Puluhan Gedung Rusak, Layanan Kesehatan dan Pendidikan bagi Korban Gempa Pandeglang Dialihkan
Dengan pertimbangan keamanan, layanan pendidikan dan kesehatan di sejumlah sekolah dan puskesmas di Pandeglang dialihkan, di antaranya Puskesmas Sumur yang pindah ke kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon.
PANDEGLANG, KOMPAS —Puluhan sekolah dan fasilitas kesehatan di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten rusak diguncang gempa bermagnitudo 6,6, Jumat (14/1/2022). Akibatnya, layanan kesehatan dan pendidikan dialihkan sembari menunggu perbaikan infrastruktur tersebut.
Sedikitnya 36 bangunan sekolah di Pandeglang rusak diguncang gempa yang berpusat di Selat Sunda tersebut. Dua di antaranya SD Negeri Kertajaya 1 dan Madrasah Tsanawiyah Mathla’ul Anwar di Kecamatan Sumur. Dinding bangunan kedua sekolah itu retak-retak.
”Nanti akan ditangani secara terpadu. Sebab, meskipun berbeda sekolahnya, fungsinya sama saja, melayani masyarakat untuk pendidikan anak-anak sekitar,” ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat mengunjungi kedua sekolah yang bersebelahan tersebut, Minggu (16/1/2022).
Muhadjir mengatakan, Pemerintah Kabupaten Pandeglang bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera mendirikan tenda di halaman sekolah. Kegiatan belajar mengajar akan dialihkan ketenda tersebut.
Bupati Pandeglang Irna Narulita mengatakan, selain sekolah, lima puskesmas juga rusak akibat gempa. Sementara 1.114 rumah rusak ringan, 400-an rumah rusak sedang, dan 337 rumah rusak berat.
Warga yang rumahnya rusak berat mengungsi ke rumah kerabatnya. ”Mereka tidak mau ditempatkan di pengungsian terpusat. Kami membuat mereka nyaman saja. Tetapi, untuk bantuan logistik, tetap disalurkan,” ujarnya.
Irna menambahkan, pihaknya bersama BNPB akan memverifikasi kerusakan rumah dalam dua pekan ke depan. Hal ini dibutuhkan untuk memvalidiasi data sehingga penyaluran bantuan renovasi tepat sasaran.
Selain sekolah, lima puskesmas juga rusak akibat gempa. Sementara 1.114 rumah rusak ringan, 400-an rumah rusak sedang, dan 337 rumah rusak berat.
Salah satu fasilitas kesehatan yang rusak adalah Puskesmas Sumur. Langit-langit lorong di lantai dua berjatuhan. Sementara dinding di lantai satu retak-retak.
Layanan kesehatan tersebut dipindahkan ke satu ruangan di kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III. Hal ini dikarenankan layanan puskemas bagi masyarakat setempat tidak bisa ditunda.
”Kami memindahkan layanan gawat darurat selama 24 jam karena gedung puskesmas tak bisa dipakai. Kalau puskesmas tutup, bingung nanti bagaimana caranya masyarakat berobat,” ujar Eha Juleha, Kepala Puskesmas Sumur.
Puskesmas Sumur melayani warga dari tujuh desa di kecamatan tersebut. Selain itu, sejumlah warga dari Kecamatan Cimanggu juga sering mengakses layanan kesehatan di sana.
Eha berharap pemerintah daerah dapat mengalihfungsikan salah satu kantor atau bangunan milik pemerintah untuk operasional puskesmas. Dengan begitu layanan kesehatan berjalan optimal.
Hingga Minggu siang, pegawai puskesmas di Balai Taman Nasional Ujung Kulon Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III telah melayani sejumlah pasien. Salah satunya pasien yang terluka akibat kecelakaan sepeda motor.
Sejumlah warga korban gempa di Kecamatan Sumur, Cimanggu, dan Cibaliung mulai memperbaiki rumahnya, Minggu. Mayoritas genteng rumah berjatuhan. Salah satu penyebabnya karena penyangga genteng berbahan bambu tidak kuat menahan guncangan.
Sulaiman (64), warga Desa Kertajaya, Sumur, misalnya, memperbaiki genteng rumahnya yang bocor. Meskipun kerusakan rumah itu telah didata oleh petugas desa, ia memilih untuk memperbaikinya secara mandiri.
”Kalau tidak segera diperbaiki dan nanti turun hujan, tentu akan semakin merepotkan. Jadi, lebih baik genteng yang pecah dan penyangganya diganti sekalian,” ujarnya.
Akan tetapi, sejumlah warga lainnya memilih bertahan di saung di halaman rumah. Salah satunya Surono (55), warga Desa Tamanjaya, Sumber. Hampir semua sisi dinding rumahnya retak. Tembok beberapa kamarnya juga ambrol.
”Memang sengaja rumah belum dibersihkan dan diperbaiki. Takut roboh karena masih ada gempa susulan. Lebih baik menunggu beberapa hari sampai kondisinya kembali normal,” ujarnya.