Kasus Omicron Kian Bertambah, Layanan Isolasi Terpusat Perlu Disiapkan
Kasus baru varian Omicron kembali terdeteksi. Penerapan protokol kesehatan harus diperkuat. Selain vaksinasi, layanan tes, lacak, dan isolasi juga perlu ditingkatkan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus baru penularan Covid-19 varian Omicron terus bertambah. Kementerian Kesehatan telah melaporkan adanya 57 kasus baru varian tersebut sehingga total kasus kini menjadi 318 kasus.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi ketika dihubungi di Jakarta, Sabtu (8/1/2022), mengatakan, dari 318 kasus yang dilaporkan, sebanyak 23 kasus merupakan kasus yang berasal dari transmisi lokal serta 295 kasus berasal dari pelaku perjalanan luar negeri. Kasus terbanyak berasal dari pelaku perjalanan dari Turki dan Arab Saudi.
”Berbagai upaya terus kami lakukan untuk mengantisipasi meluasnya kasus varian Omicron. Itu termasuk dengan mengoptimalkan layanan telemedicine, tambahan oksigen konsentrator, dan juga ventilator,” tuturnya.
Nadia menambahkan, sebagian besar dari kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19 varian Omicron tidak bergejala atau bergejala ringan. Mereka juga banyak yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Karena itu, menurut Nadia, meski vaksinasi dinilai dapat mengurangi tingkat keparahan akibat Covid-19, itu tidak cukup untuk mencegah penularan dari varian Omicron. Vaksinasi tetap harus dibarengi dengan disiplin protokol kesehatan yang ketat.
Isolasi terpusat
Kementerian Kesehatan mencatat 99 persen dari seluruh kasus varian Omicron yang diisolasi memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Sebanyak 4,3 persen kasus memiliki komorbid atau penyakit penyerta seperti diabetes melitus dan hipertensi. Sementara sebanyak satu persen kasus membutuhkan terapi oksigen.
Nadia pun mengungkapkan, pada pasien asimtomatik atau tanpa gejala dan bergejala ringan memerlukan perubahan tata laksana perawatan. Itu seperti penambahan obat molnupiravir dan paxloid untuk gejala ringan.
”Selain itu, perlu penyiapan isolasi terpusat di DKI Jakarta dan aktivasi program telemedicine untuk isolasi mandiri di DKI Jakarta. Ini karena dari semua kasus, mayoritas kini ada di DKI Jakarta dan satu kasus di Surabaya,” tuturnya.
Selain itu, pasien dengan komorbid, baik dengan tingkat keparahan ringan maupun berat, untuk tetap dirawat di rumah sakit. Pemetaan dan penilaian terkait kebutuhan konsentrator oksigen di daerah yang mengalami peningkatan kasus juga perlu dilakukan, seperti di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Sulawesi Utara.
Protokol kesehatan 5M dan vaksinasi harus berjalan beriringan sebagai kunci untuk melindungi diri dan orang sekitar dari penularan Omicron.
Nadia menuturkan, Kementerian Kesehatan juga mendorong setiap daerah untuk memperkuat kegiatan tes, lacak, dan isolasi. Kegiatan surveilans perlu ditingkatkan jika ditemukan kluster baru penularan Covid-19. Setiap individu pun diminta untuk semakin patuh menjalankan protokol kesehatan.
”Protokol kesehatan 5M dan vaksinasi harus berjalan beriringan sebagai kunci untuk melindungi diri dan orang sekitar dari penularan Omicron,” katanya.
Melalui siaran pers, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Suprapto menyampaikan, pelaksanaan pemberian vaksinasi penguat untuk masyarakat masih disiapkan. Vaksinasi penguat ini akan diutamakan bagi masyarakat usia di atas 18 tahun yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dua dosis lebih dari enam bulan sebelumnya.
Pemberian vaksinasi penguat juga akan diprioritaskan pada masyarakat yang berada di kabupaten/kota dengan capaian vaksinasi dosis pertama lebih dari 70 persen dan vaksinasi dosis kedua lebih dari 60 persen. Saat ini tercatat ada 244 kabupaten/kota yang telah memenuhi syarat tersebut.
”Penetapan dasar hukum pelaksanaan vaksinasi booster (penguat) masih menunggu evidence-based dari ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization). Dasar hukum ini nanti akan mencakup aturan terkait mekanisme, pembiayaan, dan lainnya,” ujar Agus.
Sementara itu, terkait dengan pemenuhan vaksin, pada 2022 ini masih ada stok vaksin yang akan didapatkan melalui hibah mekanisme Fasilitas Covax sebanyak 97.148.300 dosis dan 10.200.000 dosis melalui Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia.