Panduan Medis Tingkatkan Harapan Hidup Mamalia Laut Terdampar
Setiap petugas perlu mengetahui panduan medis yang harus dilakukan agar dapat meningkatkan harapan hidup mamalia laut terdampar. Hal ini dapat dipelajari lewat buku ”Panduan Medis Penanganan Mamalia Laut Terdampar”.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Banyaknya kasus mamalia laut yang terdampar di wilayah pesisir akibat berbagai faktor yang mengancam spesies ataupun ekosistem laut, habitat fauna tersebut. Setiap petugas serta sukarelawan perlu mengetahui panduan medis yang harus dilakukan agar dapat meningkatkan harapan hidup mamalia laut terdampar itu.
Sebagai upaya meningkatkan literasi para petugas dan sukarelawan, Asosiasi Dokter Hewan Satwa Liar, Akuatik, dan Hewan Eksotik Indonesia (Asliqewan) menyusun buku Panduan Medis Penanganan Mamalia Laut Terdampar. Buku yang dikemas secara elektronik (e-book) ini bisa diakses dan diunduh secara gratis sejak 4 April lalu.
Deny Rahmadani, salah satu tim penyusun buku tersebut, mengemukakan, buku panduan medis ini dibuat agar praktis dan efisien, tetapi bisa menjawab kebutuhan petugas di lapangan. Buku ini juga dikemas secara elektronik karena mempertimbangkan area pekerjaan yang berada di perairan sehingga bisa meminimalkan terjadinya kerusakan.
Selama ini referensi terkait proses penanganan mamalia laut terdampar sangat sedikit.
”Buku ini disusun berdasarkan panduan dan pengalaman di lapangan. Jadi, panduan merupakan sebuah prosedur standar operasi yang sudah terstruktur dan menjadi standar baku. Kita harus mengikuti prosedur ini agar upaya yang dilakukan lebih optimal,” ujarnya dalam acara bedan buku tersebut secara daring, Sabtu (23/4/2022).
Deny menjelaskan, tim Asliqewan menyusun buku panduan ini karena banyak kasus mamalia laut terdampar di sejumlah daerah, baik individual maupun massal. Dengan mengetahui panduan medis ini dan didukung dengan meningkatnya manajemen serta koordinasi antar-instansi, diharapkan akan lebih banyak mamalia laut terdampar yang bisa dievakuasi dan diselamatkan.
Buku ini merangkum secara detail terkait beragam kondisi penanganan mamalia laut yang terdampar hidup ataupun mati dengan dilengkapi foto, deskripsi data, dan literatur. Penjelasan ini juga mencakup tentang nekropsi (bedah bangkai), proses pemusnahan bangkai, dan pengambilan sampel pada bagian tubuh bangkai.
Buku panduan ini juga dilengkapi formulir yang bisa digunakan untuk melakukan koleksi sampel sehingga proses pelaporan pasca-penanganan mamalia laut ini bisa terekam dengan baik. Akan tetapi, proses koleksi sampel harus berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Selain itu, buku ini juga menyinggung proses mengetahui status kondisi tubuh mamalia laut untuk mengetahui gambaran kesehatan satwa tersebut. Dalam penanganan lebih lanjut, dijelaskan juga proses translokasi karena mamalia laut tidak bisa langsung dilepaskan di wilayah terdampar karena pertimbangan ombak besar atau banyak bebatuan.
Saat melakukan pemeriksaan, kata Deny, dokter hewan ataupun petugas terlebih dahulu harus melihat dan mengkasifikasi mamalia laut terdampar. Klasifikasi kode hijau digunakan untuk mamalia laut yang memiliki harapan hidup besar, kode merah untuk peluang hidup kecil, dan kode putih untuk penemuan dalam kondisi mati segar.
”Kita harus mencermati pengodean mamalia laut terdampar sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan di lapangan. Dalam proses penyelamatan, kita membutuhkan stabilisasi atau pengondisian hewan agar nyaman, seperti menggali lubang di bagian kiri dan kanan, membasahi kulit dengan kain, serta menghindari menyentuh bagian sensitif,” ucapnya.
Minim referensi
Pengendali Eksosistem Hutan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur Alfian Herdi Feisal mengakui bahwa selama ini referensi terkait proses penanganan mamalia laut terdampar sangat sedikit. Bahkan, ia harus menghubungi rekan dokter hewan lainnya saat menangani kasus paus terdampar di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada 2020.
”Ada referensi (menangani mamalia laut) dari KKP, tetapi sebatas penanganan umum dan tidak spesifik di bagian medis atau pengambilan sampel. Oleh karena itu, buku ini akan sangat membantu dalam menangani kasus mamalia laut terdampar,” katanya.
Pengajar Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana, NTT, Putri Pandarangga, mengatakan, buku panduan ini sangat mudah dipahami oleh dokter hewan karena bersifat sistematis. Namun, ia mencatat bahwa pembaca harus sedikit teliti untuk melihat visualisasi karena terdapat beberapa gambar dalam satu halaman.
”Ruang yang banyak tersedia di buku ini membuat nyaman pembaca. Mungkin ke depan jika ada revisi juga perlu ditambah penjelasan terkait bahasa anatomi sederhana agar orang paham,” katanya.