Perpustakaan digital dapat menjembatani keterbatasan bahan bacaan di masyarakat. Literasi publik diharapkan meningkat, sejalan dengan keterbukaan akses informasi dan ilmu pengetahuan.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Perpustakaan digital menjadi masa depan distribusi ilmu pengetahuan dan informasi. Literasi masyarakat diharapkan meningkat karena perpustakaan digital memungkinkan akses tanpa batas ruang dan waktu.
Perpustakaan digital penting untuk mengatasi terbatasnya buku bacaan masyarakat. Menurut Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), idealnya satu orang mampu mengakses tiga buku setiap tahun. Namun, satu buku di Indonesia ditunggu oleh 90 orang karena bahan bacaan terbatas.
Di sisi lain, budaya literasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Menurut data Badan Pusat Statistik, nilai budaya literasi Indonesia 55,03 pada 2019. Sementara itu, Kajian Budaya Baca Masyarakat Indonesia pada 2019 mencatat nilai rata-rata kegemaran membaca publik adalah 53,84 atau masuk dalam kategori sedang.
Menurut Kepala Perpustakaan Nasional M Syarif Bando,Rabu (16/2/2022), sumber daya manusia berkualitas adalah kunci untuk menghadapi era perkembangan teknologi. Literasi semakin diperlukan, baik dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, kreativitas, hingga inovasi. Peningkatan literasi ini membutuhkan peran perpustakaan.
“Ada lima tingkat literasi, tapi kita masih ada di tingkat pertama, yaitu kemampuan membaca, menulis, dan menghitung,” katanya pada diskusi daring Perpustakaan Digital Solusi dalam Menghadapi Era Teknologi 5.0. Diskusi itu disiarkan melalui kanal Youtube Perpustakaan Nasional.
Menurut Wakil Dekan I Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar Andi Ibrahim, perpustakaan digital dapat menjembatani keterbatasan akses terhadap informasi dan pengetahuan. Pemustaka atau pengguna perpustakaan dapat mengakses berbagai informasi tanpa harus hadir secara fisik. Kunjungan perpustakaan digital pun tidak terbatas waktu sehingga bisa diakses kapan saja.
Perpustakaan digital dapat menjembatani keterbatasan akses terhadap informasi dan pengetahuan. Pemustaka atau pengguna perpustakaan dapat mengakses berbagai informasi tanpa harus hadir secara fisik.
“Perpustakaan digital berperan untuk mendiseminasi koleksi digitalnya ke masyarakat secara cepat, tepat, dan murah,” ucap Andi. “Selama ada akses internet dan gawai, pemustaka bisa mengakses perpustakaan,” tambahnya.
Keunggulan lain perpustakaan digital adalah memungkinkan informasi dikumpulkan secara kolektif. Koleksi perpustakaan digital pun telah dikurasi sehingga memudahkan publik memilah informasi yang melimpah di ruang digital.
Di sisi lain, sumber daya manusia untuk mengembangkan perpustakaan digital mesti disiapkan. SDM yang dimaksud setidaknya mesti memiliki keterampilan di bidang teknologi informasi. Pustakawan pun dituntut untuk meningkatkan kompetensi, misalnya mengemas data atau informasi agar mudah dibaca publik.
Infrastruktur pendukung juga mesti disiapkan, antara lain peladen atau server dan aplikasi untuk mengakses perpustakaan digital. Peta jalan digitalisasi perpustakaan juga diperlukan.
Perpustakaan digital pun telah dirintis Perpustakaan Nasional melalui aplikasi iPusnas pada 2016. Aplikasi ini telah diunduh lebih dari satu juta kali. Pada 2018, aplikasi ini mencatat ada 987.369 kali peminjaman buku.
Duta Baca Indonesia Gol A Gong sebelumnya mengatakan, platform digital di Indonesia sudah tumbuh. Hal ini dimanfaatkan pemustaka untuk melakukan kegiatan literasi. Penulis juga memanfaatkan platform digital untuk berinteraksi dengan pembaca. Karya tulis penulis pun kini bisa diakses secara daring (Kompas.id, 18/1/2022).