Tutupan Terumbu Karang di Dunia Menyusut 50 Persen
Data menunjukkan bahwa cakupan global karang hidup telah menurun sekitar setengahnya sejak 1950-an. Rata-rata kehilangan tutupan karang selama periode penelitian berkisar 4,7 persen hingga 6,8 persen per dekade.
Oleh
Ahmad Arif
·3 menit baca
VANCOUVER, JUMAT - Tutupan terumbu karang di seluruh dunia telah berkurang separuhnya sejak 1950-an akibat perubahan iklim, penangkapan ikan yang berlebihan, dan pencemaran air laut. Kerusakan lingkungan di lautan ini secara signifikan telah menyebabkan hilangnya layanan dasar yang bisa diberikan terumbu karang. Indonesia termasuk paling terdampak.
Para peneliti melaporkan temuan ini dalam jurnal One Earth pada Jumat (17/9/2021). Menjadi penulis pertama ialah Tyler D Eddy dari Institute for the Oceans & Fisheries, University of British Columbia, Kanada.
Kajian ini menawarkan pandangan global komprehensif tentang dampak dari menyusutnya terumbu karang bagi jasa ekosistem, yaitu kemampuan terumbu untuk memberikan manfaat dan jasa penting bagi manusia.
”Terumbu karang dikenal sebagai habitat penting bagi keanekaragaman hayati dan sangat sensitif terhadap perubahan iklim karena suhu panas laut dapat menyebabkan peristiwa pemutihan,” kata Eddy.
Ketika terumbu karang berada di kawasan lindung laut, mereka juga tidak aman dari perubahan iklim, selain juga rusak karena kurangnya penegakan hukum dan minimnya kapasitas staf kawasan lindung laut.
Terumbu karang pun menyediakan jasa ekosistem yang penting bagi manusia melalui perikanan, peluang ekonomi, dan perlindungan dari badai.
Dalam studi ini, Eddy dan tim melakukan analisis global tren terumbu karang dan jasa ekosistemnya. Untuk mengeksplorasi berbagai aspek ekosistem terumbu ini, mereka menganalisis kumpulan data dari survei terumbu karang, perkiraan keanekaragaman hayati yang terkait dengan terumbu karang, tangkapan dan usaha perikanan, dampak perikanan pada struktur jaring makanan, dan konsumsi ikan masyarakat pesisir yang berasosiasi dengan terumbu karang.
Setelah menggabungkan semuanya, data menunjukkan bahwa cakupan global karang hidup telah menurun sekitar setengahnya sejak 1950-an. Rata-rata kehilangan tutupan karang selama periode penelitian berkisar 4,7 persen hingga 6,8 persen per dekade.
Sebagian besar negara menunjukkan penurunan tutupan karang. Namun, beberapa negara di Karibia (Barbados, Kuba, dan Panama) dan Pasifik barat (Jepang, Malaysia, Filipina, dan Thailand) menunjukkan peningkatan berdasarkan data survei.
Merosotnya cakupan ini juga menurunkan kapasitas jasa ekosistem terumbu karang. Mereka menemukan bahwa tangkapan ikan di terumbu karang mencapai puncaknya hampir dua dekade lalu dan kini terus menurun.
Tangkapan global ikan yang berasosiasi dengan terumbu karang awalnya meningkat dari tahun 1950 hingga mencapai puncaknya pada 2002 dengan volume sekitar 2,3 juta ton atau sekitar 2 persen dari tangkapan global. Namun, setelah itu terus menurun yang mengindikasikan menurunnya kelimpahan ikan terumbu karang di banyak negara.
”Analisis kami menunjukkan bahwa kapasitas terumbu karang untuk menyediakan jasa ekosistem telah menurun sekitar setengahnya secara global,” kata William Cheung, profesor di UBC Institute for the Oceans and Fisheries dan penulis senior. ”Studi ini berbicara tentang pentingnya bagaimana kita mengelola terumbu karang tidak hanya pada skala regional, tetapi juga pada skala global, dan mata pencarian masyarakat yang bergantung padanya.”
Para peneliti juga menemukan bahwa keanekaragaman spesies di terumbu karang telah menurun lebih dari 60 persen. Temuan tersebut mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa degradasi terumbu karang yang terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang bakal mengancam kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan masyarakat di pesisir.
”Dampak terumbu karang yang terdegradasi sudah terbukti melalui menurunnya hasil perikanan dan pariwisata di Indonesia, Karibia, dan Pasifik Selatan. Bahkan, ketika terumbu karang berada di kawasan lindung laut, mereka juga tidak aman dari perubahan iklim, selain juga rusak karena kurangnya penegakan hukum dan minimnya kapasitas staf kawasan lindung laut,” tulis para peneliti.
Para peneliti menyebutkan, ikan dan perikanan menyediakan mikronutrien penting bagi masyarakat pesisir yang cenderung memiliki sedikit sumber nutrisi alternatif. ”Keanekaragaman hayati dan perikanan terumbu karang semakin penting bagi masyarakat adat, negara berkembang pulau kecil, dan populasi pesisir. Berkurangnya kapasitas terumbu karang untuk menyediakan jasa ekosistem telah menurunkan kesejahteraan jutaan orang yang memiliki hubungan historis dan berkelanjutan dengan ekosistem terumbu karang,” tulis mereka.