Lebih Mudah, Ukur Tekanan Darah Cukup dengan Klip di Jari
Peneliti mengembangkan alat pengukur tekanan darah berupa klip pada jari. Bentuknya mirip oksimeter yang biasa ditemui. Selain simpel dan tidak ”menyakitkan”, alat ini bisa membaca parameter kesehatan lainnya.
Oleh
Ichwan Susanto
·3 menit baca
Kemudahan dalam teknologi medis sangat membantu masyarakat, khususnya dalam memitigasi risiko kesehatan pada tubuhnya. Misalnya, pengukuran tekanan darah perlu dilakukan secara rutin, baik pada orang yang sakit maupun sehat. Sebab, tekanan darah yang terlalu tinggi ataupun rendah bisa menjadi awal atau gejala munculnya penyakit serius, misalnya stroke dan gangguan jantung.
Alat untuk mengukur tekanan darah yang umum tersedia saat ini—baik penggunaan di rumah maupun fasilitas kesehatan—berupa kain atau karet yang dililitkan di lengan. Lalu kain ini akan dipompa dan menekan/memeras lengan yang bila dilakukan terlalu sering acapkali menimbulkan rasa tidak nyaman. Bahkan, bila perulangan dilakukan dalam waktu pendek bisa berisiko merusak pembuluh darah.
Kekurangan lainnya, penggunaan alat bernama sfigmomanometer atau lebih familiar disebut tensimeter itu bisa menimbulkan kegugupan pada seseorang. Rasa gugup ini bisa meningkatkan tekanan darah saat pemeriksaan sehingga hasil pengukuran menjadi tidak akurat.
Kabar baiknya, peneliti dari University of Missouri di Amerika Serikat saat ini sedang menunggu paten dari hasil temuan mereka, yaitu sfigmomanometer atau lebih familiar disebut tensimeter yang lebih mudah dan nyaman untuk dipakai. Temuan mereka diklaim menyediakan cara non-invasif yang cepat untuk mengukur dan terus memantau tekanan darah.
Menurut Richard Byfield, mahasiswa pascasarjana teknik mesin dan kedirgantaraan di Missouri University College of Enginering, perangkat ini juga dapat secara bersamaan mengukur empat tanda vital tambahan, yaitu detak jantung, saturasi oksigen darah, suhu tubuh, dan laju pernapasan.
”Perangkat kami dapat merekam tekanan darah seseorang dalam waktu lima detik dengan menggunakan sensor optik yang ditempatkan di ujung jari yang mengukur jumlah cahaya yang dipantulkan dari pembuluh darah di bawah permukaan kulit,” kata Byfield, dalam siaran pers University of Missouri, 4 Januari 2022.
Perbedaan tekanan dapat mengubah gelombang, tetapi dengan desain klip jari, pegas memberikan tekanan konstan.
Proses ini disebut photoplethysmography (PPG). Perangkat yang dibuat Byfield dan timnya menggunakan dua sensor PPG yang terletak di dua titik berbeda pada jari untuk menangkap denyut nadi seseorang guna menghitung kecepatan gelombang nadi, atau seberapa cepat darah mengalir melalui aliran darah.
Setelah data dari kecepatan gelombang pulsa dikumpulkan, data tersebut ditransmisikan secara nirkabel ke komputer untuk pemrosesan sinyal dan perhitungan tekanan darah oleh algoritma pembelajaran mesin. Para peneliti mengatakan, penelitian lain juga menunjukkan kecepatan gelombang nadi memiliki korelasi kuat dengan tekanan darah.
Hasil studi Byfield dan rekan-rekan ini dilaporkan dalam IEEE Sensors Journal yang dipublikasikan pada 10 Desember 2021.
Tes awal perangkat dengan 26 peserta studi memberikan tingkat akurasi sekitar 90 persen untuk tekanan darah sistolik dan tingkat akurasi 63 persen untuk tekanan darah diastolik. Byfield mengatakan, tingkat akurasi berbeda antara sistolik dan diastolik karena diastolik—yang merupakan tekanan darah minimum seseorang—dapat berubah secara signifikan tergantung pada usia seseorang, dan juga dapat dikendalikan oleh berbagai faktor, seperti usia, kekakuan arteri, kesehatan secara keseluruhan, dan berat badan.
Byfield dan rekan-rekannya juga mengakui ada beberapa masalah dengan membuat sensor PPG bekerja untuk mendapatkan pengukuran ini. ”Salah satunya disebut gerakan artefak. Jika Anda menggerakkan sensor PPG saat sedang membaca, hal itu dapat memengaruhi gelombang yang sedang direkam,” katanya.
Selain itu, para peneliti tersebut juga menemukan bahwa perbedaan tekanan dapat mengubah gelombang tetapi dengan desain klip jari, pegas memberikan tekanan konstan. Alasan lain metode ini belum banyak dieksplorasi karena biasanya klip jari hanya memiliki satu sensor.
Paten sementara telah diajukan untuk perangkat tersebut. Para peneliti saat ini sedang mengembangkan perangkat untuk digunakan di rumah, dan tujuan jangka panjang mereka mencakup aplikasi klinis dan komersial yang potensial. Byfield mengatakan, aplikasi klinis dapat membantu meringankan beberapa beban bagi perawat yang berurusan dengan banyak perangkat untuk memantau tanda-tanda vital pasien.
Para peneliti juga bekerja untuk menggabungkan perangkat dalam pengumpulan data untuk studi masa depan dengan mengembangkan model komputasi prediktif. Ini diharapkan dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda vital yang dapat berfungsi sebagai indikator untuk berbagai penyakit manusia, termasuk Covid-19 dan flu, kata Jian Lin dari William R Kimel Faculty Fellow yang juga profesor teknik mesin dan kedirgantaraan.
”Tujuan kami adalah mengembangkan dampak yang lebih luas untuk perangkat kami di luar cara baru untuk mengukur tanda-tanda vital,” kata Lin, yang merupakan penulis korespondensi dalam studi tersebut.