Aspirin Dikaitkan dengan Peningkatan Risiko Gagal Jantung
Penelitian terbaru menunjukkan, konsumsi obat aspirin secara independen dikaitkan dengan peningkatan risiko 26 persen gagal jantung baru.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan aspirin dikaitkan dengan 26 persen peningkatan risiko gagal jantung pada orang dengan setidaknya satu faktor predisposisi untuk kondisi tersebut. Temuan penelitian ini diterbitkan di jurnal ESC Heart Failure dari European Society of Cardiology pada Selasa (23/11/2021).
”Ini adalah studi pertama yang melaporkan bahwa di antara individu dengan setidaknya satu faktor risiko gagal jantung, yang mengonsumsi aspirin lebih mungkin untuk mengembangkan kondisi tersebut daripada mereka yang tidak menggunakan obat tersebut," kata Blerim Mujaj, penulis pertama studi ini dari Faculty of Medicine, University of Freiburg, Jerman, dalam keterangan tertulis.
Sebelumnya, pengaruh aspirin pada gagal jantung masih menjadi kontroversi. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi hubungannya dengan kejadian gagal jantung pada orang dengan dan tanpa penyakit jantung dan menilai apakah penggunaan obat tersebut terkait dengan diagnosis gagal jantung baru kepada mereka yang berisiko.
Analisis ini melibatkan 30.827 orang yang berisiko mengembangkan gagal jantung yang terdaftar dari Eropa Barat dan Amerika Serikat ke dalam studi HOMAGE. Mereka yang ”berisiko” adalah yang termasuk dalam salah satu kategori berikut, yaitu merokok, obesitas, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.
Peserta berusia 40 tahun ke atas dan bebas dari gagal jantung pada awal. Penggunaan aspirin dicatat pada saat pendaftaran dan peserta diklasifikasikan sebagai pengguna atau bukan pengguna. Peserta ditindaklanjuti untuk kejadian pertama gagal jantung fatal atau non-fatal yang memerlukan rawat inap.
Rata-rata usia peserta adalah 67 tahun dan 34 persen adalah perempuan. Pada awal, total 7.698 peserta (25 persen) menggunakan aspirin. Selama 5,3 tahun tindak lanjut, 1.330 peserta mengalami gagal jantung.
Peneliti menyimpulkan, menggunakan aspirin secara independen dikaitkan dengan peningkatan risiko 26 persen gagal jantung baru.
Setelah disesuaikan dengan berbagai faktor lain, seperti jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, merokok, dan faktor risiko lain, peneliti menyimpulkan, menggunakan aspirin secara independen dikaitkan dengan peningkatan risiko 26 persen gagal jantung baru.
Untuk memeriksa konsistensi hasil, para peneliti mengulangi analisis setelah mencocokkan pengguna aspirin dan non-pengguna untuk faktor risiko gagal jantung. Dalam analisis konfirmasi ini, aspirin juga dikaitkan dengan peningkatan risiko 26 persen dari diagnosis gagal jantung baru.
Untuk memeriksa hasil lebih lanjut, analisis diulang setelah mengeluarkan pasien dengan riwayat penyakit kardiovaskular. Pada 22.690 peserta (74 persen) bebas dari penyakit kardiovaskular, penggunaan aspirin dikaitkan dengan peningkatan risiko 27 persen insiden gagal jantung.
Mujaj mengatakan, ”Ini adalah studi besar pertama yang menyelidiki hubungan antara penggunaan aspirin dan insiden gagal jantung pada individu dengan dan tanpa penyakit jantung dan setidaknya satu faktor risiko.”
Dalam penelitian ini, satu dari empat peserta penelitian umumnya minum obat aspirin ini. "Dalam populasi ini, penggunaan aspirin dikaitkan dengan insiden gagal jantung, terlepas dari faktor risiko lainnya," kata dia.
Mujaj menambahkan, ”Uji coba besar multinasional secara acak pada orang dewasa yang berisiko gagal jantung diperlukan untuk memverifikasi hasil ini. Sampai saat itu, pengamatan kami menunjukkan bahwa aspirin harus diresepkan dengan hati-hati kepada mereka yang mengalami gagal jantung atau dengan faktor risiko untuk kondisi tersebut.”
Sejauh ini belum ada konsensus mengenai bahaya aspirin. Namun, pedoman dari United States Preventive Services Task Force (Satuan Tugas Layanan Pencegahan Amerika Serikat) juga memperingatkan agar tidak mengonsumsi aspirin untuk pencegahan utama penyakit jantung, kecuali jika Anda berisiko tinggi. Mereka yang masuk kategori berisiko tinggi di antaranya berusia 50 hingga 69 tahun yang memiliki peluang 10 persen atau lebih besar untuk memiliki serangan jantung atau stroke dalam 10 tahun ke depan.
Tim peneliti dari The Women’s Health Study, John Hopkins Medicine, juga melakukan kajian untuk melihat apakah wanita tanpa riwayat penyakit jantung akan mendapat manfaat dari mengonsumsi aspirin dosis rendah. Para peneliti menemukan bahwa pada kelompok wanita secara keseluruhan, aspirin tidak mengurangi risiko serangan jantung, tetapi meningkatkan risiko pendarahan. Beberapa manfaat terlihat untuk wanita di atas usia 65 tahun.
”Jadi tidak hanya ada kekurangan manfaat bagi perempuan muda yang mengonsumsi aspirin, tetapi juga ada pertanyaan tentang bahayanya,” kata Erin Michos, Director of Preventive Cardiology for the Ciccarone Center for the Prevention of Heart Disease. ”Penting bagi orang untuk menyadari bahwa hanya karena aspirin dijual bebas, tidak berarti obat itu aman. Banyak pasien menggunakan aspirin karena mereka pikir itu baik untuk jantung mereka, tetapi itu membawa beberapa risiko serius,” kata Michos, seperti ditulis di laman hopkinsmedicine.org.
Dua uji klinis besar yang membandingkan aspirin dengan plasebo di antara orang-orang tanpa penyakit jantung yang diketahui memberikan lebih banyak alasan untuk berhati-hati dengan aspirin. Percobaan ARRIVE, termasuk pria di atas usia 55 dan wanita di atas usia 60 yang dianggap berisiko tinggi untuk penyakit jantung dengan memiliki beberapa faktor risiko, dan hasilnya dipublikasikan di jurnal The Lancet pada 2018.
Sementara percobaan ASPREE mendaftarkan orang dewasa yang lebih tua (70 dan lebih tua; Afrika-Amerika dan Hispanik 65 dan lebih tua). Hasil uci coba ini telah dipublikasikan di jurnal NEJM pada 2018.
Kedua percobaan menunjukkan bahwa aspirin dosis rendah (pada 100 miligram per hari) tidak mencegah serangan jantung atau stroke berikutnya selama sekitar lima tahun.
Namun, aspirin memang meningkatkan risiko pendarahan besar. Selanjutnya, dalam uji coba ASPREE, ada lebih banyak kematian yang dikaitkan dengan penggunaan aspirin.