Di tengah kritik atas penanganan wabah Covid-19, China menguji kekuatan lunaknya dengan mendekati dan meyakinkan ASEAN bahwa wabah sudah terkendali.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·4 menit baca
REUTERS/STRINGER
Menteri Luar Negeri China Wang Yi berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan para menteri luar negeri anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan China terkait wabah virus Covid-19 di Vientiane, Laos, Kamis (20/2/2020). China mengharapkan dan menyerukan solidaritas di kawasan.
Vientiane, Kamis — China menyerukan solidaritas kawasan untuk menghadapi wabah Covid-19 dalam pertemuan dengan menteri luar negeri negara-negara ASEAN di Vientiane, Laos, Kamis (20/2/2020). Dalam pertemuan itu, menteri luar negeri ASEAN bergandengan tangan dengan Dewan Negara China dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Mereka memekikkan semangat ”Tetap kuat, Wuhan! Tetap kuat, China! Tetap kuat, ASEAN!”
Wang mengusulkan pertemuan level tinggi China-ASEAN yang membahas wabah Covid-19 untuk menekankan kerja sama kawasan. Namun, dua diplomat ASEAN yang tidak bersedia disebutkan namanya menyatakan bahwa tidak ada konsensus yang dicapai dari pertemuan itu.
”Kami mencapai konsensus penting kerja sama China dan ASEAN dalam melawan wabah Covid-19,” kata Wang kepada wartawan setelah pertemuan selesai. ”Kami sepakat untuk bersatu dan tetap percaya diri dan saling mendukung satu sama lain di masa sulit ini.”
Wabah ini telah mengganggu kerja sama ekonomi antara China dan negara-negara ASEAN, tetapi dampaknya bisa diatasi.
Berdasarkan rancangan pernyataan bersama antara ASEAN dan China, kedua pihak menekankan ”urgensi dan kebutuhan untuk bekerja sama” dalam melawan wabah Covid-19 dan sepakat untuk memperkuat ”komunikasi risiko”. Untuk menjawab kekhawatiran para pemimpin negara ASEAN atas wabah Covid-19, Wang memberikan jaminan bahwa kerugian ekonomi akibat wabah ini bisa diatasi dan China akan kembali pulih.
”Wabah ini telah mengganggu kerja sama ekonomi antara China dan negara-negara ASEAN, tetapi dampaknya bisa diatasi,” kata Wang. ”Ekonomi China telah menjadi kekuatan pendorong yang benar-benar kuat dan perkiraan jangka panjang akan tetap positif.”
AP PHOTO/KYODO NEWS
Kapal pesiar Diamond Princess yang tengah dikarantina berlabuh di Pelabuhan Yokohama, dekat Tokyo, Jepang, Selasa (18/2/2020). Masa karantina selama 14 hari itu berakhir pada Rabu hari ini. Sebanyak lebih dari 540 orang di kapal itu, dengan tiga orang di antaranya warga Indonesia, positif terinfeksi virus korona baru. Total ada sekitar 3.700 penumpang dan kru di kapal tersebut.
Terkendali
Dalam pertemuan itu, Wang menyampaikan, kerja keras China mengendalikan wabah Covid-19 ”berhasil”. Wabah, kata Wang, kini terkendali dan bisa diobati meski negara-negara di dunia masih khawatir wabah menyebar makin luas. ”China tidak hanya melindungi warganya, tetapi juga seluruh dunia,” ujar Wang.
Sejauh ini ada lebih dari 75.000 orang terjangkit wabah Covid-19 di dunia dan sekitar 2.000 orang meninggal akibat penyakit tersebut. Dari 10 negara anggota ASEAN, empat negara tidak melaporkan adanya kasus Covid-19, yakni Laos, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Myanmar. Enam negara lainnya telah melaporkan kasus dengan jumlah yang bervariasi. Filipina bahkan mencatat korban kematian pertama di luar China akibat virus Covid-19.
China melihat ASEAN sebagai halaman belakangnya dan telah meningkatkan pengaruh ekonomi, diplomatik, dan budaya dalam beberapa tahun terakhir melalui kucuran miliaran dollar AS investasi, kunjungan wisata, dan hadir dalam pertemuan tingkat tinggi kawasan. Bagi ASEAN, China merupakan mitra dagang terbesar. Sebaliknya, bagi China, negara-negara ASEAN secara keseluruhan merupakan mitra dagang terbesar kedua.
Perkuat kolaborasi
Ada kekhawatiran bahwa dalam jangka panjang wabah Covid-19 bisa menghambat proyek masif Inisiatif Sabuk dan Jalan (BRI) yang melintasi ASEAN. Namun, dikatakan tidak akan ada dampak negatif pada proyek-proyek di kawasan. ”Sebaliknya, justru akan memperkuat kolaborasi dan kesatuan kita, serta terus mendorong Inisiatif Sabuk dan Jalan,” kata Wang.
REUTERS/FILE PHOTO
Seorang konsumen tengah menunggu di luar restoran untuk mengambil pesanannya. Pesanan makanan dan minuman konsumen akan diletakkan saja di atas meja yang sudah disiapkan di depan pintu. Proses transaksi baru tanpa kontak antarmanusia ini mulai banyak dilakukan sejak wabah Korona merebak di Chengdu, Provinsi Sichuan, China. Foto ini diambil 14 Februari 2020.
Menlu Filipina Teodoro Locsin Jr berterima kasih kepada China atas ”tindakan cepat yang belum pernah terjadi sebelumnya” dalam merespons wabah Covid-19. Ia juga menyampaikan, dampak wabah terhadap ekonomi telah membatasi perdagangan global dan pariwisata di banyak negara ASEAN.
Menlu RI Retno LP Marsudi menekankan perlunya kolaborasi negara-negara di kawasan, kususnya antara anggota ASEAN dan China untuk mencegah dan memberantas wabah Covid-19. ”Wabah Covid-19 telah menjadi tantangan global yang tidak mengenal batas negara. Kita tidak memiliki pilihan lain kecuali berkolaborasi” ujar Retno pada pertemuan menlu ASEAN-China.
Pertemuan itu mengindikasikan China sedang mencari dukungan negara-negara yang lebih kecil yang selama ini mendapat bantuan miliaran dollar AS untuk infrastruktur dan investasi dari China. Pertemuan serupa juga pernah dilakukan ketika wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) terjadi pada tahun 2003.
Ujian persahabatan
Menurut Tom Baxter, peneliti independen dan ko-editor laman Panda Paw Dragon Claw yang menulis tentang pengaruh China di luar negeri, menyatakan, tanggapan negara-negara terhadap wabah Covid-19 telah menjadi ”ujian bagi persahabatan”. Respons negara-negara ASEAN dalam wabah Covid-19 juga bervariasi, mulai dari Singapura yang menerapkan larangan perjalanan dari China hingga tangan terbuka Kamboja. Filipina dan Vietnam juga menerapkan pembatasan penerbangan dari daratan China.
Bahkan, ketika pertemuan di Vientiane dimulai pada Kamis, Thailand mengeluarkan imbauan perjalanan yang mendesak warganya untuk menghindari perjalanan yang tidak penting ke China dan menyarankan mereka yang sudah ada di sana segera keluar dari China.
Pada pertemuan Rabu (19/2) malam dengan Menlu Singapura Vivian Balakrishnan, Wang menyampaikan, Beijing khawatir dengan tindakan pembatasan Singapura. ”Sekarang epidemi sudah mereda dan situasi terkendali, kami berharap mobilitas di antara kedua negara bisa pulih segera,” kata Wang.