Infeksi Covid-19 Berulang Bukan Berarti Vaksin Tak Efektif
Penularan Covid-19, khususnya varian Omicron, meningkatkan risiko infeksi yang berulang sekalipun sudah mendapatkan vaksinasi. Meski begitu, vaksinasi tetap dibutuhkan untuk mencegah terjadinya perburukan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah laporan menunjukkan adanya reinfeksi atau infeksi berulang kasus Covid-19, khususnya setelah penularan varian Omicron mendominasi termasuk pada masyarakat yang sudah divaksinasi. Meski begitu, hal ini bukan berarti vaksinasi tidak efektif untuk menanggulangi penularan Covid-19.
Guru Besar Bidang Alergi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSUPN Cipto Mangunkusumo yang juga Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Iris Rengganis mengatakan, vaksinasi memang tidak bisa memberikan perlindungan 100 persen dari penularan Covid-19. Apalagi dengan adanya mutasi virus yang terus berkembang.
”Vaksin tetap berguna, karena bila tertular, gejalanya akan lebih ringan. Vaksinasi juga dapat menurunkan risiko perawatan di rumah sakit. Pasien bisa melakukan isolasi mandiri karena gejalanya ringan,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Kamis (3/3/2022).
Iris menambahkan, vaksinasi juga dapat menurunkan risiko kematian. Saat ini, rata-rata kasus kematian akibat Covid-19 disebabkan oleh adanya penyakit penyerta atau komorbid serta belum mendapatkan vaksinasi.
Oleh karena itu, vaksinasi Covid-19 tetap penting untuk diberikan. Vaksinasi dosis primer harus dilengkapi sampai dua dosis. Setelah itu, pemberian dosis lanjutan atau penguat bisa didapatkan setelah tiga sampai enam bulan vaksin dosis kedua diberikan.
Iris menyampaikan, kekebalan yang terbentuk dari vaksinasi akan menurun setelah beberapa waktu. Umumnya, kekebalan akan menurun setelah tiga bulan pemberian vaksinasi dosis kedua. Karena itu, vaksinasi dosis penguat perlu diberikan untuk kembali meningkatkan kekebalan yang terbentuk.
Terkait dengan infeksi yang berulang, kata Iris, hal ini bisa terjadi karena adanya mutasi virus sehingga karakteristik virus menjadi berbeda dari varian sebelumnya. Varian virus yang bermutasi ini dapat menipu sistem imun yang sudah terbentuk.
Vaksin tetap berguna, karena bila tertular, gejalanya akan lebih ringan. Vaksinasi juga dapat menurunkan risiko perawatan di rumah sakit. Pasien bisa melakukan isolasi mandiri karena gejalanya ringan.
Sementara vaksin yang diberikan dikembangkan dari varian virus awal, bukan varian terbaru SARS-CoV-2. Inilah yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi berulang. Selain itu, reinfeksi juga bisa terjadi karena imunitas tubuh yang menurun.
Data dari Imperial College London menunjukkan, risiko infeksi berulang oleh varian Omicron meningkat 4,38 sampai 6,63 kali lipat daripada varian Delta. Sejumlah penelitian juga melaporkan bahwa varian Omicron memiliki kemampuan yang signifikan untuk menghindari respons imun tubuh. Otoritas Kesehatan Inggris pun melaporkan, kemungkinan infeksi ulang bisa terjadi 29-89 hari setelah infeksi sebelumnya.
”Kita tidak bisa mencegah penularan, bahkan setelah mendapatkan vaksin ataupun sudah pernah tertular Covid-19 sebelumnya. Tetapi, kita bisa mencegah penularan dengan tetap menjaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan sehat. Selain itu tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. Gunakan juga masker yang berkualitas,” tutur Iris.
Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSUP Persahabatan Prasenohadi menyampaikan, risiko terjadinya infeksi berulang diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan penularan Covid-19. Sejumlah kasus yang dirawat di RSUP Persahabatan juga ditemukan sudah mendapatkan vaksinasi, baik vaksinasi dosis pertama ataupun dosis lengkap.
”Infeksi virus bisa terjadi berulang, tetapi pada kondisi saat ini gejala yang muncul tidak seberat pada saat penularan varian Delta sebelumnya. Varian Omicron ini sepertinya lebih banyak menyerang saluran napas bagian atas sehingga banyak pasien yang mengeluhkan gejala sakit tenggorokan, batuk, dan pilek,” ujarnya.
Prasenohadi menambahkan, meskipun gejala yang ditimbulkan lebih ringan daripada varian sebelumnya, penularan varian Omicron tetap harus diwaspadai, terutama bagi kelompok berisiko, seperti warga lansia dan orang dengan komorbid. Risiko perburukan hingga kematian lebih besar pada kelompok rentan tersebut. Perlindungan dengan pencegahan dan pemberian vaksin amat dibutuhkan.
Bagi masyarakat yang sudah mendapatkan jadwal vaksinasi dosis penguat sebaiknya segera mendapatkannya. Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah penduduk yang sudah mendapatkan dosis penguat sebanyak 11,3 juta orang atau 5,4 persen dari total sasaran vaksinasi. Sementara dosis kedua sudah diberikan pada 146,2 juta orang tau 70,2 persen dari total sasaran vaksinasi.