Uji Laboratorium Pemeriksaan Hepatitis Akut Anak Masih Berjalan
Berbagai pemeriksaan diperlukan untuk mengidentifikasi kasus penularan hepatitis akut misterius yang penyebabnya belum diketahui. Kolaborasi dan sinergi seluruh pihak pun dibutuhkan untuk mendukung upaya tersebut.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbagai pemeriksaan laboratorium masih berjalan untuk menentukan penyebab kasus hepatitis akut misterius yang menyerang usia anak. Kapasitas laboratorium pemeriksaan di Indonesia perlu diperkuat untuk mendukung hal tersebut.
Kementerian Kesehatan telah melaporkan15 kasus suspek yang diduga tertular hepatitis akut yang penyebabnya belum diketahui. Namun, dari 15 kasus tersebut, belum ada yang dilaporkan masuk dalam kategori probable karena masih ada sejumlah pemeriksaan yang belum dilakukan.
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kasus yang diduga dengan hepatitis akut masuk dalam kategori probable apabila dari pemeriksaan tidak ditemukan virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Selain itu, dalam pemeriksaan enzim hati SGOT/SGPT lebih dari 500 internasional unit per liter (IU/L). Kategori ini hanya diperuntukkan pada anak berusia 16 tahun ke bawah.
Riset lain yang juga tengah dilakukan ialah mengidentifikasi faktor etiologi yang dapat menyebabkan dan memperparah hepatitis akut.
”Spesimen dari tujuh kasus diterima dan tersimpan di laboratorium FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) dan ada satu spesimen baru diterima dari Sumatera Utara,” kata anggota staf pengajar Departemen Mikrobiologi FKUI-RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Budiman Bela di Jakarta, Kamis (12/5/2022).
Ia mengatakan, pemesanan reagen masih dilakukan untuk mendukung pemeriksaan pada spesimen yang diterima. Reagen tersebut untuk memeriksa berbagai mikroorganisme yang dianjurkan untuk diperiksa serta respons kekebalan tubuh. Selain itu, pemeriksaan lain juga diperlukan untuk mendukung analisis respons dari sel terkait serta proses kultur virus.
Reagen ini nantinya diharapkan dapat disebarkan ke laboratorium pemeriksaan lain sehingga kapasitas laboratorium pemeriksaan bisa ditingkatkan dan diperluas. Saat ini seluruh spesimen dari kasus yang diduga tertular hepatitis akut misterius masih harus dikirim ke laboratorium rujukan di FKUI/RSCM dan laboratorium RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso.
Budiman menuturkan, spesimen klinik dari kasus yang diduga hepatitis akut perlu dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan kepastian penyebab timbulnya penyakit. Selain itu, spesimen yang dapat berupa darah, spesimen dari saluran napas atas, dan urine ini dapat dikembangkan untuk menentukan sistem diagnostik. Nantinya, spesimen ini juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan obat dan vaksin.
Siap mendukung
Secara terpisah, Kepala Organisasi Riset Kesehatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ni Luh P Indi Dharmayanti mengatakan, kolaborasi dan sinergisme diperlukan untuk mendukung peningkatan kapasitas pemeriksaan dari kasus yang diduga dengan hepatitis akut misterius yang ditemukan di Indonesia. BRIN pun dinilai siap untuk mendukung hal tersebut.
”BRIN siap mendukung dan berkolaborasi dengan pihak terkait untuk menyelesaikan permasalahan hepatitis akut di Indonesia dengan mempersiapkan fasilitas dan SDM yang dibutuhkan,” katanya.
Indi menyampaikan, terdapat sejumlah riset yang sudah dilakukan BRIN, antara lain analisis molekuler dan diversitas genetik penyebab hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya, pengurutan genom menyeluruh (whole genome sequencing) untuk mengetahui hepatitis akut secara epidemiologi, serta riset deteksi dini dan respons cepat terhadap penyakit hepatitis akut.
Peneliti Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, Korri Elvanita El Khobar, menambahkan, riset lain yang juga tengah dilakukan ialah mengidentifikasi faktor etiologi yang dapat menyebabkan dan memperparah hepatitis akut serta mempelajari interaksi antara etiologi penyebab hepatitis akut dan sel imun tubuh terutama pada organ hati. Metode deteksi virus hepatitis dan virus nonhepatitis pun turut dikembangkan secara simultan.
Guru Besar Kesehatan Anak FKUI bidang Gastrohepatologi Hanifah Oswari mengatakan, hipotesis sementara dari hasil penelitian di luar negeri menunjukkan sejumlah penyebab dari hepatitis akut misterius. Itu antara lain adenovirus biasa, adenovirus varian baru, sindrom pascainfeksi SARS-CoV-2, paparan obat atau lingkungan, adanya patogen baru, serta varian baru dari SARS-CoV-2.
”Belum ada penyebab pasti dari hepatitis akut ini. Namun, yang perlu diketahui ialah gejala dari penyakit ini, yakni antara lain penyakit kuning, muntah, diare, sakit perut, BAB dempul (pucat), dan letargi (lelah berlebihan),” ujarnya.