Kalori dari Makanan Olahan Berlebihan pada Anak dan Remaja Meningkat
Makanan olahan berlebihan kian menjejali piring makanan anak-anak dan remaja. Ini memprihatinkan mengingat makanan saji relatif kurang baik bagi masa depan kesehatan mereka.
Oleh
Ichwan Susanto
·3 menit baca
Data selama dua dekade terakhir memperlihatkan peningkatan kalori dari makanan ultraproses yang dikonsumsi anak-anak dan remaja meningkat dari 61 persen menjadi 67 persen. Ini menunjukkan makanan ultraproses atau makanan yang diproses berlebihan kian menjejali menu-menu makanan.
Makanan ultraproses adalah makanan siap saji atau siap dipanaskan yang sering kali mengandung banyak gula tambahan, natrium, karbohidrat, dan rendah serat, protein, vitamin, juga mineral. Mereka biasanya mengandung gula tambahan, minyak terhidrogenasi, dan penambah rasa.
Contoh makanan ultraproses adalah makanan ringan dan makanan penutup manis dalam kemasan, sereal sarapan manis, kentang goreng, burger cepat saji, dan beberapa daging makan siang seperti bologna dan salami. Konsumsi berlebihan makanan tersebut terkait dengan diabetes, obesitas, dan kondisi medis serius lainnya, seperti kanker tertentu.
Menurut studi terbaru para peneliti di Friedman School of Nutrition Science & Policy di Tufts University, Amerika Serikat, yang diterbitkan 10 Agustus 2021 di The Journal of the American Medical Association (JAMA), data tahun 1999-2018 ini menganalisis asupan makanan dari 33.795 anak-anak dan remaja secara nasional.
”Beberapa roti gandum dan makanan olahan susu adalah ultraprocessed dan mereka lebih sehat daripada makanan olahan berlebihan lainnya. Pemrosesan dapat membuat makanan lebih segar lebih lama, memungkinkan fortifikasi dan pengayaan makanan, serta meningkatkan kenyamanan konsumen,” kata penulis senior dan koresponden Fang Fang Zhang, ahli epidemiologi nutrisi di Sekolah Friedman School of Nutrition Science & Policy, pada laman kampus Tufts University, 10 Agustus 2021.
Sayangnya, katanya, banyak makanan ultraproses yang kurang sehat dengan lebih banyak gula dan garam serta sedikit serat daripada makanan yang tidak diproses dan diproses minimal. Peningkatan konsumsi makanan jenis ini oleh anak-anak dan remaja mengkhawatirkan.
Makanan ultraproses mengandung persentase kalori yang jauh lebih tinggi dari karbohidrat dan gula tambahan, dan kadar natrium yang lebih tinggi, tetapi juga memiliki lebih sedikit serat dan persentase kalori yang lebih rendah dari protein.
Lonjakan kalori terbesar berasal dari hidangan siap saji seperti makanan yang dibawa pulang, piza, serta burger beku; dari 2,2 persen menjadi 11,2 persen. Lonjakan kalori terbesar kedua berasal dari makanan ringan manis kemasan dan makanan penutup, yang konsumsinya tumbuh dari 10,6 persen menjadi 12,9 persen.
Ada peningkatan yang lebih besar dalam konsumsi makanan ultraproses di antara orang kulit hitam non-Hispanik (10,3 persen) dan orang Amerika-Meksiko (7,6 persen) dibandingkan orang kulit putih non-Hispanik (5,2 persen). Tren dalam kelompok ras/etnis lain tidak dinilai karena kurangnya data yang memadai untuk dianalisis secara nasional.
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam keseluruhan temuan menurut pendidikan orangtua dan pendapatan keluarga. ”Kurangnya kesenjangan berdasarkan pendidikan oran tua dan pendapatan keluarga ini menunjukkan bahwa makanan ultraproses meresap dalam makanan anak-anak,” kata Zhang.
Selama masa studi, kalori dari makanan yang tidak diproses atau sedikit diproses yang sering kali lebih sehat turun dari 28,8 persen menjadi 23,5 persen. Persentase kalori yang tersisa berasal dari makanan yang diproses secara moderat, seperti keju dan buah-buahan dan sayuran kalengan, serta penambah rasa yang ditambahkan konsumen, seperti gula, madu, sirup maple, dan mentega.
Selain kabar buruk di atas, penelitian juga membawa kabar baik, yaitu kalori dari minuman berpemanis gula turun dari 10,8 persen menjadi 5,3 persen dari keseluruhan kalori. Penurunan ini dinilai sebagai dampak positif dari kampanye selama beberapa tahun terakhir untuk mengurangi konsumsi minuman manis secara keseluruhan.
”Kita perlu memobilisasi energi dan tingkat komitmen yang sama ketika bicara makanan ultraproses tidak sehat lainnya, seperti kue, kue kering, donat, dan brownies,” kata Zhang.
Dalam riset itu, peneliti juga menggunakan analisis tambahan yang membandingkan komposisi makanan ultraproses dengan makanan non-ultra proses menggunakan data periode 2017-2018. ”Kami menemukan bahwa makanan ultraproses mengandung persentase kalori yang jauh lebih tinggi dari karbohidrat dan gula tambahan, serta kadar natrium yang lebih tinggi, tetapi juga memiliki lebih sedikit serat dan persentase kalori yang lebih rendah dari protein,” kata penulis pertama studi tersebut, Lu Wang, peserta program postdoctoral di Friedman School.
Zhang mengatakan, pemrosesan makanan sering diabaikan dalam penelitian nutrisi. Ia mengatakan, terlepas dari profil nutrisi yang buruk dari makanan ultraproses secara umum, proses berlebihan pada pembuatan makanan bisa saja terkait dengan risiko kesehatan.