Dalam merespons pandemi Covid-19, faktor kepemimpinan berperan penting. Berkat kepemimpinan kuat dan tegas Perdana Menteri Jacinda Ardern, Selandia Baru kini bebas dari kasus Covid-19.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WELLINGTON, SENIN — Untuk pertama kalinya sejak 28 Februari 2020, Selandia Baru tidak lagi memiliki kasus Covid-19 aktif menyusul warga terakhir yang positif Covid-19 telah diperbolehkan pulang seusai menjalani isolasi. Faktor geografis Selandia Baru hingga kepemimpinan Perdana Menteri Jacinda Ardern yang kuat disebut sebagai penentu keberhasilan ini.
Demikian disampaikan Departemen Kesehatan Selandia Baru, Senin (8/6/2020). Direktur Jenderal Departemen Kesehatan Ashley Bloomfield menyatakan bahwa ini merupakan tonggak sejarah ”kabar yang sangat baik” dan pencapaian yang bisa dibanggakan oleh seluruh rakyat Selandia Baru.
”Tidak lagi memiliki kasus aktif untuk pertama kalinya sejak 28 Februari menjadi tanda yang signifikan dalam perjalanan kami. Namun, seperti kami sampaikan sebelumnya, kewaspadaan terhadap Covid-19 tetap penting,” kata Bloomfield.
Selandia Baru mendapat apresiasi dari dunia dalam menangani pandemi Covid-19. Negara dengan populasi 5 juta jiwa ini memberlakukan karantina wilayah selama tujuh minggu yang berakhir bulan lalu.
Selandia Baru melaporkan 1.154 kasus Covid-19 dengan kasus meninggal 22 kasus. Sebanyak 40.000 tes telah dilakukan selama 17 hari terakhir. Sejak 17 hari yang lalu, negara ini melaporkan tidak ada lagi kasus baru. Dalam seminggu terakhir, hanya ada satu kasus aktif tersisa.
”Kasus tersisa ini adalah perempuan berusia 50 tahunan. Ia tidak lagi menunjukkan gejala selama 48 jam terakhir dan dinyatakan pulih. Orang tersebut kini telah diperbolehkan keluar dari ruang isolasi,” demikian pernyataan Departemen Kesehatan Selandia Baru.
Antisipasi kasus baru
PM Ardern mengatakan, dirinya yakin Selandia Baru telah berhasil menghentikan penyebaran Covid-19 ketika kasus aktif terakhir sudah pulih. Akan tetapi, lanjut Ardern, ”Eliminasi Covid-19 bukan usaha sesaat, ini adalah upaya berkelanjutan.”
”Kita hampir pasti akan melihat munculnya kasus lagi, dan saya ingin mengatakan ini sekali lagi, kita hampir pasti akan melihat kasus muncul lagi, dan ini bukan berarti kita gagal, inilah realitas virus ini. Namun, ketika kasus itu muncul lagi, kita harus pastikan kita siap,” tutur Ardern.
Dalam kesempatan itu, Ardern juga mengumumkan bahwa seluruh kebijakan untuk mengendalikan Covid-19 akan dicabut mulai Selasa (9/6/2020) kecuali penutupan perbatasan. Dengan demikian, Selandia Baru akan memasuki kewaspadaan level 1 atau tingkat terendah dari empat tingkat dalam merespons pandemi Covid-19.
Kini, tidak ada lagi pembatasan jarak sosial pada acara umum ataupun privat. Usaha ritel dan jasa pariwisata juga bisa buka kembali dengan normal. Transportasi publik juga kembali beroperasi.
Kepemimpinan Ardern yang kuat, komunikasi yang jelas kepada semua warga, dan keputusan yang tidak setengah-setengah bisa menghentikan penyebaran virus yang cepat.
Sejumlah pakar kesehatan menyebutkan, beberapa faktor menjadi kunci keberhasilan Selandia Baru menghentikan penyebaran Covid-19. Posisi geografisnya yang terisolasi berada di Pasifik Selatan membuat negara ini memiliki waktu untuk mengamati bagaimana respons negara lain dan melakukan persiapan dalam menangani pandemi.
Faktor kepemimpinan Ardern yang mengambil keputusan yang tegas dengan cepat juga menjadi faktor penting. Ardern memerintahkan karantina wilayah yang ketat sejak awal wabah merebak di negaranya, termasuk menutup perbatasan negara.
Bahkan, menurut pakar vaksin dari University of Auckland, Helen Petousis-Harris, kepemimpinan Ardern yang kuat, komunikasi yang jelas kepada semua warga, dan keputusan yang tidak setengah-setengah bisa menghentikan penyebaran virus yang cepat.
”Ini yang dilakukan Selandia Baru sehingga tidak ada kebingungan. Tidak ada kebijakan dan tindakan yang serba setengah-setengah, seperti yang terjadi di negara lain,” kata Petousis-Harris. (AFP/REUTERS/AP)