Memiliki sekitar 10.000 peneliti, BRIN bisa menjadi mitra pemerintah daerah dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk mengakselerasi pembangunan. Salah satunya, membantu UMKM lewat pemanfaatan teknologi hasil riset.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Melimpahnya sumber daya alam di Indonesia belum optimal dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional didorong turun gunung memaksimalkannya dengan membantu usaha mikro, kecil, dan menengah lewat implementasi teknologi hasil riset.
Profesor Riset Bidang Teknologi Pengolahan Hasil Hutan pada Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Subiyanto mengatakan, UMKM berpeluang menopang perekonomian bangsa seperti yang terjadi saat krisis 1998. Namun, pelaku ekonomi lokal perlu pendampingan dalam memanfaatkan teknologi agar usahanya lebih produktif dan berkelanjutan.
”Dulu para peneliti dianggap sebagai orang-orang yang duduk di menara gading. Sudah waktunya turun gunung memberdayakan masyarakat dan sumber daya alam dengan memanfaatkan teknologi,” ujarnya dalam diskusi daring ”Peran Teknologi dan Percepatan Pembangunan Daerah Melalui Pengembangan Ekonomi Kerakyatan”, Kamis (17/3/2022).
Bambang menuturkan, BRIN sebagai produsen teknologi mempunyai peran strategis untuk berkontribusi dalam pembangunan daerah. Namun, hal ini juga membutuhkan dukungan kebijakan pemerintah daerah.
Potensi kolaborasi BRIN dalam mendongkrak perekonomian masyarakat bisa meliputi banyak aspek. Beberapa di antaranya penguatan kapasitas usaha untuk memenuhi standar produk, teknologi menjaga stabilitas suhu udara dalam usaha perikanan, dan memberdayakan petani memproduksi pupuk organik hayati.
”Setiap daerah punya ciri khas masing-masing. Sumber daya alam lokalnya pun berbeda, begitu juga dengan kearifan lokalnya. Ini yang perlu diperhatikan sebelum masuk ke daerah,” ujarnya.
Bambang mengatakan, tidak semua implementasi teknologi hasil riset di daerah berhasil. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan matang dan kerja sama yang tidak hanya melibatkan pemerintah, tetapi juga masyarakat sebagai penerima manfaat.
Peran masyarakat krusial untuk memastikan penggunaan teknologi itu berkelanjutan. Dengan begitu, warga secara mandiri dapat mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan teknologi sehingga memberi nilai tambah.
”Berdayakan masyarakat untuk menumbuhkan rasa memiliki. Pelajari potensi yang ada di daerah sebelum melakukan intervensi teknologi agar penggunaannya tepat sasaran,” katanya.
Peran masyarakat krusial untuk memastikan penggunaan teknologi itu berkelanjutan. Dengan begitu, warga secara mandiri dapat mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan teknologi sehingga memberi nilai tambah.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, sebagian besar sumber daya alam di Indonesia belum dieksplorasi. Dengan memiliki sekitar 10.000 peneliti, BRIN bisa menjadi mitra pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi itu untuk mengakselerasi pembangunan.
”Membantu perekonomian daerah, khususnya di level mikro. Potensi sumber daya alam yang melimpah harus berdampak riil terhadap ekonomi warga,” ujarnya.
Handoko mendorong peneliti makin produktif dalam melahirkan gagasan dan inovasi untuk menjadi solusi bagi sejumlah persoalan masyarakat. Tujuannya agar teknologi hasil riset lebih aplikatif dan berkontribusi memajukan UMKM di daerah.
”Diperlukan strategi yang sesuai dengan kondisi sumber daya alam, sosial, politik, dan juga budaya di daerah terkait,” katanya.
Profesor Riset Bidang Sosiologi PolitikBadan Keahlian Dewan Perwakilan Rakyat Mohammad Mulyadi mengatakan, sumber daya alam Indonesia belum sejalan dengan kesejahteraan rakyatnya. Rendahnya keberhasilan pembangunan disebabkan berbagai faktor, seperti kebijakan pemerintah yang eksklusif serta minimnya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat.
”Hendaknya pemerintah menetapkan kebijakan berbasis riset dan memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi. Jadi, produk yang dihasilkan tidak sebatas di hulu, tetapi sampai ke hilir sehingga nilainya bertambah,” jelasnya.
Paradoks pembangunan di Tanah Air tecermin dari jumlah penduduk miskin yang mencapai 26,5 juta jiwa pada 2021. Padahal, Indonesia mempunyai potensi kekayaan alam melimpah, seperti emas, gas alam, batubara, serta hasil pertanian dan perkebunan.
”Pemanfaatan teknologi diharapkan tidak hanya terbatas pada perumusan kebijakan, tetapi juga pengelolaan sumber daya alam. Tujuannya, mengangkat kesejahteraan masyarakat, khususnya mereka yang hidup di perdesaan,” ucapnya.