Pemutusan jalur komunikasi Korut-Korsel oleh Pyongyang memperlihatkan peran sentral Kim Yo Jong, saudara perempuan Pemimpin Korut Kim Jong Un, dalam pemerintahan dan pengambilan kebijakan di Korut.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
Selama beberapa tahun terakhir, posisi Kim Yo Jong, saudara perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, sebatas pada protokoler kenegaraan. Ia mendampingi Kim Jong Un dalam berbagai acara kenegaraan, termasuk kunjungan resmi ke negara lain. Selama itu pula, peran dan tanggung jawab Kim Yo Jong hanya sebatas memastikan persiapan kegiatan atau logistik bagi saudaranya berjalan lancar.
Namun, kini, di tengah situasi yang memanas antara Korea Utara dan Korea Selatan, Kim Yo Jong menampakkan fungsi dan peran sesungguhnya, yaitu menjadi pengambil kebijakan.
”Sebelum ini, Kim Yo Jong digambarkan di media pemerintah sebagai saudara perempuan Kim Jong Un. Dia adalah petugas protokolernya atau salah satu pejabat yang menyertainya. Kini, rakyat Korea Utara tahu dia memiliki peran yang lebih,” kata Rachel Minyoung Lee, analis intelijen Korea Utara pada Pemerintah Amerika Serikat, Rabu (10/6/2020).
Selain sebagai petugas protokoler, sebenarnya Kim Yo Jong juga telah bekerja pada badan propaganda Korea Utara selama beberapa tahun terakhir. Pemerintah AS telah memasukkan namanya ke dalam daftar pejabat senior Korut yang terkena sanksi terkait pelanggaran hak asasi manusia dan penyensoran yang dilakukan oleh pemerintahan Kim Jong Un.
Peran Kim Yo Jong di dalam pemerintahan, terutama sebagai pembuat kebijakan, mulai terasa ketika Kim Jong Un diberitakan mengalami gangguan kesehatan dan disebut-sebut harus menjalani operasi. Media milik Pemerintah Korut, KCNA, memuat pernyataan Kim Yo Jong untuk pertama kalinya pada Maret lalu ketika dia mengkritik Pemerintah Korea Selatan. Setelah itu, berturut-turut dia juga mengeluarkan pernyataan tentang Presiden Amerika Serikat.
Pernyataan terakhir Kim Yo Jong, yang dilansir KCNA, berkaitan dengan pemutusan 49 jalur komunikasi Korut-Korsel pada 4 Juni lalu. Dalam pernyataan yang dinilai para analis cenderung keras dan kasar, Kim Yo Jong menegaskan bahwa Pemerintah Korut akan melakukan tindakan keras terhadap Korsel jika pemerintahan Presiden Moon Jae-in tidak melakukan tindakan terhadap para pembelot Korut yang menyebar brosur dan material lainnya yang isinya menjelek-jelekkan Korut di perbatasan kedua negara.
Posisi Kim Yo Jong sekarang ini sangat penting dalam pemerintahan dan proses pengambilan kebijakan di Korut.
Dalam surat itu, Kim Yo Jong juga menyatakan akan mengambil kebijakan pemutusan kerja sama militer yang pernah ditandatangani kedua negara. Sebelumnya, ancaman pemutusan jalur komunikasi Korut-Korsel yang diumumkan Selasa (9/6/2020), juga sempat disinggung di dalam surat tersebut. Bukan sekadar ancaman kosong, hal itu pun dieksekusi oleh para pejabat pelaksana lapangan di Korut.
Rachel Minyoung Lee mengatakan, setiap pernyataan Kim Yo Jong memiliki gaya yang unik. Dalam setiap pernyataannya, menurut dia, Kim Yo Jong juga menunjukkan kecerdasannya dan posisinya yang kuat di pemerintahan Korut. ”Selain kata-kata kasar dan sarkasme, dalam pernyataannya, Kim bisa sedikit jenaka. Tampaknya dia memiliki banyak kelonggaran dalam proses pembuatan pernyataannya. Hal itu tentu saja tidak mengejutkan,” ujarnya.
Ketika media Pemerintah Korut mengumumkan keputusan untuk memutus jalur komunikasi antara negara tersebut dan Korsel, Kim Yo Jong dan Kim Yong Chol—orang lama dan salah satu pemikir garis keras—berupaya bersama untuk mengegolkan keputusan pemutusan hubungan itu di dalam sebuah rapat.
Michael Madden, analis pemerintahan Korea Utara dari lembaga Stimson Center, mengatakan bahwa dari hal tersebut dirinya melihat posisi Kim Yo Jong sekarang ini sangat penting dalam pemerintahan dan pengambilan kebijakan di Korut. ”Mereka jelas memiliki harapan dan harapan yang tinggi untuknya,” katanya.
Meski posisi itu belum membuat Kim Yo Jong akan mengambil alih kepemimpinan Korut jika terjadi sesuatu pada saudara laki-lakinya, posisi sekarang telah membuat dia menjadi salah satu penentu kebijakan yang sangat penting dan didengarkan oleh Kim Jong Un serta para pendukungnya, terutama di kalangan partai. (REUTERS)