Organisasi Keagamaan Dukung Sosialisasi dan Edukasi Imunisasi
Organisasi keagamaan turut berperan menyukseskan program Bulan Imunisasi Anak Nasional, terutama dalam edukasi dan sosialisasi mengenai manfaat dari imunisasi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya imunisasi membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk organisasi keagamaan. Hal ini penting untuk mengatasi keraguan masyarakat pada kehalalan vaksin.
Spesialis Komunikasi Perubahan Perilaku Unicef Indonesia Rizky Ika Syafitri mengatakan, sejak pandemi Covid-19 muncul di Indonesia terjadi penurunan cakupan imunisasi yang signifikan. Setidaknya ada 1,7 juta anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap pada 2019-2020.
”Akumulasi anak yang tidak mendapatkan imunisasi rutin lengkap bisa mengakibatkan tidak terbentuknya herd immunity (kekebalan komunitas). Ini sangat berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa, bahkan wabah,” ujarnya.
Kementerian Kesehatan telah mencatat adanya kejadian luar biasa yang muncul sejak 2021. Jumlah kasus yang dilaporkan pun meningkat signifikan pada 2022. Kasus difteri meningkat 60 persen dibandingkan dengan 2021. Kasus campak dan rubela juga meningkat lebih dari 15 kali lipat dibandingkan dengan 2021.
Rizky mengatakan, cakupan imunisasi yang rendah tersebut disebabkan oleh berbagai hal. Selain karena adanya kendala pada layanan kesehatan, penyebab lain adalah adanya keraguan akan efek samping, merasa anak sehat, serta isu vaksin yang tidak halal. Berita bohong atau hoaks pun turut memengaruhi masyarakat sehingga menimbulkan keraguan terhadap manfaat imunisasi.
Oleh sebab itu, Rizky menyampaikan, pendekatan komunikasi perubahan perilaku amat penting untuk mengatasi keraguan di masyarakat. Komunikasi perubahan perilaku juga diperlukan untuk melawan hoaks yang beredar di masyarakat.
”Penguatan komunikasi perubahan perilaku ini menjadi tugas kita semua, mulai dari petugas kesehatan, kader PKK, sukarelawan, bidan, remaja, hingga tokoh agama. Teknik komunikasi antarpribadi bisa digunakan ketika melakukan pendekatan di masyarakat,” tuturnya.
Akumulasi anak yang tidak mendapatkan imunisasi rutin lengkap bisa mengakibatkan tidak terbentuknya herd immunity (kekebalan komunitas). Ini sangat berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa, bahkan wabah.
Menurut dia, ketika melakukan pendekatan ke masyarakat sebaiknya gunakan cara komunikasi yang menyenangkan. Dalam berkomunikasi pun tetap perlu mendengarkan pendapat masyarakat, tetapi jika ada yang tidak tepat, bisa diklarifikasi. Pastikan sampaikan manfaat jangka pendek dan jangka panjang dari imunisasi, tetapi jangan sampai membuat lawan bicara tersudutkan.
Ikhtiar
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyampaikan, Muhammadiyah mendukung pelaksanaan imunisasi bagi anak di Indonesia. Imunisasi bisa menjadi salah satu ikhtiar untuk membangun generasi yang sehat dan kuat. Melalui imunisasi, anak-anak bisa terlindungi dari berbagai macam penyakit sehingga bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.
Karena itu, masyarakat sebaiknya tidak ragu untuk mengimunisasi anaknya. Imunisasi tidak hanya dianjurkan, melainkan mendekati hal yang diwajibkan. Di tengah situasi lingkungan yang sudah tercemar serta risiko berbagai penyakit yang tinggi menjadikan imunisasi bagian penting untuk melindungi generasi di masa depan.
”Terkait dengan bahan-bahan atau materi yang digunakan yang tidak termasuk dalam kategori halal, jika dalam keadaan darurat yang sangat terpaksa, itu dapat dilakukan dan diperbolehkan. Itu karena untuk menyelamatkan kehidupan di alam semesta dan membangun generasi yang kuat dan sehat,” tutur Abdul.
Wakil Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Esty Martiana Rachmie menyampaikan, sejumlah upaya telah dilakukan untuk mendukung pelaksanaan imunisasi di Indonesia. Seluruh rumah sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah telah berpartisipasi memberikan pelayanan imunisasi dasar. Dalam pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah pun sarana imunisasi telah disiapkan di SD Muhammadiyah dan TK Aisyiyah di seluruh Indonesia.
”Kami harap setiap daerah pun bisa memastikan vaksin yang dibutuhkan tersedia. Ketersediaan vaksin kadang-kadang tidak ada ketika dibutuhkan,” ujarnya.
Direktur Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Imran Agus Nurali mengatakan, organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah sangat berperan mendukung pelaksanaan imunisasi pada anak, terutama dalam sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi.
”Pengurus dan anggota Muhammadiyah pun bisa berperan aktif dalam menggerakkan sasaran imunisasi, misalnya dengan me-review imunisasi dari pasien balita di rumah sakit Muhammadiyah dan kemudian menganjurkan mereka untuk mendapatkan imunisasi di fasilitas kesehatan,” katanya.