Setelah erupsi, Gunung Semeru untuk sementara masih berstatus Waspada. Warga tidak direkomendasikan beraktivitas dalam radius satu kilometer dari kawah atau puncak gunung dan jarak 5 kilometer arah bukaan kawah.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Gunung Api masih mengevaluasi kondisi Gunung Semeru di Jawa Timur pascaerupsi pada Sabtu (4/12/2021) pukul 14.50. Selain hujan abu, guguran awan panas Semeru juga bercampur dengan lahar hujan hingga menyebabkan aliran sungai yang berhulu di gunung ini seperti mendidih.
”Kami masih terus memantau dan mengevaluasi situasi Semeru. Namun, sejauh ini statusnya masih belum ditingkatkan dari Level II atau Waspada,” kata Kristianto, Koordinator Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Gunung Api (PVMBG).
Menurut dia, erupsi Semeru saat ini masih memiliki pola yang sama dengan sebelumnya, yaitu bertipe awan panas guguran yang mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. ”Jarak luncur awan panas ini belum bisa dipastikan karena kondisi cuaca. Namun, sejauh ini yang masih kelihatan sekitar 4 km. Kami sudah berusaha ke lokasi ,tetapi masih tertutup lumpur karena abu yang yang bercampur air hujan,” ujar Kristianto.
Kristianto mengatakan, timnya masih mengevaluasi apakah terjadi penyimpangan arah guguran awan panas ini. ”Kalau mengikuti pola biasanya, seharusnya tidak akan berdampak pada permukiman penduduk. Untuk sekarang, status Semeru masih tetap Waspada. Tetapi situasi masih bisa berubah,” tambahnya.
Berdasarkan laporan pemantauan oleh anggota staf PVMBG di Pos Semeru, Yuda Prinardita Pura, erupsi di Gunung Semeru terjadi pada Sabtu pukul 14.50. Visual letusan ini tidak teramati, tetapi erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 milimeter dan durasi 5160 detik.
Dengan situasi ini, PVMBG merekomendasikan agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius satu kilometer dari kawah atau puncak Gunung Semeru dan jarak 5 kilometer arah bukaan kawah di sektor tenggara-selatan. Selain itu, masyarakat diminta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai atau lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru.
Kalau mengikuti pola biasanya, seharusnya tidak akan berdampak pada permukiman penduduk. Untuk sekarang, status Semeru masih tetap Waspada, tetapi situasi masih bisa berubah.
Kristianto juga mengingatkan agar masyarakat menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi. Selain itu, perlu diwaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan.
Laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, sejauh ini tidak ada korban jiwa akibat erupsi yang terjadi di Gunung Semeru.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengimbau warga untuk tetap waspada dan siaga dengan memperhatikan rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh PVMBG. ”BNPB terus memantau dan melakukan koordinasi dengan BPBD setempat dalam penanganan darurat erupsi,” ujarnya.
Semeru memiliki catatan panjang sejarah erupsi yang terekam sejak 1818. PVMBG mencatat, leleran lava Semeru pernah terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter dan material vulkanik menimbun pos pengairan Bantengan.
Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik terjadi beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955-1957, 1958, 1959, 1960. Pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Adapun volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan yang menyebabkan sawah, jembatan, dan rumah warga rusak.
PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada tahun 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.