Hasil studi terbaru mengungkap sekitar 48 persen spesies burung di seluruh dunia diketahui atau diduga mengalami penurunan populasi. Di sisi lain, hanya 6 persen spesies burung yang menunjukkan tren peningkatan populasi.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
Studi terbaru para peneliti dan ahli ornitologi mengungkap penurunan populasi burung di seluruh dunia. Degradasi dan hilangnya habitat alami burung serta eksploitasi berlebihan dari banyak spesies menjadi ancaman utama keanekaragaman satwa tersebut.
Studi tentang penurunan populasi burung di dunia itu telah terbit di jurnal Annual Review of Environment and Resources, 4 Mei 2022. Studi dilakukan oleh para peneliti dari Manchester Metropolitan University, Cornell Lab of Ornithology, BirdLife International, University of Johannesburg, Pontifical Xavierian University, dan Nature Conservation Foundation.
Dalam studi tersebut, para peneliti meninjau perubahan keanekaragaman burung menggunakan data dari Daftar Merah Badan Konservasi Dunia (IUCN) guna mengungkap perubahan populasi 11.000 spesies burung yang ada di seluruh dunia.
Hasil studi menyebutkan, sekitar 48 persen spesies burungdi seluruh dunia diketahui atau diduga mengalami penurunan populasi.Temuan lainnya dari studi itu adalah populasi 39 persen spesies burung di dunia dikategorikan stabil.
Sementara itu, spesies burung di dunia yang menunjukkan tren peningkatan populasitercatat hanya 6 persen. Adapun 7 persen spesies burung lainnya belum diketahui status populasinya, apakah meningkat atau menurun.
Penulis utama studi tersebut yang juga ahli ornitologi Manchester Metropolitan University, Alexander Lees, mengemukakan, hasil studi mengungkap tanda-tanda pertama dari gelombang baru kepunahan spesies burung yang tersebar di berbagai benua.
”Keanekaragaman burung memuncak secara global di daerah tropis. Di daerah tersebut, kami juga menemukan tingginya jumlah spesies yang terancam,” ujarnya dikutip dari situs resmi Cornell University, Amerika Serikat, Rabu (11/5/2022).
Temuan itu juga mencerminkan hasil studi 2019 yang menyebut, hampir 3 miliar burung telah hilang selama 50 tahun terakhir di seluruh Amerika Serikat dan Kanada. Penelitiutama studi tersebut juga merupakan penulis laporan status burung global ini.
Sekitar 48 persen spesies burung di seluruh dunia diketahui atau diduga mengalami penurunan populasi.
”Sangat mencemaskan melihat pola penurunan populasi dan kepunahan yang sama terjadi secara global. Burung merupakan indikator kesehatan lingkungan yang sangat mudah terlihat dan sensitif. Kehilangannya menandakan hilangnya keanekaragaman hayati yang jauh lebih luas dan ancaman bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia,” kata ilmuwan konservasi Ken Rosenberg dari Cornell Lab of Ornithology.
Terlepas dari temuan itu, para peneliti menyepakati bahwa saat ini masih ada harapan dalam upaya konservasi dan melestarikan spesies burung. Namun, upaya konservasi juga harus diiringi perubahan transformatif dari semua pihak yang terlibat.
Alexander menyatakan, populasi burung ke depan sangat bergantung pada upaya untuk menghentikan degradasi habitat. Salah satu yang perlu menjadi fokus adalah mengurangi segala bentuk jejak manusia di alam. Sebab, berbagai hasil studi telah menunjukkan kontribusi manusia pada hilangnya keanekaragaman hayati.
Selain itu, diperlukan perlindungan lahan dan kebijakan yang mendukung penggunaan sumber daya yang berkelanjutan. Semua upaya tersebut sangat bergantung pada perhatian pemerintah dan masyarakat untuk hidup berdampingan dengan alam.
Para peneliti juga sepakat bahwa kunci dari upaya konservasi adalah penyebaran informasi. Pertumbuhan partisipasi publik dalam pemantauan burung dan dibentuknya basis data eBird Cornell Lab dapat membantu menginformasikan upaya konservasi.