Transformasi Pendidikan Tinggi Vokasi, Dunia Kerja Terlibat sejak Awal
Integrasi pendidikan tinggi vokasi dengan dunia kerja akan semakin diperkuat. Melalui program ”link and match”, keterlibatan dunia kerja akan diperluas di segala aspek penyelenggaraan pendidikan tinggi vokasi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Integrasi antara pendidikan tinggi vokasi dan dunia kerja harus dilaksanakan di seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan. Kerja sama yang dibangun tidak hanya sekadar seremonial, tetapi juga dipraktikkan mulai dari penyusunan kurikulum, keterlibatan dosen atau instruktur dari industri, riset terapan dari persoalan industri, serta komitmen untuk menyerap lulusan dari pendidikan tinggi vokasi.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Wikan Sakarinto menyampaikan, pendidikan tinggi vokasi, termasuk politeknik, universitas, institut, dan sekolah tinggi, perlu melakukan rebranding. Paradigma masyarakat perlu diubah. Lulusan pendidikan tinggi vokasi harus dikenal sebagai lulusan yang siap kerja dan sesuai dengan kebutuhan industri.
”Saat ini, pendidikan tinggi vokasi akan bertransformasi. Sarjana terapan atau D-4 (diploma 4) harus lebih dikenal. Kita akan dorong program studi D-3 menjadi sarjana terapan dan program studi D-2 menjadi D-2 fast track (jalur cepat),” katanya dalam acara peresmian Multimedia Nusantara Polytechnic di Tangerang Selatan, Sabtu (18/9/2021).
Dalam acara peresmian ini, Multimedia Nusantara Polytechnic meluncurkan tiga program studi perdana, yakni animasi digital, manajemen logistik digital, dan manajemen acara digital. Ketiga program studi ini memiliki kompetensi unggulan pada pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut Wikan, sarjana terapan merupakan lulusan yang memiliki kualifikasi yang lebih tinggi dan lebih mudah terserap di dunia kerja. Sarjana terapan ini juga bukan sekadar operator atau teknisi, melainkan menjadi kreator, inovator, praktisi, bahkan wirausaha yang unggul.
Lulusan pendidikan vokasi pun akan dikenal kompeten dari berbagai aspek, terutama dalam hal hard skill, soft skill, dan karakter. Untuk mewujudkan hal tersebut, revitalisasi dan transformasi dilakukan melalui program Merdeka Belajar, Kampus Merdeka, Pelajar Pancasila, dan link and match 8+i. Kolaborasi dunia kerja dibuka secara luas pada seluruh proses pendidikan vokasi.
Pada penyusunan kurikulum, misalnya, Wikan menuturkan, dunia kerja sudah mulai terlibat. Itu termasuk dalam penguatan soft skill dan karakter kebekerjaan yang sesuai dengan dunia kerja. Jumlah dan peran guru atau dosen dari industri dan ahli dari dunia kerja juga akan ditingkatkan secara signifikan sampai minimal mencapai 50 jam per semester per program studi.
Saat ini, pendidikan tinggi vokasi akan bertransformasi. Sarjana terapan atau D-4 (diploma 4) harus lebih dikenal. Kita akan dorong prodi D-3 menjadi sarjana terapan dan prodi D-2 menjadi D-2 fast track (jalur cepat).
Program magang atau praktik kerja di dunia kerja akan diberikan minimal satu semester. Sertifikasi kompetensi pun akan disesuaikan dengan standar dan kebutuhan dunia kerja, baik bagi lulusan maupun guru dan instruktur. Selain itu, pembaruan teknologi dan pelatihan dari dunia kerja akan diberikan secara rutin kepada dosen, guru, dan instruktur yang mengajar.
”Berbagai kemungkinan kerj asama lain yang bisa dilakukan dunia kerja, seperti pemberian beasiswa atau ikatan dinas serta donasi dalam bentuk peralatan laboratorium,” kata Wikan.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim, yang hadir secara virtual, menyampaikan, SMK dan perguruan tinggi vokasi akan mendapatkan pendampingan yang sangat intensif. Pendidikan vokasi diharapkan dapat menjadi jawaban atas tantangan pengembangan industri kreatif di masa depan.
Pelaku industri kreatif dituntut untuk tidak hanya terampil, tetapi juga memiliki kompetensi manajerial, kreativitas, dan keberanian untuk berinovasi. ”Ketiga bidang yang ditawarkan oleh Multimedia Nusantara Polytechnic merupakan bidang yang dibutuhkan untuk menguatkan ekonomi industri kreatif di Indonesia. Harapannya, ini bisa turut mendorong penciptaan dan hilirisasi anak bangsa di sektor industri kreatif,” tuturnya.
Ketua Yayasan Multi Media Nusantara Teddy Surianto menuturkan, program studi yang diusung oleh Multimedia Nusantara Polytechnic ditentukan dengan mempertimbangkan kebutuhan pasar dan hubungan dengan mitra industri. Sinergi dan kolaborasi dengan industri kreatif pun selalu dijalankan pada seluruh proses pendidikan.
”Kami harap dengan berdirinya politeknik ini bisa turut meningkatkan daya saing bangsa melalui pembangunan sumber daya yang unggul dan siap kerja,” tuturnya.