AS-Australia Ingin Tegakkan Kebebasan Navigasi di Laut China Selatan
Australia bergabung dengan AS yang telah mengirimkan kapal perusak rudal, kapal jelajah rudal, dan kapal penyerbu ke Laut China Selatan yang dekat dengan zona ekonomi eksklusif Malaysia dan Vietnam.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
CANBERRA, KAMIS — Australia telah mengirimkan kapal fregatnya, HMAS Parramatta, ke Laut China Selatan. Di sana, fregat ini akan bergabung dengan tiga kapal perang Amerika Serikat yang telah tiba lebih dulu di sana. Mereka menggelar latihan untuk menegakkan kebebasan navigasi di perairan itu.
Canberra menyebut HMAS Parramatta sedang latihan bersama dengan kapal-kapal perang AS. ”Selama latihan, awak kapal mengasah kecocokan alat operasi di antara Angkatan laut AS dan Australia, seperti penambahan perbekalan di laut, operasi udara, pergerakan maritim, dan komunikasi,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Australia, Rabu (22/4/2020).
Pada hari yang sama, Manila memprotes Beijing karena telah mengumumkan wilayah yang diklaim Filipina di Laut Cina Selatan sebagai bagian dari wilayah China. Wilayah itu lalu dijadikan pangkalan Angkatan Laut China.
Terkait pengerahan kapal fregat HMAS Parramatta, itu karena Australia ingin bergabung dalam latihan dengan AS. AS lebih dulu mengirimkan kapal perusak rudal, kapal jelajah rudal, dan kapal penyerbu ke Laut China Selatan yang dekat dengan zona ekonomi ekslusif (ZEE) Malaysia dan Vietnam.
Juru bicara Komando Armada Indo-Pasifik AS, Nicole Schwegman, mengatakan, kapal-kapal AS memang sedang dalam jadwal operasi di lokasinya sekarang.
”Melalui kehadiran terus-menerus di Laut China Selatan, kami berusaha mendorong kebebasan berlayar dan terbang, prinsip internasional yang menekankan keamanan dan kesejahteraan Indo-Pasifik,” ujar Schwegman.
Menurut Schwegman, upaya itu untuk menampik pengerahan tiga kapal itu terkait kehadiran kapal riset China, Haiyang Dizhi 8, di dekat ZEE China. Pekan lalu, kapal itu berlayar 2 mil laut dari batas terluar ZEE Malaysia.
Kapal itu diketahui berlayar di dekat kapal yang dioperasikan Petronas untuk mencari sumur minyak dan gas baru di laut lepas. China dan Malaysia sudah lama baku klaim perairan di Laut China Selatan.
Sebagian ZEE Malaysia diklaim Beijing. ”AS mendukung upaya sekutu dan rekan untuk mengatur kepentingan ekonominya,” ujarnya.
Sementara Komandan Armada Jelajah Serbu USS America Laksamana Pertama Fred Kacher membenarkan armadanya berinteraksi dengan AL China di Laut China Selatan. ”Interaksi kami aman dan profesional,” ujarnya.
Sementara Kementerian Luar Negeri AS meminta China tidak terus memprovokasi di Laut China Selatan. ”AS prihatin dengan laporan provokasi berulang China yang ditujukan pada pengembangan minyak dan gas lepas pantai oleh negara pengklaim lain. Dalam kasus ini, (China) harus menghentikan kebiasaan merundung dan menahan diri terlibat dalam kegiatan yang provokatif dan mengguncangkan,” demikian pernyataan resmi Kemenlu AS.
Sementara China menolak ada insiden antara kapalnya dan kapal Petronas. Haiyang Dizhi 8, yang didampingi kapal penjaga laut dan pantai China, dinyatakan sedang melakukan aktivitas biasa.
Selain dengan Malaysia, China juga bersitegang dengan Vietnam. Hanoi memprotes pengumuman Beijing soal pembentukan pengelola daerah pada dua pulau buatan di perairan yang diklaim China-Vietnam.
Pengelola itu dibawahkan pemerintah kota Sansha, daerah yang membawahkan pulau-pulau reklamasi China di LCS.
”Pembentukan kota Sansha dan aktivitas terkait sangat melanggar kedaulatan Vietnam. Vietnam mendesak China menghormati kedaulatan Vietnam dan menghentikan keputusan yang salah,” kata juru bicara Kemenlu Vietnam, Le Thi Thu Hang.
Belum ada komentar terbaru dari Beijing terkait latihan bersama Australia dan AS. Namun, dalam berbagai kesempatan sebelumnya Beijing mengecam setiap upaya atau kekuatan luar yang mengganggu kehadiran China di Laut China Selatan. (AP/AFP/REUTERS)