Menlu ASEAN-China Gelar Sidang Darurat Membahas Wabah Covid-19
Sidang darurat antara para menlu ASEAN dan menlu China digelar setelah enam dari 10 negara anggota ASEAN mengonfirmasi memiliki kasus virus Covid-19 di negara masing-masing.
Oleh
MH SAMSUL HADI
·4 menit baca
VIENTIANE, KAMIS — Menteri Luar Negeri China Wang Yi akan menggelar pertemuan dengan para koleganya menteri-menteri luar negeri ASEAN di Vientiane, Laos, Kamis (20/2/2020) ini. Pertemuan itu akan fokus membahas krisis wabah Covid-19 yang telah menimbulkan kepanikan dan gangguan pada ekonomi kawasan dan global.
Kementerian Luar Negeri China melukiskan pertemuan tersebut sebagai bagian dari ”tradisi saling mendukung dalam suasana suka dan duka”. Pertemuan serupa juga digelar tahun 2003 saat wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) melanda kawasan dan dunia.
Dalam pidatonya di hadapan para diplomat ASEAN, Rabu kemarin, Wang Yi memastikan bahwa situasi di Provinsi Hubei, China, tempat asal penyebaran wabah Covid-19, ”telah dikendalikan secara efektif”. Ia juga mengungkapkan kepercayaan diri bahwa China mampu menundukkan wabah tersebut.
Sidang darurat antara para menlu ASEAN dan menlu China digelar setelah enam dari 10 negara anggota ASEAN mengonfirmasi memiliki kasus virus Covid-19 di negara masing-masing, antara lain Filipina, Thailand, Vietnam, dan Singapura. ”Dengan dukungan kuat negara China, keseluruhan situasi bakal lebih baik. Provinsi Hubei dan kota Wuhan menjadi pusat wabah ini dan situasi di tempat-tempat itu telah dikendalikan secara efektif,” kata Wang Yi.
Lebih dari 75.000 orang di dunia tertular virus Covid-19 dan lebih dari 2.000 orang meninggal, yang kebanyakan terjadi di China. Kecemasan melanda Asia Tenggara setelah kasus tersebut tercatat di Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, telah membatasi penerbangan dari daratan China, serta membekukan sementara fasilitas bebas visa bagi warga China.
Negara-negara ASEAN juga mulai merasakan dampak penyebaran wabah Covid-19 bagi ekonomi di kawasan. Thailand, yang tidak menerapkan pembatasan kunjungan dari China, pada bulan ini melaporkan anjloknya kunjungan sebesar 90 persen dari China daratan. Negara itu mengantisipasi hilangnya sumber pendapatan pariwisata sebesar lebih dari 8 miliar dollar AS tahun ini.
Saya berharap, China juga mampu melakukannya saat ini.
Ditanya mengenai pernyataan jaminan Menlu Wang Yi, Menlu Thailand Don Pramudwinai mengatakan bahwa China telah mampu menghentikan wabah SARS, beberapa tahun silam. ”Saya berharap, China juga mampu melakukannya saat ini,” ujar Don kepada kantor berita Associated Press.
Sekjen PBB Antonio Guterres, Selasa, mengungkapkan bahwa virus Covid-19 ”bukannya tidak terkendali, melainkan situasinya sangat berbahaya”. Ia menambahkan, ”Risikonya sangat besar dan kami harus mempersiapkan dunia siap menghadapi hal itu.”
Perhatian serius ASEAN
Pernyataan jaminan oleh Wang dilontarkan setelah para pemimpin ASEAN mengungkapkan ”perhatian serius terhadap wabah tersebut” melalui pernyataan bersama pada pekan ini. Para pemimpin ASEAN mengatakan, wabah itu ”menghadirkan tantangan serius bagi keadaan rakyat dan perkembangan negara-negara kami serta wilayah dan dunia”.
China dan Asia Tenggara bakal menelan kerugian besar jika pembatasan perjalanan dan langkah-langkah lain diambil untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Para pemimpin ASEAN sepakat untuk meningkatkan pertukaran informasi antarnegara-negara ASEAN dengan China serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mereka menggarisbawahi ”adanya kebutuhan untuk berkoordinasi dan menetapkan standar langkah-langkah untuk memastikan pemeriksaan kesehatan yang memadai di pintu-pintu perbatasan dan pintu-pintu masuk ke negara-negara anggota ASEAN”.
Dari 10 negara anggota ASEAN, empat negara tidak melaporkan adanya kasus Covid-19, yakni Laos, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Myanmar. Enam negara lainnya telah melaporkan kasus dengan jumlah yang bervariasi. Filipina bahkan mencatat korban kematian pertama di luar China akibat virus Covid-19.
Seorang diplomat ASEAN yang tak bersedia disebut namanya mengatakan, dalam pertemuan di Laos, Kamis ini, Beijing bakal berharap ”ada solidaritas melalui proyek di kawasan melalui upaya-upaya menanggulangi penyebaran wabah tersebut”. Untuk lebih fokus pada isu penanganan wabah Covid-19, menurut dua diplomat ASEAN lainnya, pertemuan para diplomat ASEAN dan China untuk membahas kode tata berperilaku dalam isu Laut China Selatan, yang rencananya digelar di Brunei pada awal bulan ini, ditunda.
China melihat ASEAN seperti halaman belakang dan dalam beberapa tahun terakhir melebarkan pengaruh ekonomi, diplomatik, dan budaya ke kawasan itu melalui investasi senilai miliaran dollar AS, aliran kunjungan wisatawan. Delegasi China juga aktif menghadiri pertemuan-pertemuan di tingkat ASEAN. Ada kekhawatiran, berlarut-larutnya disrupsi akibat wabah Covid-19 bisa memperlamban proyek dan skema Prakarsa Sabuk dan Jalan (BRI) di negara-negara ASEAN. (AP/AFP)