Jumlah Kasus Infeksi Melonjak Selepas Pelonggaran Pembatasan
Hanya sebulan sejak pelonggaran, jumlah kasus infeksi Covid-19 di Pakistan melonjak 100 persen lebih. Ulama Pakistan menolak pembatasan gerak. Lonjakan kasus infeksi membuat Bangladesh memberlakukan pembatasan lagi.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
DHAKA, SELASA — India, Pakistan, dan Bangladesh dikhawatirkan menjadi pusat pandemi baru Covid-19. Jumlah kasus infeksi di tiga negara itu bertambah 159.216 hanya pada pekan pertama Juni 2020.
Hingga Senin (8/6/2020), tiga negara itu mencatat 442.729 kasus infeksi Covid-19. Juru bicara satuan tugas penanganan Covid-19 Bangladesh, Habibur Rahman Khan, mengatakan bahwa pembatasan jarak sosial akan kembali diberlakukan di Dhaka. ”Secara bertahap, kami akan menambah jumlah kota yang diisolasi,” ujarnya di Dhaka, sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP.
Bangladesh mengakhiri isolasi pada Mei. Pada 31 Mei 2020, Bangladesh mencatat 47.153 kasus infeksi atau bertambah 47.126 kasus infeksi dibandingkan saat isolasi dimulai pada 27 Maret 2020. Topan Amphan pada pekan ketiga Mei 2020 yang memicu banjir dan angin kencang menjadi salah satu faktor pendorong lonjakan infeksi. Selama topan melanda, pengungsi tinggal berdesakan di tempat penampungan.
Dhaka mulai melonggarkan pembatasan wilayah sejak pekan pertama Mei. Pelonggaran itu membuat orang kembali shalat berjemaah di masjid dan berkumpul di berbagai tempat umum.
Pelonggaran sejak awal Mei juga dilakukan Pakistan. Perdana Menteri Pakistan Imran Khan mengatakan, penanganan Covid-19 tidak bisa mengorbankan warga miskin. Ia memakai alasan itu karena banyak warga miskin kesulitan mendapat penghasilan selama pembatasan diberlakukan.
Mahkamah Agung Pakistan pada 17 Mei 2020 memutuskan Covid-19 bukan pandemi di Pakistan. Karena itu, tidak ada alasan untuk pembatasan gerak. Sejak keputusan itu dikeluarkan sampai 8 Juni 2020, Pakistan mencatatkan tambahan 63.520 kasus infeksi baru.
Sejumlah ulama di Pakistan juga menolak pembatasan gerak dan mengajak warga tetap memadati masjid. Dengan alasan rajin cuci tangan dan membawa sajadah sendiri, ribuan warga Pakistan bolak-balik berdiri dengan bahu berimpitan kala shalat berjemaah di berbagai masjid.
Pelonggaran
Pelonggaran pembatasan di tengah Ramadhan juga menjadi alasan warga kembali berkumpul untuk buka bersama. Selama libur Idul Fitri, warga Pakistan berkumpul dan saling berkunjung satu sama lain. Shalat Idul Fitri di berbagai masjid Pakistan dihadiri ribuan orang. Padahal, Arab Saudi, Jordania, Mesir, dan Turki melarang warganya keluar rumah selama libur Idul Fitri. Tidak ada shalat Id berjemaah di masjid-masjid Arab Saudi, Jordania, Mesir, dan Turki.
Hanya dalam sebulan sejak pelonggaran, jumlah kasus infeksi Covid-19 di Pakistan melonjak lebih dari 100 persen dibandingkan periode Maret-awal Mei. Bahkan, ada kekhawatiran jumlah kasus infeksi lebih besar. Dalam dokumen hasil pemeriksaan acak yang dilihat Reuters, jumlah kasus infeksi di Lahore ditaksir mencapai 670.000.
Rasio kasus positif di antara contoh pengujian terus meningkat dari 11,5 persen menjadi hingga 23 persen. ”Angkanya memprihatinkan karena mengindikasikan ada penyebaran luas di wilayah tertentu,” kata wakil peneliti di Departemen Kesehatan pada Georgetown University, Claire Standley.
Sejumlah pakar mendesak pembatasan gerak kembali diberlakukan. Jumlah jemaah di masjid dan konsumen di pusat perbelanjaan harus dikurangi. Pemerintah Punjab, provinsi terpadat di Pakistan, mendorong pembatasan gerak diberlakukan lagi.
Asosiasi Dokter Muda Lahore menyebut, rumah sakit di kota sudah itu kehabisan tempat untuk menampung pasien Covid-19. ”Tidak tersedia cukup alat bantu pernapasan,” kata Khizer Hayat, Ketua Asosiasi Dokter Muda Lahore.
Lonjakan kasus juga tercatat di India. ”Penyakit ini sekarang tersebar ke daerah baru. Kami belum sampai puncak. Masalahnya, pilihan terbatas karena pasokan terganggu selama isolasi,” kata mantan Direktur Pusat Sumber Daya Kesehatan India T Sundararaman.
India memberlakukan isolasi total sejak Maret. Para pelanggar dipukul dengan rotan bila kedapatan tetap keluar rumah atau berkumpul. Sayangnya, hal itu tetap gagal mencegah pergerakan puluhan ribu pekerja migran dari kota-kota ke desa. Isolasi membuat mereka kehilangan pekerjaan di kota sehingga memutuskan pulang ke kampung. Mereka berjalan dalam rombongan besar dari kota menuju desa di berbagai penjuru India.
Saat isolasi dimulai, India mencatat 657 kasus infeksi. Kala pembatasan diakhiri pada 31 Mei 2020, jumlah kasus infeksi justru melonjak menjadi 190.609. Sementara hingga 9 Mei 2020, kasus infeksi bertambah lagi menjadi total 266.598. (AFP/REUTERS)