Pandemi Covid-19 betul-betul mengubah pandangan dan hubungan kita dengan jalanan, ruang terbuka, dan fasilitas umum. Ruang publik jadi urat nadi bagi kota dan penduduknya.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Sejak pandemi Covid-19 melanda, yang kemudian diikuti dengan kebijakan karantina, keberadaan ruang publik terasa semakin dibutuhkan di kota-kota dunia. Lama terkurung dalam rumah atau apartemen, warga segera berduyun-duyun keluar begitu kebijakan karantina dicabut.
Penjualan sepeda tiba-tiba melonjak. Taman-taman tak pernah sepi. Bahkan, trotoar pun ramai dengan pejalan kaki.
Kini, dengan makin banyaknya kota yang mulai membuka diri lagi setelah beberapa bulan karantina, warga mulai menganggap trotoar, lapangan, tempat parkir, bahkan jalanan, sebagai aset untuk memutar roda perekonomian lagi.
”Pandemi Covid-19 betul-betul mengubah pandangan dan hubungan kita dengan jalanan, ruang terbuka, dan fasilitas umum. Ruang publik jadi urat nadi bagi kota dan penduduknya,” kata Laura Petrella, Ketua Perencanaan, Keuangan, dan Ekonomi pada Badan PBB untuk Program Pemukiman Manusia (UN-Habitat).
Salah satu contoh kota yang kembali membuka diri adalah Braga, Portugal utara. Kota ini sudah membuka ruang publik, trotoar, taman, restoran, dan toko-toko. ”Ini harus dilakukan karena bisa mendorong pemulihan ekonomi,” kata Wali Kota Braga Ricardo Rio.
Penelitian Universitas Massachusetts, Amerika Serikat, menemukan, kegiatan-kegiatan di luar ruang kecil kemungkinan bisa menularkan virus dibandingkan dengan kegiatan di dalam ruangan. Berbekal keyakinan itu, Jeff Gigante, pemilik restoran Forbici Modern Italia di Tampa, Florida, AS, harus bertahan selama tujuh pekan hanya dengan penjualan makanan yang dibawa pulang.
Bahkan, ketika diperbolehkan untuk buka kembali pada awal Mei lalu, ia hanya bisa buka dengan kapasitas 25 persen. Ia terbantu dengan kebijakan darurat pemerintah yang kini memperbolehkan pemanfaatan ruang publik untuk tempat usaha.
Jalanan di depan Forbici ditutup sehingga Gigante boleh mendirikan tenda di depan restoran dengan 72 meja. ”Ini sangat membantu,” ujarnya.
Alih fungsi
Di sejumlah negara di dunia, ruang publik kini memegang peran baru yang penting. Seperti di Kisumu, Kenya, kata Petrella, otoritas lokal mengubah ruang publik menjadi pasar tiban terbuka.
Hal serupa dilakukan di Kalaw, Myanmar, yang menutup jalan agar warga dipastikan bisa menjaga jarak di pasar sayur. Sejumlah kota di dunia juga memperluas ruang publik untuk berjalan, lari, dan naik sepeda.
Diskusi mengenai ruang publik ini, kata Phil Myrick, Ketua Proyek Ruang Publik, lembaga swadaya masyarakat berbasis di Philadelphia, AS, mulai ramai karena adanya kebutuhan akan rekreasi dan pilihan tempat transit yang baru. Potensi pemanfaatan ruang publik sangat besar.
”Kita baru sadar ada trotoar dan ruang-ruang di jalan di depan setiap restoran, salon, penatu, dan toko yang bisa dimanfaatkan,” ujar Myrick.
Di negara-negara maju, ruang-ruang publik ini kurang dimanfaatkan, padahal di mana-mana sudah tersedia. Dengan lalu lintas yang tak lagi padat seperti biasanya, ruang-ruang publik itu bisa dimanfaatkan untuk mendorong toko dan restoran memperluas usahanya ke luar ruang.
Ide ini sudah dipraktikkan di Vilnius, ibu kota Lithuania. Otoritas kota mendorong warganya untuk memanfaatkan taman dan hutan kota demi kepentingan rekreasi selama masa pandemi.
”Tetapi, tetap ada saja yang kurang, yakni suasana kehidupan kota. Orang butuh ini,” kata Wali Kota Vilnius, Remigijus Simasius.
Untuk itu, semua toko dan restoran diperbolehkan memperluas usahanya ke lapangan bersejarah kota, taman, dan trotoar serta menutup jalanan untuk memberi ruang bagi usaha-usaha itu.
Sedikitnya 400 usaha sudah melakukan ini, kata Simasius, dan persaingan semakin ketat. Bahkan, pengelola kota harus memilih usaha apa yang boleh berbisnis dan lokasinya di mana. ”Suasana kota langsung berubah,” ujarnya.
Perubahan permanen
Sejumlah kota berusaha membuat perubahan ini permanen. Simasius mengaku akan tetap membiarkan jalanan ditutup dan kegiatan luar ruang diperbanyak. Hal yang sama akan dilakukan Braga, tetapi kemungkinan restoran dan pemilik toko harus membayar pajak karena memakai ruang publik untuk tempat usaha.
Dulu, membuka ruang publik untuk bar dan restoran tidak mudah. Direktur Eksekutif Otoritas Pengendalian Minuman Beralkohol Virginia, Travis G Hill, mengatakan pemanfaatan ruang luar dulu menjadi perdebatan karena orang bilang terlalu berisik dan mengganggu orang lain.
Namun, pandemi ini membalik semua asumsi itu. Kini orang lebih mau menerima kalau ruang publik dimanfaatkan dengan aturan yang jelas. Di Seattle, pemerintah mengumumkan akan permanen menutup jalan permukiman dan hanya boleh dilalui warga permukiman itu.
”Ini cara untuk meramaikan lagi taman-taman kota dan memberikan kesempatan warga untuk rekreasi,” kata Direktur Transportasi Kota Sam Zimbabwe.
Kini, kota juga tengah mengantisipasi prospek perubahan permintaan transportasi untuk masa depan. Ini contoh bentuk pendekatan yang bisa diambil saat memulihkan kota tahun depan. Kota harus pulih dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Banyak warga yang tidak sabar jalan ditutup permanen. ”Senang juga karena kita bisa menikmati jalan kaki dan naik sepeda tanpa rasa khawatir. Semakin banyak orang yang jalan kaki,” kata Michal Waldfogel (35), warga Seattle.
Penutupan jalan membawa energi baru bagi jalanan permukiman yang dulu sepi. Banyaknya orang yang bergerak membuat jalanan terasa lebih hidup. (REUTERS)