Sejak dipindahkan ke Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK) pada 2005, badak Rosa baru bisa dikawinkan sekitar tahun 2015 dan berhasil mendapatkan kebuntingan pertama pada tahun 2017.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seekor badak sumatera lahir di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas di Lampung pada Kamis (24/3/2022) pukul 11.44 waktu Indonesia bagian barat. Sang induk, Rosa melahirkan bayinya berjenis kelamin betina.
Menurut siaran pers Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Senin (28/3), sejak dipindahkan ke Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK) pada 2005, badak Rosa baru bisa dikawinkan sekitar tahun 2015 dan berhasil mendapatkan kebuntingan pertama pada 2017.
Tercatat badak Rosa sudah delapan kali mengalami keguguran sejak pertama bunting sampai tahun 2020. Kelahiran kali ini merupakan hasil dari kebuntingan badak Rosa yang kesembilan. Dengan masa kebuntingan 476 hari, Rosa bunting dari Desember 2020 hingga Maret 2022.
Selama kebuntingan badak Rosa mendapatkan pemberian tambahan hormon penguat janin hingga menjelang masa melahirkan.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Wiratno menyampaikan bahwa anak badak ini merupakan hasil perkawinan badak jantan bernama Andatu dan badak betina bernama Rosa. Kelahiran anak badak Rosa ini menambah jumlah badak yang berada di dalam SRS TNWK menjadi delapan ekor. Selain badak Rosa, badak lain yang saat ini menempati SRS TNWK adalah Bina (betina), Ratu (betina), Andalas (jantan), Harapan (jantan), Andatu (jantan), dan Delilah (betina).
”Kelahiran badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) ini merupakan sebuah kabar gembira di tengah upaya Pemerintah Indonesia dan mitra kerja meningkatkan populasi badak sumatera,” katanya.
Wiratno menyampaikan terima kasih yang mendalam atas kerja tim dokter hewan (drh) dan para perawat yang terus-menerus mengawasi perkembangan kebuntingan badak Rosa hingga perawatan pasca-persalinannya.
Berdasarkan keterangan Ketua Tim Dokter Hewan SRS TNWK, drh Zulfi Arsan, Rosa menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan dimulai sekitar pukul 09.00 WIB. Proses kelahirannya berlangsung selama hampir 3 jam sampai dengan bayi badak lahir.
Berdasarkan keterangan drh Zulfi Arsan, selama kebuntingan badak Rosa mendapatkan pemberian tambahan hormon penguat janin hingga menjelang masa melahirkan. Pemeriksaan kesehatan kebuntingan juga dilakukan secara rutin dengan menggunakan alat ultrasonografi (USG), di samping itu, pemberian pakan yang baik dan cukup, serta pemantauan perilaku juga dilakukan untuk mendukung kebuntingan ini.
Kepala Balai TNWK Kuswandono menjelaskan enam tahun yang lalu, SRS TNWK menjadi tempat kelahiran Delilah, badak betina adik dari Andatu. Sebelumnya, Andatu lahir di SRS TNWK pada tanggal 23 Juni 2012.
Badak Andatu merupakan badak sumatera pertama di Asia yang lahir dalam penangkaran selang 124 tahun sejak kelahiran anak badak sumatera terakhir di Calcutta Zoo, India. Andatu lahir dari hasil perkawinan badak jantan Andalas dan induk Ratu. Badak Andatu telah berhasil mengawini badak Rosa dan berhasil bunting menunjukkan program SRS TNWK telah sukses menghasilkan keturunan badak sumatera.
Perilaku Rosa
Sejak 2004, badak Rosa sering muncul di jalan, kebun, kampung dan bertemu dengan kendaraan serta manusia di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Perilaku badak Rosa yang tidak takut dengan manusia berpotensi mengancam keselamatannya, serta kemungkinan terjangkit penyakit dari hewan ternak. Untuk itu, diputuskan bahwa badak Rosa perlu diselamatkan dan ditranslokasi.
Sejak 25 November 2005, badak Rosa mulai menempati SRS TNWK. Program reproduksi badak Rosa menemui tantangan disebabkan perilakunya yang lebih merasa aman ketika dekat dengan manusia. Kurangnya intensitas perkawinan dan tidak bunting dalam waktu bertahun-tahun, sehingga memicu munculnya fibroid rahim (myom).
Menteri LHK Siti Nurbaya menghargai langkah-langkah dan kepemimpinan lapangan Dirjen KSDAE, Wiratno, yang terus berkomitmen menjaga dan mengelola secara lestari keanekaragaman hayati, untuk kepentingan nasional dan dunia, masa kini dan mendatang. Kementerian LHK melalui Ditjen KSDAE terus-menerus berusaha untuk menjaga habitat dan keragaman hayati satwa liar.