Tim mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto mengembangkan robot pemadam kebakaran dengan penggerak berupa 6 kaki, bukan roda. Diharapkan robot ini bisa membantu penyelamatan korban kebakaran.
Oleh
Megandika Wicaksono
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Empat mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Purwokerto mengembangkan robot pemadam kebakaran. Robot SAR 2021 itu dirancang untuk bisa memadamkan api dan menyelamatkan korban yang terjebak dalam kebakaran. Robot berpenggerak enam kaki ini juga dirancang bisa leluasa melewati rintangan di lapangan.
”Nama robotnya adalah Mumtaz jiddan yang diambil dari bahasa Arab. Artinya adalah yang terbaik,” kata Adinda Putri Apriliana (20), mahasiswi semester V Program Studi Teknik Elektro, di Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Senin (4/10/2021).
Adinda menyampaikan, robot ini diproduksi selama tiga bulan dan menelan biaya hingga Rp 80 juta. Robot ini berjalan berdasarkan program yang diberikan. Robot bisa melewati rintangan berupa jalan yang tidak rata dan berbelok menyusuri lorong-lorong. ”Robot akan memadamkan api secara otomatis, lalu menyelamatkan korban untuk kemudian dibawa ke tempat yang aman,” paparnya.
Menurut Adinda, proses pembuatannya cukup sulit pada bagian pemrograman. Sejumlah onderdil juga harus didatangkan dari luar negeri. ”Harapannya, robot ini bisa dikembangkan lagi dan bisa lebih efisien dalam membantu pertolongan korban kebakaran,” tuturnya.
Saat uji coba di laboratorium, tampak robot butuh beberapa kali melakukan percobaan untuk sampai bisa memadamkan api lilin kemudian menolong korban. Ada suatu masa ketika robot hanya memadamkan api saja dan ada pula masa ketika robot hanya menolong korban saja. Tim beberapa kali melakukan pengecekan dan mengulangi pemrograman supaya robot bisa bergerak seperti yang diinginkan.
Tim pembuat robot selain Adinda, ada Dio Yudha Saputra, Sigit Dwi Prayogo, dan Muhammad Dhiya\'Ul Haq S. Robot ini juga diikutsertakan pada Kontes Robot Indonesia pada cabang Robot SAR 2021 dan lolos di tingkat regional.
”Kelebihan utama robot ini bergerak secara otomatis. Dari segi bentuk, robot ini mirip seperti laba-laba dan merupakan robot berkaki, bukan robot beroda yang bergerak dengan cara melangkah sehingga dapat lebih menyesuaikan diri menghadapi rintangan,” kata Dio.
Dosen Teknik Elektro UMP, Latiful H, menyampaikan, salah satu kesulitan pembuatan robot ini adalah dibutuhkan servo motor untuk penggerak robot. Per servo motor harganya Rp 2 juta. ”Ini perlu proses kalibrasi dan ada servo yang mati saat dicoba mahasiswa. Ini memang sifatnya trial and error. Satu robot ini butuh 18 servo untuk menjalankan 6 kaki,” paparnya.
Kepala Program Studi Teknik Elektro UMP Itmi Hidayat Kurniawan menambahkan, kegiatan robotika di UMP untuk menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat mahasiswa melalui wadah Robotic Study Club. ”Dengan adanya kegiatan robotika ini diharapkan bisa memotivasi mahasiswa untuk dapat menerapkan teknologi robotika dalam dunia nyata,” ujarnya.