Riset di Indonesia difokuskan untuk mengeksplorasi serta meningkatkan nilai tambah dari nilai lokal dan keanekaragaman hayati yang dimiliki. Selain itu, untuk meningkatkan kemandirian dan teknologi.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengembangan sumber daya manusia serta infrastruktur riset dan inovasi menjadi hal penting untuk menghasilkan sumber daya manusia di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang unggul bagi masa depan Indonesia. Sebab, untuk mewujudkan Indonesia Maju 2045 lewat ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilakukan dengan aktivitas riset dan inovasi sehingga memberikan fondasi kuat bagi Indonesia.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, Rabu (15/12/2021), di Jakarta, mengatakan, integrasi dan konsolidasi BRIN ditargetkan bisa selesai awal 2022 untuk mencapai riset dan inovasi yang mampu memberikan kontribusi nyata riset dan inovasi dalam pembangunan nasional. Meskipun situasi pandemi sempat memaksa refocusing, program riset dan inovasi tetap mengacu pada Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2024.
”Kita habis-habisan mengubah program karena pandemi. Jadi, perlu dievaluasi tata kelola dan program karena sudah berjalan hampir tiga tahun. Secara umum tetap bersandar pada perencanaan RIRN,” kata Laksana di webinar bertajuk Membangun Digital, Blue, & Green Economy melalui Riset dan Inovasi serta Penganugerahan Jurnalis dan Media BRIN 2021 yang digelar BRIN di Jakarta.
Dalam kaitan riset dan inovasi untuk mendukung ekonomi hijau, Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas yang belum dieksplorasi dan dikembangkan dengan nilai tambah.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Sekretaris Utama BRIN Nur Tri Suestiningtyas mengatakan, konsolidasi sumber daya yang dilakukan meliputi sumber daya manusia peneliti, program, anggaran, dan aset. ”Usulan SDM periset dari 34 kementerian/lembaga sebanyak 2.476 orang, maksimum diselesaikan satu tahun untuk proses transisinya,” ujar Nur.
Terkait SDM iptek berdasarkan RIRN 2017-2045, mulai ada peningkatan dari tahun 2015. Misalnya, jumlah peneliti per satu juta penduduk pada 015 baru 1.071 orang, pada tahun 2020 menjadi 1.600 orang, dan pada 2045 ditargetkan 8.600 orang. Juga akan ditingkatkan lulusan sarjana dan pascasarjana dari 5,6 persen pada tahun 2015, pada 2045 mencapai 100 persen. Dengan peningkatan SDM iptek berarti akan ada peningkatan produktivitas riset yang pada 2020 baru 0,04 di tahun 2045 ditargetkan 0,22.
BRIN memiliki program manajemen talenta nasional (MTN) bidang riset dan inovasi untuk mewujudkan SDM riset dan inovasi unggul. Program ini menyasar mahasiswa di perguruan tinggi lewat Merdeka Belajar Kampus Merdeka, lalu ada S-2 dan S-3 lewat riset, hingga kolaborasi riset. Ada juga program enterpreneurship iptek. Untuk perekrutan SDM iptek BRIN pun jadi mudah dan yang menjadi peneliti aparatur sipil negara bergelar doktor.
Laksana menambahkan, dengan kebijakan infrastruktur riset BRIN yang terbuka, pemanfaatannya bisa dilakukan berbagai pihak untuk memperkuat kolaborasi riset dan inovasi. Infrastruktur riset bisa dimanfaatkan pelaku usaha dalam dan luar negeri, perguruan tinggi, serta untuk kolaborasi global.
Riset di Indonesia difokuskan untuk mengekplorasi serta meningkatkan nilai tambah dari nilai lokal dan keanekaragaman hayati yang dimiliki. Selain itu, untuk meningkatkan kemandirian dan teknologi.
”Penciptaan nilai tambah yang signifikan dari apa yang kita miliki juga bisa dipakai sebagai mekanisme pusat dan platform riset global yang berbasis keanekaragaman global. Kita dorong industri untuk masuk riset,” ujar Laksana.
Laksana memaparkan strategi membuat ekosistem riset yang dijalankan, seperti menciptakan regulasi yang ramah riset. Tahun lalu ada super tax deduction yang bisa diperoleh kalau telah melakukan aktivitas. BRIN dengan kewenangannya akan menciptakan peraturan bagi dunia usaha/industri yang akan masuk dalam dunia riset. Lalu, menciptakan infrastruktur riset terbuka dan manajemen talenta nasional sehingga infrastruktur riset bisa dipakai atau diakses banyak pihak, termasuk industri.
Dalam kaitan riset dan inovasi untuk mendukung ekonomi hijau, Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas yang belum dieksplorasi dan dikembangkan dengan nilai tambah. Adapun blue economy karena 60 persen laut juga belum banyak dieksplorasi, yang bukan hanya untuk pangan, melainkan juga kesehatan dan energi. Demikian pula ekonomi digital karena teknologi digital bergerak sangat cepat dan bisa dieksplorasi lagi.
Di akhir webinar, BRIN memberikan anugerah bagi jurnalis dan media BRIN 2021. Untuk pertama kalinya anugerah ini digelar sebagai kolaborasi dalam menyebarluaskan informasi tentang riset dan inovasi di Indonesia.
Dari tiga kategori untuk jurnalis, dua wartawan harian Kompas menerima penghargaan. Deonisia Arlinta menjadi juara jurnalis terbaik media massa cetak, sedangkan Pradipta Pandu Mustika meraih peringkat kedua junalis media massa daring (Kompas.id).
Ada pula kategori jurnalis terproduktif yang diraih wartawan Antaranews.com. Lalu, kategori media massa cetak pendukung riset dan inovasi diraih Koran Sindo, media massa daring diraih antaranews.com, media massa elektronik televisi diraih Kompas TV, serta media massa elektronik radio diraih MNCTrijaya.