Gejala ”long covid” juga bisa terjadi pada anak. Karena itu, dampak penularan Covid-19 pada anak bisa terjadi dalam jangka panjang. Upaya perlindungan harus diperkuat untuk mencegah penularan pada anak.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Apabila anak mengalami penurunan kognitif atau kelelahan berkepanjangan setelah terinfeksi Covid-19, orangtua sebaiknya waspada. Kondisi tersebut bisa menjadi tanda dari sindrom pasca-Covid atau long covid syndrome pada anak.
Sekalipun tes reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR) sudah menunjukkan hasil negatif, sejumlah anak ditemukan masih mengalami gejala, bahkan sampai lebih dari 12 minggu setelah terinfeksi Covid-19. Dari studi yang dilaporkan, banyak anak mengalami gangguan kognitif dan kelelahan pasca-infeksi Covid-19.
Selain itu, ditemukan pula anak yang mengalami sesak napas, nyeri pada dada, gangguan tidur, jantung berdebar, serta pusing. Tidak sedikit juga anak yang merasakan nyeri pada telinga, diare, gangguan nafsu makan, ruam pada kulit, serta depresi dan cemas.
Nastiti Kaswandani dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM) di Jakarta, Senin (14/2/2022), menyampaikan, virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19 dapat menginfeksi sebagian besar organ tubuh manusia. Karena itu, dampaknya tidak hanya mengganggu fungsi saluran napas, tetapi juga organ tubuh lainnya. Dampaknya pun bisa berkepanjangan.
”Perburukan yang terjadi ketika tertular Covid-19 juga bisa berpengaruh pada gejala long covid yang dialami. Jika saat sakit timbul gejala yang berat seperti pneumonia, risiko long covid bisa makin besar,” ujarnya.
Oleh sebab itu, Nastiti mengatakan, pemantauan harus tetap dilakukan pasca-infeksi Covid-19. Orangtua perlu lebih memperhatikan kondisi anaknya meski sudah dinyatakan sembuh. Jika terjadi perubahan kebiasaan, orangtua sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.
Perubahan kebiasaan tersebut dapat dilihat dari aktivitas harian anak, seperti anak mudah lelah ketika bermain, kesulitan menangkap pelajaran, atau ada perubahan nafsu makan. Penanganan perlu diberikan cepat agar kondisi anak bisa diatasi dengan baik.
Studi Children and Young People with Long Covid (CLoCk), studi yang dilakukan para peneliti di University College London Great Ormond Street Institute of Child Health, menemukan, anak yang pernah terinfeksi Covid-19 mengalami gejala yang lebih panjang. Anak yang mengalami gejala tersebut rata-rata mengalami dua atau lebih gejala long covid.
Dampak Covid-19 pada anak ini makin menjadi perhatian karena jumlah anak yang tertular Covid-19 makin besar. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat, pada 7 Februari 2022 jumlah anak positif Covid-19 mencapai 7.993 kasus atau meningkat hampir 10 kali lipat dibandingkan 24 Januari 2022.
Secara kumulatif, Kementerian Kesehatan melaporkan, sebanyak 13,3 persen kasus terkonfirmasi positif Covid-19 ditemukan pada kelompok usia 0-18 tahun. Kasus kematian pun tercatat sekitar 1 persen dari seluruh kasus yang dilaporkan. Kondisi tersebut menunjukkan anak dan remaja juga dapat tertular Covid-19 dan bisa berisiko fatal hingga kematian.
Perburukan yang terjadi ketika tertular Covid-19 juga bisa berpengaruh pada gejala long covid yang dialami. Jika saat sakit timbul gejala yang berat seperti pneumonia, risiko long covid bisa makin besar.
Sindrom multisistem
Nastiti menyampaikan, kondisi khas yang kini banyak ditemukan pada anak setelah tertular Covid-19 ialah sindrom inflamasi multisistem pada anak (MIS-C/multisystem inflammatory syndrome in children). Gambaran klinis dan laboratorium dari anak yang mengalami sindrom ini mirip dengan penyakit kawasaki.
Gejala yang bisa dilihat adalah demam yang terjadi lebih dari tiga hari. Selain itu, gejala lain yang menyertai seperti ruam pada mulut, tangan, dan kaki, shock, serta diare dan muntah. Sindrom inflamasi multisistem ini banyak dilaporkan terjadi pada anak yang tidak memiliki komorbid sebelumnya.
”MIS-C merupakan salah satu manifestasi sindrom post-covid yang berat dan bisa mengancam jiwa. Kondisi ini bisa dialami oleh semua umur anak, tetapi lebih banyak ditemukan pada usia remaja,” tutur Nastiti.
Apabila anak menunjukkan tanda dan gejala gangguan tersebut, orangtua perlu segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk menemukan adanya inflamasi atau peradangan pada tubuh.
Nastiti menyampaikan, dampak long covid yang juga banyak ditemukan adalah insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM). Selama pandemi Covid-19, kasus IDDM yang biasanya ditemukan pada usia muda meningkat sampai empat kali lipat. Sejumlah kajian pun menunjukkan adanya keterkaitan peningkatan kasus IDDM dengan penularan Covid-19 pada anak.
”Upaya terbaik untuk melindungi anak kita adalah dengan mencegah jangan sampai penularan terjadi pada anak. Riset mengenai long covid pada anak masih kurang sehingga ini masih seperti misteri yang belum terpecahkan. Namun, risiko itu sangat mungkin terjadi,” tuturnya.
Infrastruktur kesehatan, terutama terkait pelayanan pada anak, yang masih terbatas di Indonesia dikhawatirkan akan membuat penanganan pada anak tidak bisa optimal. Hal ini diperburuk dengan kompleksitas persoalan kesehatan pada anak.
Jumlah anak yang mengalami tengkes dan obesitas di Indonesia cukup tinggi. Banyak juga anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Jumlah anak yang mendapatkan vaksinasi Covid-19 juga masih minim. Dengan begitu, risiko penularan pada anak menjadi makin besar.
Ketua Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengutarakan, kasus penularan Covid-19 pada anak tidak boleh disepelekan sekalipun sebagian besar ditemukan dengan gejala ringan. Kasus anak dengan kondisi berat mulai ditemukan, seperti adanya anak yang mengalami gagal jantung setelah terpapar Covid-19.
”Memang kita tidak boleh panik, tetapi harus tetap waspada. Yang paling penting, mencegah supaya anak tidak tertular. Kami mengimbau agar orangtua bisa mempersiapkan anak untuk cakap menjalankan protokol kesehatan. Dengan penularan varian Omicron yang cepat, juga sangat tidak disarankan membawa anak ke pusat keramaian,” ujarnya.