Perkuat Kapasitas Tenaga Kesehatan dalam Digitalisasi Layanan
Kesiapan sumber daya kesehatan menentukan upaya percepatan digitalisasi kesehatan nasional. Peningkatan kompetensi pun diperlukan dalam pemanfaatan teknologi digital bagi seluruh sumber daya kesehatan di Indonesia.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
Kompas/Priyombodo
Karya inovasi Universitas Indonesia implan tulang wajah yang dipamerkan dalam mini expo acara forum diskusi ”Sinergi Triple Helix Bidang Kesehatan dan Obat” di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (26/2/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Kesiapan sumber daya kesehatan sangat menentukan upaya percepatan digitalisasi kesehatan nasional. Peningkatan kompetensi pun diperlukan dalam pemanfaatan teknologi digital bagi seluruh sumber daya kesehatan di Indonesia.
Kepala Bidang Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (Badan PPSDM) Kesehatan, di Jakarta, Angger Rina Widowati mengatakan hal itu dalam rangkaian webinar Forum Ilmiah Tagunan yang diadakan Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Kamis (2/12/2021), di Jakarta.
Menurut Angger, pandemi Covid-19 telah menyebabkan kontak antarmanusia dibatasi. Kondisi itu menuntut pengembangan inovasi dan pemanfaatan teknologi informasi lebih masif. ”Hal ini jadi milestone yang mendasari perkembangan di bidang kesehatan. Itu menjembatani pelayanan kesehatan, terutama untuk menjangkau daerah yang kekurangan tenaga ahli,” ujarnya.
Angger mengatakan, sumber daya manusia kesehatan harus siap memanfaatkan digitalisasi kesehatan secara optimal. Tenaga kesehatan berperan besar dalam layanan kesehatan digital, yakni melalui fasilitasi dan pemberdayaan masyarakat, komunikasi promotif dan preventif berbasis kesehatan, serta peningkatan surveilans dan penelusuran epidemiologis secara digital.
Tenaga kesehatan juga bisa merancang program dan kebijakan dalam digitalisasi pelayanan kesehatan dan merancang kecerdasan artifisial dalam mendukung promosi kesehatan. Karena itu, tenaga kesehatan diharapkan bisa lebih profesional dan berdaya saing secara global di era digital.
Untuk itu, pemerintah menyiapkan tenaga kesehatan dalam memberikan layanan kesehatan digital. Persiapan ini sangat penting dalam proses akuntabilitas pelayanan di masyarakat.
KOMPAS/JUMARTO YULIANUS
Bidan Hj Erly Marlina membuka aplikasi bidan sehati melalui komputer tablet di tempat praktiknya di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Senin (26/8/2019) petang. Sejak tahun lalu, Erly menggunakan aplikasi tersebut dan beberapa aplikasi lain untuk menunjang pelayanan kepada pasien. Berkat pemanfaatan teknologi internet, pelayanan kesehatan menjadi lebih praktis.
Angger menambahkan, beberapa tahapan akan dilakukan, mulai dari perencanaan pengembangan teknologi layanan kesehatan, menetapkan kompetensi yang diperlukan dalam implementasi kesehatan digital, hingga memberikan waktu dan sarana khusus untuk peningkatan keterampilan tenaga kesehatan.
Program pendidikan bagi tenaga kesehatan juga akan dijalankan secara hibrida atau campuran. Untuk mendukung hal itu, pemerintah menyiapkan investasi khusus untuk penyiapan tenaga kesehatan dalam layanan kesehatan. Hal itu disertai penyusunan regulasi terkait layanan kesehatan digital meliputi keamanan informasi, otorisasi, dan kewenangan klinis.
Berwawasan digital
”Tenaga kesehatan diharapkan bisa berwawasan digital dan mampu memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan upaya promotif dan preventif. Kompetensi tenaga kesehatan akan ditingkatkan, tidak hanya kompetensi profesional, tapi juga kompetensi baru, seperti literasi data, teknologi, dan manusia, serta kompetensi interprofesional,” tuturnya.
Tenaga kesehatan diharapkan bisa berwawasan digital dan mampu memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan upaya promotif dan preventif.
Menurut dia, digitalisasi pelayanan kesehatan memiliki berbagai manfaat. Itu meliputi antara lain, biaya akses layanan kesehatan masyarakat dan pembiayaan fasilitas kesehatan di rumah sakit yang makin efektif, mutu pengelolaan penyakit yang meningkat, serta mengurangi tingkat kekeliruan dan berpotensi mengurangi limbah kesehatan.
Tenaga Nusantara Sehat di Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara, Jumriyanti Nasaru, berpendapat, penerapan teknologi yang optimal seharusnya bisa mengurangi disparitas layanan antara masyarakat yang berada di perkotaan dan daerah pedalaman. Dalam pengembangan layanan sistem informasi juga diharapkan bisa lebih dimanfaatkan untuk upaya preventif.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Berbagai macam alat kesehatan dipamerkan dalam Hospital Expo 2018 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (18/10/2018). Pameran yang berlangsung hingga 20 Oktober 2018 tersebut menampilkan alat-alat kesehatan terkini dan teknologi pendukungnya yang diperuntukkan bagi pengunjung dan institusi kesehatan.
Data dan informasi kesehatan yang didapatkan secara akurat dari setiap individu dapat digunakan untuk sebagai dasar penapisan kesehatan. Jika dimanfaatkan secara maksimal, hal itu mendukung upaya penurunan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), penularan Covid-19, tengkes, dan masalah penyakit tidak menular.
Namun, berbagai kendala masih ditemukan dalam pemanfaatan teknologi kesehatan, terutama di daerah pedalaman, pinggiran, dan pesisir. Kendala itu meliputi, antara lain, akses internet, dukungan pemerintah dan advokasi pemangku kepentingan lain, serta pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai penggunaan teknologi.
”Strategi baru dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat diperlukan agar pemahaman, edukasi, dan penyuluhan mengenai kesehatan bisa dimengerti dengan baik. Inovasi tentang perbaikan gizi dalam pemenuhan masa tumbuh kembang bayi dan balita juga dibutuhkan dengan memanfaatkan bahan makan lokal,” ujarnya.