Mantan Pejabat Keamanan AS dan Tokoh Republikan Sokong Biden
Para mantan Presiden AS memang cenderung menjauhi politik praktis saat pensiun. Kondisi itu berbeda pada masa Donald Trump. Mereka mengkritik cara penanganan unjuk rasa oleh Trump,
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
WASHINGTON DC, RABU — Puluhan mantan pejabat keamanan nasional Amerika Serikat pada masa kepemimpinan tiga presiden Republikan membangun koalisi untuk mendukung calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden. Padahal, Republik merupakan penyokong petahana, Presiden Donald Trump.
Dalam laporan Reuters, Selasa (23/6/2020) menjelang tengah malam, disebutkan, dukungan terbaru diberikan para mantan pejabat keamanan yang pernah bekerja dalam pemerintahan tiga presiden Republikan. Kubu ini dipelopori John Bellinger, mantan Penasihat Keamanan Nasional era Presiden George W Bush, dan mantan Penasihat Kepala Staf FBI Ken Wainstein.
Mantan Penasihat Kebijakan Luar Negeri Presiden George HW Bush (1989-1993) dan Presiden George W Bush (2001-2009), Robert Blackwill, juga bergabung dengan kelompok itu. ”Trump berteman dengan diktator. Dia bahaya sejati,” kata seorang anggota kelompok itu.
Sejak 2016, George W Bush (Bush Jr) bersama Bellinger, Wainstein, dan Blackwill memang menentang Trump. Namun, Bush Jr memilih tidak menyokong siapa pun pada Pemilu AS 2016.
”Tidak heran orang yang memberi kita perang tanpa akhir dan menewaskan ribuan orang serta menyia-nyiakan triliunan dollar AS di Timur Tengah akan memihak penggemar perang seperti Joe Biden,” kata Direktur Komunikasi Tim Pemenangan Trump, Tim Murtaugh.
Murtaugh menyorot fakta bahwa Biden termasuk senator yang menyetujui invasi AS ke sejumlah negara pada 2002. Kala itu, AS dipimpin Bush Jr yang memerintahkan penyerbuan ke Afghanistan dan Irak. Sampai sekarang, AS masih terlibat dalam perang di dua negara itu.
Selama rangkaian unjuk rasa antidiskriminasi dan antirasialiasme di AS, Bush Jr secara terbuka menyatakan tidak setuju atas cara pemerintahan Trump menangani protes. Padahal, Bush Jr nyaris tidak berkomentar soal politik setelah pensiun pada 2009.
Para mantan Presiden AS memang cenderung menjauhi politik praktis saat pensiun. Kondisi itu berbeda pada masa Trump. Selain Bush Jr, Jimmy Carter dan Barack Obama juga mengkritik cara penanganan unjuk rasa oleh Trump.
Dukungan jenderal
Kritik juga disampaikan sejumlah pensiunan jenderal yang pernah jadi komandan dan panglima AS. Mereka antara lain Colin Powell dan James Mattis. Powell adalah mantan Menteri Luar Negeri dan Kepala Staf Gabungan AS. Sementara Mattis adalah mantan Menteri Pertahanan pada masa Trump.
Kepala Staf Gabungan pada masa Trump, Mark Milley, juga mengungkapkan penyesalan karena mengiringi Trump dari Gedung Putih ke salah satu gereja di Washington DC. ”Powell, Mattis, dan Milley. Mereka menguatkan dukungan kepada Biden,” kata salah seorang anggota kelompok Republikan penyokong Biden.
Bahkan, Powell telah secara terbuka menyatakan dukungan kepada Biden. Ia menyebut Trump pembohong dan menjauhi konstitusi.
”Saya sangat terganggu karena dia menghina orang di mana-mana. Dia menghina siapa pun yang berani berhadapan dengannya. Hal itu bahaya bagi demokrasi, negara kita. Saya kira kita menyaksikan protes terbesar yang pernah dilihat seumur hidup. Saya tidak bisa mendukung Trump,” ujarnya seraya menyatakan akan memilih Biden.
Sejumlah mantan anggota badan pemenangan pemilu Republikan juga akan menyokong Biden. Matt Borges, mantan ketua Republik di Ohio periode 2014-2017, telah membentuk kelompok penyokong Biden.
Mantan pejabat Menteri Keuangan AS Rosario Marin dan salah satu pejabat Kementerian Keuangan AS, Karen Kirksey, membentuk Alumni 43 untuk Biden. Kelompok itu fokus menggalang dana bagi Biden. Anggota kelompok itu pernah menjadi pejabat pada masa Bush Jr.
Anggpta kelompok itu antara lain terdiri dari penyumbang rutin Republikan sejak lebih dari 20 tahun lalu. Mereka mengaku tetap menjadi kader Republik meski menyokong Biden. Sebagian mengungkap ketidaknyamanan atas kebijakan Trump yang dinilai diskriminatif. (AP/REUTERS)