mempertahankan pekerjaan paruh waktu di sebuah publikasi musik sebelum beralih ke pekerjaan penuh waktu dan karier yang menggiurkan di industri hiburan. Namun, kali ini, dia kurang beruntung. ”Saya sangat terpukul dalam resesi ini,” kata Gulin.
Gulin pada April lalu diberhentikan dari pekerjaannya sebagai Direktur Pemasaran Stadion ANZ di Sydney. Kondisi itu pun mendorongnya keluar dari rumah sewaannya di kota itu dan pulang kampung ke Melbourne. Gulin adalah satu di antara ratusan ribu warga yang kehilangan mata pencarian mereka dalam sekejap di Australia.
Pandemi Covid-19 memang mengakibatkan Australia menderita resesi pertama dalam 30 tahun dan tingkat pengangguran mencapai level tertinggi dalam kurun waktu 19 tahun, di angka 7,1 persen. Meskipun ekonomi Australia termasuk dalam jajaran pertama negara yang membuka kembali wilayahnya pasca-penutupan wilayah, akibat penutupan itu tetap terasa.
Ekonomi negara itu terkontraksi 0,3 persen pada triwulan I-2020. Ancaman gelombang kedua Covid-19 pun dapat meningkatkan risiko pemulihannya.
Data menunjukkan, kaum perempuan terpukul akibat pandemi di negara itu. Tingkat pengangguran bagi kaum perempuan yang mencari pekerjaan penuh melonjak menjadi 8,3 persen pada Mei dari 5,4 persen pada Februari, tepat sebelum kebijakan penutupan wilayah diberlakukan.
Jumlah pengangguran kaum perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi sama yang menimpa kaum laki-laki. Pengangguran di kalangan laki-laki pada Mei di angka 7 persen, naik dari 4,8 persen pada Februari.
Selama masa pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya, Australia bertransformasi menjadi sebuah negara dengan ekonomi terbuka. Jasa layanan menjadi panglima seiring meroketnya jumlah kunjungan wisatawan yang dimotori turis asal China.
Sektor jasa dan layanan berkontribusi lebih besar dari sumbangan komoditas dan juga mengurangi banyak kemampuan manufaktur negara itu.
Selama masa pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya, Australia bertransformasi menjadi sebuah negara dengan ekonomi terbuka. Jasa layanan menjadi panglima seiring meroketnya jumlah kunjungan yang dimotori turis China.
Sektor jasa menyumbang hampir dua pertiga dari hasil keseluruhan ekonomi tahunan Australia senilai 2 triliun dollar Australia (1,4 triliun dollar AS). Namun, kondisi saat ini tentu menjadi sangat rentan seiring dilakukannya penutupan perbatasan nasional dan langkah-langkah jarak sosial untuk menjinakkan pandemi.
”Ekonomi yang bergantung pada pariwisata adalah yang paling kita khawatirkan,” kata Kepala Ekonom Global Citi Catherine Mann.
Mann melihat rebound atau pembalikan arah dalam bentuk pemulihan berbentuk huruf V atau berlangsung cepat untuk manufaktur secara umum. Namun, hal itu diperkirakan sulit berlaku untuk sektor jasa atau konsumen.
”Ini benar-benar pemulihan berbentuk-L,” katanya, yang berarti perlu beberapa saat agar pertumbuhan pulih sepenuhnya. ”Apa yang hilang pada bagian awal tahun ini tidak akan pernah pulih dari sudut pandang pendapatan bagi sebuah perusahaan.”
Para pembuat kebijakan di Australia juga khawatir tentang jalan panjang menuju pemulihan ekonomi negara itu. Reserve Bank of Australia sebagai bank sentral telah berjanji untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada rekor rendah di level 0,25 persen sampai ada kemajuan dalam capaian target lapangan kerja dan inflasi.
”Kami akan berada di level suku bunga rendah untuk jangka waktu yang lama,” kata Gubernur bank sentral Philip Lowe pekan lalu, seraya menambahkan bahwa akan ada ”bayangan dari virus korona tipe baru itu selama beberapa tahun bagi perekonomian”.
Lowe melihat warga akan lebih menolak risiko sehingga mereka tidak ingin meminjam atau berutang dari bank. ”Di Australia, kami akan memiliki dinamika populasi yang lebih rendah,” kata Lowe.
Ia merujuk pada gagasan bahwa semakin sedikit orang asing yang memasuki negara itu maka akan menyebabkan permintaan konsumen yang lebih rendah dan pasar tenaga kerja yang lebih ketat.
Puja Basnet, siswa internasional dari Nepal, misalnya. Ia sedang mempertimbangkan kembali pilihannya untuk hidup di Australia setelah kehilangan pekerjaan paruh waktunya sebagai pelayan.
”Saya berada di rumah selama dua bulan tanpa pekerjaan, dan saya hampir kehabisan tabungan. Sebagai orang non-Australia, saya bahkan tidak memiliki akses ke Centrelink,” katanya, merujuk pada pembayaran kesejahteraan pemerintah.
Bagi orang seperti Basnet, masa depan bahkan lebih menantang karena lebih banyak orang sekarang mengantre dan bersaing ketat untuk setiap pekerjaan. Pemulihan berbentuk huruf L juga berarti tingkat pengangguran akan tetap lebih tinggi dalam kurun waktu yang lebih lama.
”Saya benar-benar khawatir tentang masa depan. Saya telah melamar 30-40 pekerjaan seminggu, tetapi tidak ada tanggapan,” kata Basnet. (REUTERS)