BRIN mengukuhkan empat profesor riset baru dari bidang politik, kimia makromolekul, dan penginderaan jauh. Pengukuhan ini menambah jumlah profesor pada tingkat nasional menjadi 7.833 orang.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN mengukuhkan empat profesor riset baru di Jakarta, Kamis (23/12/2021). Pengukuhan ini menambah jumlah profesor pada tingkat nasional menjadi 7.833 orang. Pengukuhan ini sekaligus menjadi momentum penting untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di BRIN.
Empat profesor riset yang dikukuhkan tersebut adalah Irtanto dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Jawa Timur, Agus Haryono dari Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Teknik BRIN, Siswanto dari Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Humaniora BRIN, dan Muhammad Rokhis Khomaruddin dari Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN.
Dalam orasinya, Irtanto dari bidang politik menjelaskan, perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi telah melahirkan otonomi daerah. Otonomi daerah diharapkan dapat memelihara hubungan yang serasi, baik antara pusat dan daerah maupun antardaerah, sehingga dapat meningkatkan pembangunan daerah dan kinerja birokrasi pelayanan publik.
”Namun, dalam pelaksanaannya, otonomi daerah justru menimbulkan berbagai konflik antardaerah otonom kabupaten/kota dan konflik internal daerah otonom,” ujarnya.
Menjadi seorang profesor memerlukan ketekunan dan semangat yang tinggi dalam melakukan riset.
Menurut Irtanto, konflik dalam otonomi daerah perlu diselesaikan dan perlu dikonstruksi demi kelangsungan pemerintahan daerah. Penanganan konflik perlu melibatkan para pihak yang berkonflik dengan mempertimbangkan solusi yang saling menguntungkan untuk mengakomodasi semua kepentingan.
Agus Haryono dari bidang kimia makromolekul menjelaskan tentang permasalahan sampah yang timbul akibat pemakaian plastik yang tidak ramah lingkungan. Fenomena mikroplastik yang mencemari lautan Indonesia hingga berdampak terhadap biota laut menjadi bukti pentingnya pengembangan kemasan ramah lingkungan.
”Minyak kelapa sawit dan biomassa dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku biopolimer, biokomposit, dan bioaditif. Melalui proses modifikasi struktur makromolekul yang tepat, aplikasi dapat menjadi lebih optimal pada kemasan dan pelapis yang ramah lingkungan,” kata Agus.
Sementara Siswanto dari bidang ilmu politik menyampaikan orasi tentang perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam sengketa Irian Barat dari pasif netral menjadi aktif mediasi. Adapun Muhammad Rokhis Khomaruddin dari bidang teknologi penginderaan jauh dan geomatika menyampaikan orasi tentang pemanfaatan data penginderaan jauh untuk mitigasi bencana.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, menjadi seorang profesor memerlukan ketekunan dan semangat yang tinggi dalam melakukan riset. Jiwa semangat dan selalu fokus dalam menjalankan tugas sebagai seorang periset juga menjadi modal utama untuk dapat meraih prestasi hingga menjadi profesor.
Kepada empat profesor yang dikukuhkan tersebut, Handoko berpesan agar mampu membina para periset di bawahnya untuk dapat bekerja lebih baik sehingga penelitian yang dilakukan dapat memberikan hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan demikian, di masa mendatang, kualitas SDM iptek BRIN terus meningkat dan mampu bersaing dengan para periset di tingkat global.