Vaksinasi Covid-19 Belum Adil, Kelompok Rentan Masih Tertinggal
Vaksinasi Covid-19 harus dijalankan dengan prinsip keadilan, diberikan secara merata dengan akses yang terbuka, dan memprioritaskan kelompok rentan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah vaksin yang masih terbatas dan kebutuhan yang tinggi untuk seluruh masyarakat membuat vaksinasi Covid-19 harus dijalankan dengan prinsip keadilan. Vaksin juga perlu diberikan secara merata ke seluruh penduduk dengan memprioritaskan kelompok rentan.
Meski begitu, berdasarkan hasil survei daring yang dilakukan Change.org Indonesia, KawalCovid19, dan Katadata Insight Center, terdapat masyarakat nontenaga kesehatan yang sudah mendapatkan vaksin dosis ketiga. Dari 165 responden yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis ketiga, sebanyak 9,6 persen bukan tenaga kesehatan.
Kelompok masyarakat nontenaga kesehatan bisa mendapatkan vaksin Covid-19 dosis ketiga karena, antara lain, memiliki kenalan pihak penyelenggara vaksinasi, mendapatkan penawaran dari pejabat setempat, serta membayar ke perusahaan.
”Meskipun jumlahnya sedikit, ini bertentangan dengan asas equity atau asas keadilan yang disarankan oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Ketimpangan terlihat, di mana ada sebagian masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin dosis ketiga, sementara ada pula masyarakat yang masih kehabisan stok vaksin,” ujar Penasihat Gender dan Pemuda untuk Direktur Jenderal Organisasi WHO Diah Satyani Saminarsih di Jakarta, Rabu (22/9/2021).
Ia menambahkan, pelaksanaan vaksinasi pun harus memperhatikan distribusi dan infrastruktur penunjangnya. Kelompok prioritas seperti warga lansia perlu diutamakan sebagai sasaran vaksinasi.
Data Kementerian Kesehatan per 22 September 2021 menunjukkan, jumlah masyarakat di Indonesia yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama sebanyak 82,7 juta orang dan yang mendapatkan dosis kedua 46,7 juta atau 22,4 persen dari total sasaran vaksinasi. Sementara jumlah orang lansia yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama baru 28,1 persen atau 6 juta orang dan dosis kedua 19,5 persen atau 4,2 juta orang.
Ketimpangan terlihat, di mana ada sebagian masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin dosis ketiga, sementara ada pula masyarakat yang masih kehabisan stok vaksin.
Diah menyampaikan, kelompok rentan menjadi prioritas vaksinasi karena besarnya risiko yang bisa terjadi pada mereka apabila sampai tertular Covid-19. Risiko perburukan hingga kematian amat besar pada kelompok lansia. Tenaga kesehatan pun menjadi prioritas karena tingginya paparan pada virus penyebab Covid-19.
Di samping itu, pemberian vaksinasi harus dipastikan merata agar semakin banyak orang yang terlindungi. Kekebalan komunitas terhadap virus bisa terbentuk jika sebagian besar masyarakat sudah divaksinasi.
”Vaksin harus semakin cepat diterima dan semakin banyak orang yang mendapatkannya. Itu dimulai dari kelompok rentan. Dengan begitu, mutasi virus pun diharapkan bisa dihentikan,” kata Diah.
Head of Katadata Insight Center Adek Media Roza menuturkan, masyarakat sebenarnya sudah puas dengan pelaksanaan vaksinasi selama ini. Namun, dari 6.468 responden, masih ada 12,8 persen yang menyatakan tidak puas.
Ketidakpuasan itu, antara lain, karena terlalu ramai dan antrean panjang, penjagaan yang tidak ketat saat antre, proses pelayanan vaksinasi yang tidak teratur, petugas yang kurang informatif, serta penundaan vaksinasi karena stok habis.
Faktor-faktor itu menjadi alasan masyarakat enggan melanjutkan vaksinasi dosis kedua. Dari 139 responden yang tidak yakin dan tidak mau mendapatkan vaksin dosis kedua, sebanyak 12,2 persen responden menyatakan takut akan keramaian. Selain itu, 56,8 persen menyatakan tidak mau atau ragu mendapatkan vaksin dosis kedua karena ragu dengan efektivitas vaksin dan 23,7 persen takut akan efek samping dari vaksin yang terlalu berat.
Co-Founder KawalCovid-19 Elina Ciptadi menyampaikan, berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan vaksinasi perlu segera diatasi oleh pemerintah. Aksesibilitas masyarakat untuk mendapatkan vaksin juga harus dipermudah, terutama untuk menjangkau penduduk lansia yang saat ini cakupannya masih rendah.
”Kondisi penularan Covid-19 yang melandai saat ini harus menjadi momentum untuk mempercepat vaksinasi. Kita tidak pernah tahu apakah gelombang ketiga akan terjadi. Jika memungkinkan, metode vaksinasi dengan jemput bola bisa dilakukan untuk menjangkau masyarakat yang memiliki keterbatasan, termasuk lansia,” tuturnya.