Di tengah memanasnya hubungan diplomatik dengan China, Pemerintah Amerika Serikat menjual peralatan militer kepada Taiwan. Pemerintah China mengkritik dan memprotes langkah AS tersebut.
Oleh
Mahdi Muhammad
·3 menit baca
WASHINGTON, KAMIS — Pemerintah Amerika Serikat membuka peluang penjualan 18 torpedo senilai 180 juta dollar AS ke Taiwan. Penjualan persenjataan itu makin memperuncing hubungan segitiga antara AS dan China serta Taiwan, yang diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan Departemen Pertahanan AS, Rabu (20/5/2020) waktu setempat atau Kamis (21/5/2020) waktu Indonesia, disebutkan bahwa Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan sejumlah alat perlengkapan militer, terdiri dari 18 torpedo MK-48 Mod6 Advanced Technology Heavy Weight Torpedo dan perlengkapannya kepada Taiwan. Badan Keamanan Pertahanan segera mengeluarkan sertifikasi yang diperlukan dan memberi tahu Kongres tentang penjualan tersebut pada hari yang sama.
Ditambahkan dalam pernyataan tersebut, Badan Keamanan Pertahanan menyebutkan penjualan itu dilakukan karena sejalan dengan kepentingan nasional, kepentingan ekonomi, dan kepentingan keamanan Amerika Serikat. Memberi dukungan pada usaha untuk memodernisasi angkatan bersenjata Taiwan dan menjaga kemampuan pertahanan mereka, menurut pernyataan lembaga itu, sejalan dengan kepentingan AS di kawasan.
Pemerintah AS, dalam pernyataan tersebut, mengatakan, penjualan itu akan membantu peningkatan keamanan penerima dan membantu menjaga stabilitas politik dan keseimbangan militer, serta membantu kemajuan ekonomi di kawasan tersebut.
Amerika Serikat, seperti halnya banyak negara, tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan setelah memutuskan hubungan diplomatiknya pada tahun 1979. Namun, mereka terikat dengan konstitusinya yang mewajibkan untuk memberikan naungan atau perlindungan bagi negara-negara yang berpaham demokrasi. Hal ini selalu ditentang oleh Pemerintah China yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah mereka.
Penjualan senjata itu terjadi di tengah memburuknya hubungan China-AS beberapa waktu terakhir. Ketegangan terbaru pada akhir-akhir ini disebabkan tudingan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kepada Pemerintah China soal asal muasal virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, yang kini menyebabkan pandemi global. Sebelumnya kedua negara juga sudah terlibat perang dagang.
Pengumuman penjualan peralatan militer itu disampaikan bersamaan dengan pelantikan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen untuk masa jabatan keduanya. Di dalam pidato resminya, Tsai menegaskan menolak klaim kedaulatan China atas wilayahnya. Ia mengatakan, dirinya secara serius menolak klaim kedaulatan oleh China. Penegasan ini akan selalu ditentang oleh pemerintahan Xi Jinping yang menginginkan ”penyatuan kembali” wilayah itu, seperti halnya Hong Kong.
Militer China juga telah meningkatkan latihan militernya di dekat Taiwan sejak terpilihnya kembali Tsai sebagai Presiden Taiwan, menerbangkan jet tempur ke ruang udara pulau itu, dan menurunkan di kapal perang di sekitar wilayah perairan Taiwan.
China memandang Tsai sebagai separatis. Sebaliknya Tsai menyatakan Taiwan adalah sebuah negara merdeka dan berdaulat penuh setelah para pendirinya memisahkan diri dari pemerintahan China daratan pada tahun 1949. Taiwan memiliki nama resmi sendiri, yaitu Republik China.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, menyatakan, pemerintahnya telah memprotes rencana penjualan senjata tersebut dan menyatakan keberatannya kepada Deplu AS. (AFP/REUTERS)