Disrupsi Pelayanan Kesehatan Kian Cepat Pascapandemi
Pandemi Covid-19 telah mempercepat transformasi teknologi di bidang kesehatan. Dengan pemanfaatan teknologi yang tepat, pelayanan kesehatan di masyarakat bisa semakin baik.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perubahan perilaku masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan semakin cepat seiring dengan pandemi Covid-19. Transformasi digital di bidang kesehatan pun mutlak dibutuhkan. Seluruh pihak terkait diharapkan bisa menyiapkan hal ini secara optimal.
Joe Caputo, pendiri Vista Health yang juga President International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR) Singapore Chapter, mengatakan, pandemi Covid-19 telah mengubah pola pelayanan kesehatan di masyarakat, mulai dari layanan terkait pencegahan, deteksi, dan perawatan. Perubahan ini membentuk kebiasaan baru di masyarakat.
”Pasien saat ini menjadi pusat pelayanan kesehatan. Pasien bahkan mampu menentukan perawatan apa yang akan dilakukan. Semua sistem kesehatan pun dituntut untuk lebih efisien dan responsif,” katanya dalam acara Dia:gram Media Forum dengan tema ”Patient Care Readiness in Asia Pacific” yang diikuti dari Jakarta, Rabu (8/9/2021).
Menurut dia, investasi jangka panjang dalam pembangunan transformasi digital amat penting. Sistem pelayanan kesehatan bersifat tradisional akan semakin ditinggalkan setelah ada pandemi yang mengubah perilaku warga.
Berbagai inovasi dan pemanfaatan teknologi, lanjut Joe, terbukti mampu meningkatkan mutu dan kapasitas layanan kesehatan. Hal itu meliputi, antara lain, penggunaan internet untuk segala (IoT/internet of things) dan layanan digital yang bisa menekan biaya layanan kesehatan. Dengan teknologi ini, pasien juga lebih mudah mengakses layanan kesehatan.
Selain itu, teknologi kecerdasan buatan semakin banyak dimanfaatkan selama masa pandemi. Analisis dan interpretasi data terkait pola perilaku masyarakat membantu para profesi kesehatan untuk membuat keputusan lebih baik dalam pelayanan kesehatan. Manajemen pelayanan dan perencanaan dalam pengobatan pun lebih baik.
”Ketika sistem kesehatan mulai bertransisi, pelayanan berpusat pada pasien menjadi sangat penting. Itu tidak hanya untuk meningkatkan hasil dalam perawatan, tetapi juga untuk membantu mengurangi biaya perawatan kesehatan dan beban pada sistem kesehatan. Dukungan kebijakan dan keberlanjutan dalam pembiayaan pun dibutuhkan,” kata Joe.
Direktur Pusat Kanker dan Kepala Laboratorium Kinghorn Kedokteran Kanker Genomik Australia David Thomas mengatakan, inovasi dan kemajuan teknologi juga terjadi pada layanan kanker. Kemajuan pesat pada bidang onkologi presisi menunjukkan manfaat penggunaan pengurutan atau sekuensing genomik dalam memprediksi respons pasien terhadap pengobatan.
Teknologi kesehatan digital juga mampu mengumpulkan dan menganalisis berbagai data terkait kebiasaan pasien. Hal ini memperbesar kemungkinan pasien mendapatkan pengobatan yang efektif dan sesuai. Biaya perawatan dan hasil klinis pun menjadi lebih baik.
David menambahkan, pengobatan kanker berbasis genomik bisa menjadi pengobatan masa depan untuk semua jenis kanker, termasuk pada jenis kanker yang langka dan memiliki dampak kematian tinggi.
”Saya memprediksi genomik dan pengobatan presisi semakin berkembang untuk seluruh perawatan kanker. Kita mungkin dapat mengidentifikasi orang dengan risiko kanker dan melakukan penapisan lebih cepat,” tuturnya.
Deteksi dini dan diagnosis
Joe menambahkan, pandemi Covid-19 juga membuktikan bahwa deteksi dini dan diagnosis dapat meningkatkan efisiensi perawatan pasien. Ketepatan dan kecepatan dalam diagnosis ini tidak hanya berkaitan dengan pelayanan Covid-19, tetapi juga pada penyakit lainnya, seperti kanker.
Pasien saat ini menjadi pusat pelayanan kesehatan. Pasien mampu menentukan perawatan apa yang akan dilakukan. Semua sistem kesehatan pun dituntut lebih efisien dan responsif.
Sayangnya, selama pandemi, upaya penapisan kesehatan sebagai langkah deteksi dini terganggu. Pada penapisan kanker serviks, misalnya, banyak warga melewatkan tes untuk penapisan serviks rutin demi mencegah penularan Covid-19. Akibatnya, banyak pasien kanker serviks yang terdiagnosis sudah tahap lanjut.
Joe mengatakan, berbagai layanan kesehatan juga terganggu. Layanan yang paling banyak terganggu adalah layanan imunisasi rutin. Selain itu, layanan berbasis fasilitas seperti diagnosis dan pengobatan penyakit tidak menular, keluarga berencana dan kontrasepsi, pengobatan pada gangguan kesehatan mental, serta perawatan antenatal.
”Gangguan terhadap pelayanan kesehatan dasar ini merupakan ancaman serius bagi pemulihan sistem kesehatan pascapandemi. Intervensi harus segera dilakukan untuk mengejar ketertinggalan,” ucapnya.