Cakupan Imunisasi Dasar Turun, Wabah Penyakit Lain Mulai Mengancam
Sejumlah wilayah telah melaporkan adanya kejadian luar biasa penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Pemenuhan imunisasi dasar lengkap pada anak harus segera dikejar untuk mencegah terjadinya wabah.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Layanan imunisasi yang terganggu selama pandemi Covid-19 membuat cakupan imunisasi dasar rutin pada anak menurun. Kondisi ini mendorong munculnya kasus kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi di sejulah wilayah.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Selasa (30/11/2021) mengatakan, sejumlah daerah telah melaporkan adanya kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), seperti difteri, campak, dan rubela. Hal ini disebabkan cakupan imunisasi dasar lengkap yang menurun di daerah tersebut.
”Kami deteksi terjadi KLB (kejadian luar biasa) difteri paling banyak terjadi di Kalimantan Barat dan Sulawesi Tenggara. Sementara campak dan rubela terjadi di Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Papua,” tuturnya.
Maxi menuturkan, kasus positif campak sudah menyebar di 40 kabupaten/ kota di 17 provinsi, sedangkan kasus rubela menyebar di 34 kabupaten/kota di 17 provinsi. Upaya surveilans harus segera dilakukan agar penanganan bisa segera dilakukan.
Ia menambahkan, KLB pada penyakit tersebut terjadi karena selain cakupan imunisasi dasar lengkap menurun selama pandemi, cakupannya pun tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.
Pada 2019, cakupan imunisasi dasar lengkap nasional mencapai 93,7 persen. Namun, tahun 2020, angkanya turun menjadi 79 persen. Pada 2021, angka cakupan tersebut dikhawatirkan semakin menurun. Kementerian Kesehatan mencatat, per Oktober 2021, cakupan imunisasi dasar lengkap baru mencapai 58,4 persen. Pemerintah menargetkan pada akhir 2021 cakupan imunisasi dasar lengkap bisa mencapai 95 persen.
Selain cakupan yang rendah, capaian imunisasi dasar lengkap juga tidak merata. Dari 34 provinsi, hanya ada 10 provinsi yang cakupan imunisasi dasar lengkapnya di atas 60 persen, yakni Banten, Sulawesi Selatan, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bali, Gorontalo, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Timur, dan Jambi.
”Selama dua tahun terakhir cakupan (imunisasi dasar lengkap) yang rendah dan tidak merata berpotensi menimbulkan kerawanan terjadinya kejadian luar biasa penyakit-penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi,” kata Maxi.
Karena itu, ia mengimbau agar seluruh kepala daerah bisa segera mengejar cakupan imunisasi di daerahnya. Kader posyandu beserta ibu PKK perlu lebih digerakkan agar bayi yang belum mendapat imunisasi bisa segera mendapatkannya.
Selama dua tahun terakhir cakupan (imunisasi dasar lengkap) yang rendah dan tidak merata bisa berpotensi menimbulkan kerawanan terjadinya kejadian luar biasa terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Kementerian Kesehatan pun telah memperkuat kerja sama dengan rumah sakit ataupun klinik swasta untuk membantu memantau setiap bayi yang lahir agar terpenuhi imunisasinya. Seluruh masyarakat juga diajak untuk segera membawa anaknya untuk imunisasi. Selain imunisasi dasar lengkap, imunisasi lanjutan serta imunisasi untuk anak sekolah dipastikan tetap diberikan.
Imunisasi dasar yang harus diberikan pada anak usia 0-11 bulan mencakup imunisasi hepatitis B (HB), BCG, DPT-HB-Hib, Polio tetes, Polio suntik, dan campak rubella. Pada usia 18-24 bulan, anak perlu mendapatkan imunisasi lanjutan, yakni DPT-HB-Hib (Haemophillus influenza tipe B) serta campak rubella. Setelah itu, imunisasi lanjutan kembali diberikan campak rubela dan DT pada anak kelas 1 sekolah dasar dan Td pada kelas 2 dan 5 sekolah dasar.
Secara terpisah, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan, vaksinasi rutin perlu dilengkapi untuk mencegah terjadinya wabah penyakit yang bisa mengancam kesehatan anak-anak.
”Penyakit-penyakit tersebut sangat menular yang kalau anak tidak mendapatkan imunisasi serta tidak diberikan secara lengkap bisa menjadi bom waktu yang setiap waktu bisa meledak menjadi wabah,” ucapnya.
Karena itu, Sri mengatakan, jadwal imunisasi anak harus dipatuhi. Jika terlewat sebaiknya segera mengejar keterlambatan jadwal dan konsultasikan kepada dokter. Jadwal imunisasi tersebut sudah tercantum dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Vaksin Covid-19
Sri mengatakan, perlindungan lain yang juga bisa diberikan pada anak lewat vaksinasi adalah vaksin Covid-19. Setidaknya ada dua jenis vaksin Covid-19 yang saat ini sudah bisa diberikan pada usia anak, yakni vaksin buatan Sinovac dan Pfizer.
Sekalipun izin penggunaan darurat vaksin Covid-19 sudah diberikan bagi anak usia 6-11 tahun, untuk sementara, baru anak usia 12-17 tahun yang sudah bisa mendapatkan vaksin Covid-19. Hal ini disebabkan karena jumlah vaksin yang masih terbatas sehingga diprioritaskan terlebih dahulu untuk populasi rentan.
Meski begitu, Sri mengatakan, vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun rencananya akan diberikan mulai awal 2022. ”Vaksinasi pada anak bermanfaat selain untuk dirinya sendiri juga untuk melindungi mereka yang ada di sekitarnya. Vaksinasi pada anak juga akan membantu tercapainya kekebalan komunitas,” ujarnya.
Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) yang juga dokter Spesialis Anak Konsultan Penyakit Infeksi dan Penyakit Tropis Anak Hinky Hindra Irawan Satari menuturkan, vaksinasi Covid-19 pada anak penting diberikan karena risiko penularan pada anak yang sama besarnya dengan orang dewasa. Anak juga dapat terkena long Covid-19.
Terkait dengan KIPI, ia menuturkan, tidak semua orang yang divaksinasi mengalami reaksi tersebut. Reaksi atau KIPI merupakan sesuatu yang wajar. Sekalipun terjadi, jauh lebih ringan bila dibandingkan dengan terkena Covid-19 atau komplikasi yang disebabkannya.
”Jika anak merasa tidak nyaman setelah divaksinasi, anak sebaiknya beristirahat. Obat penurun demam sesuai dosis yang dianjurkan bisa diberikan jika ada gejala dan minum air putih yang cukup,” kata Hinky.