Keberhasilan Vaksinasi Tidak Hanya Sekadar Memastikan Ketersediaan
Kecepatan dan cakupan yang luas menjadi strategi penting untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Jika hal tersebut tak dilakukan, kekebalan komunitas sulit tercapai.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Strategi dan komitmen dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 harus diperkuat mengingat berbagai tantangan yang dihadapi di Indonesia. Keberhasilan vaksinasi tidak bisa dicapai hanya dengan memastikan ketersediaan stok vaksin. Distribusi yang baik dan konsistensi dalam pencapaian target juga menentukan.
Guru Besar Bidang Alergi dan Imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RSUPN Cipto Mangunkusumo yang juga Ketua Tim Advokasi Pelaksanaan Vaksinasi Ikatan Dokter Indonesia Iris Rengganis menuturkan, pemerintah harus konsisten dalam menjalankan program vaksinasi Covid-19 dengan melibatkan pemangku kepentingan terkait, baik dari unsur kesehatan maupun non-kesehatan. Distribusi vaksin juga perlu lebih baik untuk menjangkau seluruh daerah di Indonesia.
”Kekebalan komunitas belum bisa dicapai dengan persentase vaksinasi saat ini. Ketersediaan vaksin harus selalu siap dengan jumlah yang adekuat untuk mengejar target di 2022. Populasi Indonesia yang divaksin harus merata dan jumlah yang divaksinasi juga harus semakin meningkat,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (11/9/2021).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah penduduk yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap dengan dua kali suntikan sebanyak 41,6 juta orang. Jumlah ini baru 19,9 persen dari target 208,2 juta penduduk yang harus dicapai pada awal 2022.
Selain terkait cakupan yang masih minim, pemerataan vaksinasi juga masih menjadi kendala. Per 31 Agustus 2021, cakupan vaksinasi dosis kedua dengan capaian tertinggi berada di DKI Jakarta (68,8 persen) dan Bali (53,6 persen). Persentase dari daerah tersebut sangat berbeda dengan capaian di Lampung (7,8 persen), Nusa Tenggara Barat (9,1 persen), dan Sumatera Barat (9,4 persen).
Iris menuturkan, program vaksinasi Covid-19 perlu dijalankan dengan strategi yang tepat. Penyuntikan vaksin ke masyarakat harus dijalankan sesegera dan seluas mungkin. Semua jenis vaksin yang tersedia baik digunakan untuk mendukung hal tersebut.
Kekebalan komunitas belum bisa dicapai dengan persentase vaksinasi saat ini. Ketersediaan vaksin harus selalu siap dengan jumlah yang adekuat untuk mengejar target di 2022. Populasi Indonesia yang divaksin harus merata dan jumlah yang divaksinasi juga harus semakin meningkat.
Menurut dia, selain terkait pemerataan cakupan vaksinasi di daerah, pemberian vaksinasi berdasarkan prioritas juga masih menjadi masalah. Vaksinasi perlu diprioritaskan pada kelompok rentan, seperti penduduk lansia dan tenaga kesehatan.
Seiring dengan waktu, antibodi yang dimiliki oleh populasi lansia akan menurun dan jika tertular Covid-19 akan berisiko mengalami gejala yang lebih berat. Saat ini, baru 18,6 persen populasi lansia yang mendapatkan vaksinasi dosis lengkap.
”Sedangkan nakes, pemberian vaksinasi perlu diprioritaskan karena paparan yang tinggi terhadap Covid-19. Jika terkena Covid-19, walaupun gejala yang timbul ringan, dapat mengurangi SDM kesehatan di lapangan,” kata Iris.
Cakupan vaksinasi yang belum merata saat ini membuat pengendalian Covid-19 menjadi semakin sulit. Karena itu, protokol kesehatan harus tetap dijalankan secara ketat. Meskipun kekebalan komunitas belum tercapai, tingkat penularan bisa ditekan sebaik mungkin dengan protokol kesehatan.
Ia menambahkan, strategi pemberian vaksinasi menjadi penting dengan mempertimbangkan efektivitas dari vaksin yang diberikan. Itu juga terkait dengan rencana pemberian dosis vaksin penguat (booster). Di Indonesia, vaksin booster baru diberikan untuk tenaga kesehatan. Namun, negara lain, seperti AS, Turki, Uni Emirat Arab, dan Thailand, sudah mulai memberikan vaksin booster untuk warga lansia dan masyarakat umum.
”Adanya vaksin dari Janssen yang cukup sekali dosis pemberian juga harus diberikan dengan strategi. Pemberian vaksin ini perlu diprioritaskan untuk masyarakat yang memang memiliki keterbatasan akses ke layanan kesehatan karena masyarakat tidak perlu datang kembali untuk dosis kedua,” tutur Iris.
Dalam rilis pers, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyampaikan, Indonesia telah menerima 500.000 dosis vaksin produksi Janssen dari Pemerintah Belanda. Pada tahap awal ini, vaksin Janssen akan didistribusikan ke daerah aglomerasi.
Vaksin Janssen telah memperoleh Izin Penggunaan Darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan pada 7 September 2021. Vaksin ini bisa diberikan untuk masyarakat berusia 18 tahun ke atas dengan dosis tunggal sebanyak 0,5 mililiter secara intramuskular.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns mengatakan, pekan depan direncanakan akan ada sejumlah vaksin yang dikirimkan. Menurut rencana, total vaksin Janssen yang dikirimkan sebanyak tiga juta dosis.
”Vaksin Janssen hanya membutuhkan satu kali suntikan sehingga efektif untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil sehingga hanya perlu melakukan satu kali perjalanan,” ujarnya.