Pemerintah Kota Gutersloh mengumumkan penutupan sekolah mulai Kamis (18/6/2020) sampai waktu yang belum ditentukan. Sementara warga di berbagai penjuru kota diminta mengisolasi diri.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BERLIN, KAMIS — Jerman kembali menutup sekolah dan mendesak ribuan orang di kota Gutersloh mengisolasi diri. Tindakan itu dilakukan menyusul 400 pekerja rumah potong hewan di kota itu positif terinfeksi Covid-19.
Pemerintah Kota Gutersloh mengumumkan penutupan sekolah mulai Kamis (18/6/2020) sampai waktu yang belum ditentukan. Sementara warga di berbagai penjuru kota diminta mengisolasi diri.
Rumah potong itu memasok daging untuk perusahaan pengolahan daging terbesar di Jerman, Toennies. Insiden di Gutersloh membuat Toennies memeriksa pegawai di 19 rumah potong yang memasok daging untuk perusahaan itu. Sejauh ini, belum ditemukan ada pegawai yang terinfeksi di rumah potong lain.
Keputusan di Gutersloh diumumkan kala Jerman mulai melonggarkan pembatasan gerak yang diberlakukan sejak Maret 2020. Dalam pelonggaran, kegiatan yang menyulitkan jaga jarak dan pelacakan orang akan dilarang sampai akhir Oktober 2020. Meskipun demikian, unjuk rasa tidak dilarang.
Hingga Kamis, tercatat 190.179 infeksi Covid-19 di Jerman. Hampir empat kali lipat dari Swedia yang dinilai terlalu longgar dalam penanganan wabah ini. Stockholm tidak pernah memerintah isolasi warga maupun penutupan sekolah dan tempat usaha. Stockholm hanya melarang perkumpulan massa dalam jumlah besar dan warga mematuhi anjuran jaga jarak.
Swedia mencatat 54.562 infeksi dan 5.041 kematian akibat Covid-19. Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven mengatakan, kematian akibat Covid-19 di negaranya terus menurun. Ia juga merasa aneh atas keputusan Denmark, Norwegia, Eslandia, dan Finlandia yang belum membuka perbatasan untuk Swedia. Padahal, empat negara nordik itu sudah saling membuka perbatasan di antara mereka. Meskipun demikian, ia tetap menghormati keputusan tetangganya itu.
Sementara Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde mengatakan, Stockholm akan melonggarkan anjuran tidak bepergian ke 10 negara mulai 30 Juni 2020. Sebelumnya, warga Swedia dianjurkan tidak melawat ke banyak negara. Mulai pekan depan, warga Swedia diizinkan lagi melawat ke Yunani, Kroasia, Spanyol, Italia, Portugal, Slovenia, Perancis, Eslandia, Belgia, Swiss, dan Luksemburg.
Adapun untuk negara lain tetap dianjurkan tidak disambangi sampai setidaknya 31 Agustus 2020. ”Seperti keputusan sebelumnya, hal ini bukan karena penyebaran wabah, melainkan karena ketidakjelasan aturan karantina dan ketiadaan penerbangan, kereta, atau kapal yang memungkinkan anda pulang (dari luar negeri),” ujarnya.
Larangan Impor
Sementara dari Beijing dilaporkan, China melarang impor salmon dari Norwegia. Keputusan itu menyusul kluster baru Covid-19 yang berasal dari pasar induk Xinfadi. ”Kami tidak bisa mengirim salmon ke China,” kata Regin Jacobsen yang memimpin Bakkafrost, pemasok salmon dari Norwegia ke China.
Victoria Braathen dari Dewan Hasil Laut Norwegia menyatakan belum ada informasi dari otoritas China soal larangan impor salmon. ”Kami belum menghubungi otoritas lokal. Sepengetahuan kami, kondisi sekarang menyebabkan gangguan logistik pada salmon segar,” ujarnya.
China adalah pasar penting bagi ekspor salmon Norwegia. Hampir 10.000 ton salmon dikirim dari Norwegia ke China sepanjang 2020.
Peneliti China mengumumkan hasil penelitian yang mengungkap genom SARS-CoV-2 di Xinfadi mirip dengan genom virus yang beredar di Eropa. Meski peneliti menekankan belum ada bukti virus itu bisa menginfeksi makhluk air, ada dugaan virus di Xinfadi menempel pada salmon yang diimpor dari Eropa.
Peneliti Eropa berusaha menyangkal klaim peneliti China soal genom SARS-CoV-2 di Xinfadi. ”Sulit menyatakan dengan pasti kecuali ada data soal keragaman virus di China. Sulit bagi saya memahami apa yang mereka (peneliti China) maksud dengan jenis Eropa. Hal yang kami lihat dari penyebaran global adalah virus beragam karena bersinggungan dengan banyak wilayah dan terus menyebar. Jadi, bila melihat yang sepertinya ’virus Eropa’, mungkin juga beredar di Asia,” kata Kepala Departemen Ilmu Virus pada Erasmus University Medical Centre di Rotterdam, Marion Koopmans. (AFP/REUTERS)