Diduga Kudeta, Dua Anggota Keluarga Kerajaan Arab Saudi Ditangkap
Karena diduga akan melakukan kudeta, Arab Saudi pada Jumat (6/3/2020) menangkap dua anggota senior keluarga Kerajaan Arab Saudi, yakni Pangeran Ahmed bin Abdulaziz dan Mohammed bin Nayef.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·3 menit baca
DUBAI, SABTU — Karena diduga akan melakukan kudeta, Arab Saudi pada Jumat (6/3/2020) menangkap dua anggota senior keluarga Kerajaan Arab Saudi, yakni Pangeran Ahmed bin Abdulaziz yang merupakan adik Raja Salman dan Mohammed bin Nayef, keponakan Raja Salman.
The Wall Street Journal melaporkan, dua anggota senior keluarga Kerajaan Arab Saudi itu ditangkap di rumah mereka dan didakwa melakukan pengkhianatan. Tidak ada komentar langsung dari otoritas Arab Saudi tentang laporan tersebut.
Mohammed bin Nayef adalah tokoh kuat yang pernah menjadi pemimpin upaya kontraterorisme Arab Saudi. Dia telah menjadi putra mahkota sampai 2017 ketika Raja Salman mengambil gelar itu dan menjadikan putranya, Mohammed bin Salman, menjadi putra mahkota.
Mohammed bin Salman telah bergerak untuk mengonsolidasikan kekuasaan sejak dicopotnya gelar putra mahkota dari sepupunya, Mohammed bin Nayef. Mohammed bin Salman lalu menangkap beberapa bangsawan dalam kampanye antikorupsi pada akhir tahun 2017.
Mohammed bin Salman yang bertanggung jawab atas pemerintahan sehari-hari di Kerajaan Arab Saudi memperoleh pujian di Barat karena melaksanakan reformasi sosial. Namun, dia juga menuai kritik keras karena tindakan kerasnya terhadap warga Arab Saudi yang dinilai sebagai pengkritik kebijakannya.
Dikritik
Mohammed bin Salman telah memicu kebencian di antara beberapa anggota keluarga kerajaan. Dia juga mendapat kritik setelah tewasnya warga Arab Saudi yang menjadi kolumnis Washington Post, Jamal Khashoggi, di dalam Konsulat Arab Saudi di Istanbul pada tahun 2018.
Para kritikus menuduh Mohamed bin Salman terkait dengan pembunuhan Khashoggi itu, tetapi dia menyangkalnya. Pengadilan Arab Saudi menjatuhkan hukuman mati kepada lima orang terdakwa atas pembunuhan itu, tetapi tidak meminta pertanggungjawaban pejabat tinggi Arab Saudi.
Orang dalam dan diplomat Barat mengatakan, keluarga kerajaan tidak mungkin menentang Putra Mahkota Mohammed bin Salman sementara Raja Salman (84) masih hidup. Raja tidak mungkin berbalik melawan putra kesayangannya. Raja telah mendelegasikan sebagian besar tanggung jawab pemerintahan kepada putranya itu, tetapi masih memimpin rapat kabinet mingguan dan menerima pejabat asing.
Pangeran Ahmed, yang juga turut ditangkap, lama tidak terlihat di hadapan publik sejak kembali ke Riyadh pada Oktober 2018 setelah beberapa waktu tinggal di luar negeri. Selama di luar negeri, Pangeran Ahmed sering mengkritik kepemimpinan Arab Saudi ketika menanggapi pengunjuk rasa di London, Inggris, yang meneriakkan kejatuhan dinasti Al Saud.
Pangeran Ahmed adalah satu dari tiga orang anggota Dewan Kesetiaan yang terdiri atas anggota senior keluarga Al Saud. Dia menentang Mohammed bin Salman menjadi putra mahkota pada 2017. Gerakan Mohammed bin Nayef telah dibatasi dan dipantau sejak saat itu.
Penangkapan dua anggota senior keluarga Kerajaan Arab Saudi itu terjadi saat relasi antara Arab Saudi dan Iran meruncing dan saat Pangeran Salman tengah memulai reformasi sosial dan ekonomi di Arab Saudi.
Sejatinya, reformasi yang dilakukan Pangeran Salman diapresiasi banyak pihak. Arab Saudi menjadi lebih terbuka, baik dalam bidang sosial maupun ekonomi. Namun, Mohammed bin Salman menuai banyak kritik, termasuk dalam isu perang di Yaman dan penahanan atas sejumlah aktivis. Sikap itu dinilai sebagai tindakan keras terhadap perbedaan pendapat. (REUTERS/AP)