Teknologi Digital Penting Ciptakan Hubungan Diplomat dengan Publik
Oleh
Ayu Pratiwi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Teknologi digital, khususnya media sosial, merupakan alat diplomasi penting untuk mengembangkan hubungan yang erat dengan masyarakat. Untuk itu, diplomasi digital masuk dalam strategi Kementerian Luar Negeri dalam menciptakan kebijakan luar negeri yang lebih relevan serta pelayanan publik yang lebih baik.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menekankan pentingnya bagi para diplomat untuk menguasai teknologi digital itu, terutama karena Indonesia memiliki jumlah pengguna internet yang besar.
“Indonesia terdiri dari 143,26 juta pengguna internet, atau sekitar 50 persen dari total penduduk Indonesia yang sebesar 262 juta orang. Indonesia juga merupakan salah satu pengguna terbesar platform media sosial,” tuturnya saat membuka acara “International Seminar on Digital Diplomacy” di Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Kamis (12/7/2018).
Bagi Retno, ponsel pintar dan teknologi digital sangat membantunya dalam bekerja. Ia sehari-hari menggunakan ponsel pintar dan media sosial untuk kerja dan berkomunikasi.
“Teknologi ini membantu saya bekerja dan merespons orang lebih cepat. Teknologi digital menghubungkan kita dengan masyarakat dan memungkinkan kita menciptkana diplomasi yang membumi. Diplomasi dan masyarakat tidak boleh dipisahkan,” ucapnya.
Duta Besar Kedutaan Besar Denmark Rasmuss Albildgaard Kristensen mengatakan, media sosial merupakan oportunitas juga tantangan bagi para diplomat. Diplomat dapat menyampaikan pesan kepada publik yang lebih luas dan berinteraksi bersama mereka. Untuk itu, diplomat dan duta besar perlu dilatih bagaimana menggunakan media sosial itu.
Seminar yang digelar pada Kamis itu merupakan kolaborasi antara Kemenlu dan Pulse Lab Jakarta dan DiploFoundation. Keduanya adalah perusahaan teknologi informasi dan komunikasi yang mengumpulkan dan mengolah data untuk pemerintah dan organisasi internasional.
Seminar membahas di antaranya tentang bagaimana teknologi digital mengubah cara berdiplomasi, praktek diplomasi digital yang sudah ada. Seminar yang dibuka oleh Retno itu menghadirkan Wakil Kepala Kedutaan Besar Australia Allaster Cox, Duta Besar Kedutaan Besar Denmark Rasmuss Albildgaard Kristensen, Pendiri DiploFoundation Jovan Kurbalija, Kepala Studi Program Asean Habibie Center A Ibrahim Almuttaqi.
Selain itu, Kepala Kebijakan Publik Twitter Indonesia Agung Yudha, Ketua Indonesia Youth Diplomacy Biondi Sanda Sima, Direktur Umum Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu RI Cecep Herawan, Kepala Kantor Pulse Lab Jakarta Derval Usher, Direktor Indormasi dan Layanan Media Kemenlu RI Listiana Operananta, dan Wakil Serikat Telekomunikasi Internasional Asia Tenggara dan Timor Leste Syed Ismail Shah.