Cegah Gelombang Kedua Covid-19, China Memperluas Isolasi Wilayah
Pengurus partai komunis dan pejabat pasar Xinfadi di Beijing, China, diberhentikan. Mereka dianggap lalai sehingga kasus infeksi Covid-19 kembali melonjak.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
BEIJING, SELASA — Otoritas Beijing dan provinsi sekitarnya di China memperluas isolasi untuk mengendalikan laju infeksi Covid-19. Hampir 100.000 orang dikerahkan untuk melacak warga yang diduga terinfeksi karena mengunjungi Pasar Induk Xinfadi, Beijing selatan, titik awal penyebaran baru lokal.
Hingga Selasa (16/6/2020), 29 permukiman dan 2 pasar di Beijing diisolasi. Hampir 100 lokasi pemeriksaan dengan kapasitas hingga 90.000 spesimen per hari telah disebarkan ke seluruh Beijing, ibu kota negara berpenduduk 1,4 miliar jiwa.
Media resmi China, Xinhua,Global Times, dan People’s Daily melaporkan, semua taksi dilarang keluar Beijing dan layanan transportasi umum ke bandara dihentikan. Bus dari Tianjin, wilayah setingkat provinsi yang ditangani langsung oleh pemerintah pusat, dilarang melayani tujuan Beijing.
Pasar-pasar di Beijing, Hebei, Sinchuan, dan Shanghai diperiksa. Pejabat di tiga wilayah terakhir itu melaporkan, sejumlah warganya pernah ke Pasar Xinfadi. Hingga 200.000 orang diperkirakan mendatangi pasar itu saat kasus Covid-19 gelombang kedua ditemukan pertama kali pada pekan lalu.
Hingga Selasa, 9 dari 11 distrik yang telah diisolasi di Beijing memiliki infeksi baru Covid-19. Laporan paling banyak datang dari Distrik Fengtai, tempat Pasar Xinfadi berada.
”Sekarang saya khawatir berhubungan dengan orang lain, juga (khawatir) membeli makanan. Sebelumnya tidak seperti ini,” kata seorang ibu rumah tangga di Fengtai kepada Global Times.
Tahap kritis
Beijing juga meminta penduduk di 7.200 permukiman untuk waspada penuh. Beijing memasuki tahap kritis dalam tiga hari ke depan. Sebab, orang-orang yang terinfeksi diperkirakan akan mulai menunjukkan gejala terjangkit.
Pakar epidemi di Pusat Pengendalian Penyakit China, Wu Zunyou, memperkirakan Covid-19 merebak di Xinfadi pada akhir Mei. Hal itu berdasarkan pada fakta bahwa laporan perdana untuk kluster Xinfadi diterima pada 11 Juni 2020.
”Langkah di Beijing mangkus dan tepat waktu. Mereka yang mungkin terinfeksi akan menunjukkan gejala dalam dua hari mendatang. Jika jumlah infeksi baru tidak meningkat banyak, dapat disimpulkan penularan sudah stabil,” ujarnya.
Beijing kembali siaga penuh gara-gara sudah ditemukan hingga 109 infeksi baru dari penularan domestik hanya dalam sepekan ini. Hampir seluruhnya terkait Pasar Xinfadi.
Pasar seluas 107 hektar itu menjadi pusat pasokan pangan untuk Beijing, Shandong, Shanxi, Hebei, dan Liaoning. Sejumlah provinsi di utara Beijing juga mengambil barang dari sana.
Juru bicara Pemprov Beijing, Xi Hejian, mengatakan, pemeriksaan menguatkan dugaan lonjakan infeksi baru bermula dari Xinfadi. Namun, persisnya melekat atau bersumber dari barang apa belum dapat dipastikan.
Genom virus
Pakar biologi Universitas Wuhan, Yang Zhanqiu, meyakini, virus di Xinfadi berasal dari Eropa. Sebab, pemeriksaan genom virus pada pasien dari kluster Xinfadi menunjukkan kemiripan dengan virus SARS-CoV-2 di Eropa. Pengelola Pasar Xinfadi menyebutkan, virus terdeteksi di papan talenan yang dipakai untuk memotong ikan salmon impor.
Masalahnya, menurut Yang, hasil penelitian menunjukkan SARS-CoV-2 tidak menginfeksi makhluk air. Peluang salmon menjadi inang virus pada kasus Xinfadi relatif kecil. Namun, tetap ada peluang virus menempel di daging selama proses pengolahan sebelum terbawa ke China.
Temuan perbedaan virus di Wuhan dan Beijing, yang berkarakter lebih dekat ke virus di Eropa, akan menyulitkan pengembangan vaksin.
”Perbedaan genom virus menyebabkan vaksin kurang mangkus. Vaksin harus mangkus melawan virus di China ataupun Eropa. Hal itu menambah tantangan pengembangan vaksin,” kata Yang.
Gara-gara wabah itu, sejumlah pengurus partai komunis di Fengtai diberhentikan. Pemerintah juga memberhentikan kepala pasar Xinfadi, Zhang Yuelin, karena lonjakan infeksi baru itu. Mereka dianggap lalai sehingga infeksi kembali melonjak.
Bursa saham dan pasar valuta asing juga tertekan dalam perdagangan Selasa. Para pelaku pasar cemas dengan peluang China terhantam gelombang kedua Covid-19. (AP/REUTERS)