Lontaran Abu Semeru dapat Tersebar Lebih Jauh Tergantung Arah dan Kecepatan Angin
Erupsi Semeru berupa awan panas guguran dan guguran batuan ke sektor tenggara serta selatan dari puncak. Masyarakat direkomendasikan untuk tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari puncak.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berpotensi mengeluarkan lontaran batu pijar di sekitar puncak. Sementara material lontaran berukuran abu dapat tersebar lebih jauh tergantung arah dan kecepatan angin.
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, Sabtu (4/12/2021) malam. Menurut Eko, potensi ancaman bahaya lainnya dari erupsi Semeru berupa awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah atau ujung lidah lava ke sektor tenggara serta selatan dari puncak.
”Jika terjadi hujan dapat mengakibatkan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental ini, kami simpulkan potensi ancaman bahayanya, tingkat aktivitas Gunung Semeru masih ditetapkan di Level 2 atau Waspada. Masyarakat direkomendasikan untuk tidak beraktivitas dengan radius 1 kilometer dari puncak Semeru,” ujarnya.
Eko menjelaskan, aktivitas Gunung Semeru saat ini terdapat di Kawah Jonggring Saloko yang terletak di sebelah tenggara puncak Mahameru yang terbentuk sejak 1913. Letusan Semeru umumnya bertipe vulkanian dan strombolian berupa penghancuran dan pembetukan kubah atau lidah lava baru.
Jika terjadi hujan dapat mengakibatkan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di daerah puncak. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pemantauan visual dan instrumental ini, kami simpulkan potensi ancaman bahayanya, tingkat aktivitas Gunung Semeru masih ditetapkan di Level 2 atau Waspada.
”Penghancuran kubah atau lidah lava mengakibatkan pembentukan awan panas guguran yang merupakan karakteristik dari Gunung Semeru. Jadi, pengamatan hari ini secara visual, gunung api terlihat jelas sehingga tertutup kabut dan teramati hembusan gas dari kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal,” ujarnya.
Dari sisi kegempaan yang terekam selama 1-30 November 2021 didominasi gempa letusan dengan rata-rata 50 kejadian per hari. Sementara pada 1-3 Desember 2021, terekam gempa guguran masing-masing empat kali. Teramati juga gempa vulkanik dalam, vulkanik dangkal, dan tremor dengan intesitas yang sangat rendah.
Dari hasil pengamatan visual ini menunjukkan kemunculan guguran dan awan panas guguran diakibatkan oleh ketidakstabilan endapan lidah lava serta interaksi batuan yang bersuhu relatif tinggi dengan air hujan. Aktivitas yang terjadi pada 1-4 Desember merupakan aktivitas permukaan dan dari kegempaan tidak menunjukkan adanya kenaikan gempa yang berasosiasi dengan suplai magma atau batuan segar ke permukaan.
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani mengatakan, guguran awan panas dari Gunung Semeru telah terpantau sejak Jumat (3/12/2021) meski intensitasnya tidak terlalu besar. Aktivitas Semeru kemudian semakin meningkat hingga akhirnya terjadi erupsi pada Sabtu yang diawali dengan kejadian laharan disertai awan panas guguran pada pukul 13.30 WIB.
Sementara dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Candipuro, Lumajang, getaran banjir lahar atau guguran awan panas terjadi sejak pukul 14.47dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Hingga Sabtu sore, awan panas guguran Semeru mengarah ke wilayah Besuk Kobokan, Pronojiwo, Lumajang. Guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur berkisar 500-800 meter.
Berdasarkan catatan PVMBG, aktivitas vulkanik Gunung Semeru terjadi pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007, dan 2008. Pada 22 Mei 2008 teramati empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.
Titik pengungsian
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyampaikan, sebagai respons adanya guguran awan panas Gunung Semeru, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat dan para petambang untuk tidak beraktivitas di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Mujur dan Curah Kobokan.
Tim BPPB Lumajang juga terus mengupayakan untuk mendirikan lokasi pengungsian sektoral di lapangan Kamar Kajang, Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang. Lokasi pengungsian yang saat ini sudah terisi terdapat di Desa Supiturang dan Curah Kobokan, Kecamatan Pronojiwo serta Desa Sumberwuluh di Candipuro.
”Kami mengimbau masyarakat khususnya di lokasi terdampak agar tetap tenang, waspada, dan terus mengikuti informasi dari pemerintah serta jangan termakan isu atau berita yang menyesatkan,” katanya.