Penurunan Kasus Terjadi Seiring Menurunnya Tes
Menurut data, hingga kini belum ada tanda-tanda tren penurunan kasus Covid-19 di Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS — Penambahan kasus Covid-19 harian cenderung menurun, tetapi hal ini juga terjadi seiring dengan turunnya jumlah pemeriksaan secara signifikan. Masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa gelombang Covid-19 telah terkendali sehingga masih diperlukan pembatasan mobilitas dan peningkatan kembali tes serta pelacakan.
Pada Selasa (20/7/201), jumlah kasus Covid-19 bertambah 38.325 kasus dan kasus aktif bertambah 7.254 orang sehingga total menjadi 550.192 orang. Korban jiwa bertambah 1.280 orang, yang merupakan rekor tertinggi kedua selama pandemi.
Penambahan kasus harian ini didapatkan dari pemeriksaan 114.674 orang, yakni hanya 69.631 orang di antaranya menggunakan pemeriksaan polimerase rantai ganda (PCR) dan sisanya dengan antigen. Dengan jumlah pemeriksaan ini, positivity rate atau tingkat kepositifan dengan PCR 47,6 persen dan secara total 33,42 persen.
Presiden Joko Widodo, melalui pidatonya secara daring mengatakan,” Alhamdulillah, patut bersyukur setelah dilaksanakan PPKM darurat terlihat dari data penambahan kasus dan kepenuhan bed (tempat tidur) rumah sakit mengalami penurunan.”
Baca juga: PPKM Darurat Dibuka Bertahap Mulai 26 Juli 2021
Menurut Joko Widodo, pemerintah memantau dampak yang dialami masyarakat dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat ini. ”Oleh karena itu, jika tren kasus terus mengalami penurunan, maka tanggal 26 Juli 2021, pemerintah akan melakukan pembukaan secara bertahap.”
Pasar tradisional yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari akan diizinkan dibuka sampai pukul 20.00 dengan kapasitas pengunjung 50 persen. Sementara yang tidak menjual kebutuhan pokok sehari-hari diziinkan buka sampai pukul 15.00 dengan kapasitas maksimal 50 persen. ”Tentu saja dengan protokol kesehatan yang ketat,” katanya.
Selain itu, pedagang kaki lima, warung makan, dan sektor informal lain juga diizinkan buka dengan protokol kesehatan ketat sampai pukul 21.00 WIB dengan teknis akan diatur pemerintah daerah. ”Maksimum waktu makan untuk setiap pengunjung 30 menit,” katanya.
Presiden mengatakan, kegiatan lain pada sektor esensial dan kritikal, baik di pemerintah maupun swasta dengan perjalanan dinas, akan dijelaskan secara terpisah. ”Saya minta semuanya bisa bekerja sama bahu membahu dalam PPKM ini dengan harapan kasus akan menurun dan tekanan rumah sakit menurun. Semua harus meningkatkan kedisiplinan penerapan protokol kesehatan, melakukan isolasi yang bergela dan pengobatan sedini mungkin,” katanya.
Menaikkan tes memang seakan membuat kasus bertambah banyak, tetapi itu jauh lebih baik karena kita tahu berapa besar masalah kesehatan di masyarakat, daripada melaporkan jumlah sedikit, padahal di lapangan masih banyak kasus. (Tjandra Yoga Aditama)
Pemerintah, menurut Presiden Joko Widodo, akan terus memberikan obat gratis bagi yang menjalani isolasi mandiri dua juta paket obat. Selain itu, untuk meringankan beban masyarakat akan menambah alokasi anggaran Rp 55,21 triliun berupa bantuan tunai, bantuan sembilan bahan pokok, serta insentif untuk 1,2 juta usaha mikro. ”Saya meminta semua bersatu untuk melawan Covid-19,” katanya.
Belum aman
Epidemiolog Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia Iwan Ariawan mengatakan, terlalu dini untuk menyimpulkan terjadinya penurunan kasus Covid-19 secara nasional karena hal ini terjadi seiring dengan penurunan jumlah tes.
”Kami memang menemukan adanya penurunan kasus baru di Jakarta dengan melihat kurva yang telah kami sesuaikan dengan waktu onset,” katanya.
Menurut Iwan, untuk melihat penurunan kasus paling tidak harus melihat penurunan kasus secara menerus selama dua minggu, tentu dengan jumlah tes yang tidak diturunkan. ”Efek PPKM darurat di Jakarta memang mulai terlihat dengan penurunan mobilitas dan model onset kasus,” katanya.
Namun, untuk Pulau Jawa dan Bali, menurut Iwan, belum ada tanda-tanda penurunan. Bahkan, untuk luar Pulau Jawa dan Bali ada kecenderungan peningkatan kasus dan keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR). ”Kesimpulannya, masih terlalu dini untuk menyimpulkan terjadi tren penurunan kasus,” katanya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama, juga mengatakan, berdasarkan data yang ada belum ada tanda-tanda penurunan kasus.
”Bandingkan saja data 3 Juli ada 110.983 orang yang diperiksa dan ditemukan 27.913 kasus. Hari ini diperiksa 114.674 orang, jadi harusnya jumlah kasus yang ditemukan 114.674/110.983 x 27.913= 28.841. Padahal, hari ini ditemukan 38.325 kasus, jadi jelas belum turun,” katanya.
Tjandra juga mengingatkan, BOR bisa menimbulkan salah persepsi jika tidak dibaca dengan hati-hati. Jika penurunan keterisian tempat tidur itu karena penambahan kapasitas, hal itu belum menjadi indikator adanya penurunan kasus.
”Kalau sebelumnya di satu rumah sakit ada 200 bed, lalu 100 terpakai untuk pasien Covid-19 dan kemudian ditambah lagi 100 bed sisanya, maka BOR akan turun jadi 50 persen,” katanya.
Baca juga: Covid-19 Merenggut 712 Pasien Isolasi Mandiri dalam Sunyi
Tjandra mengatakan, sesuai pidato Presiden Joko Widodo, PPKM darurat setidaknya masih akan berlangsung sampai 25 Juli. ”Kita lihat perkembangan, semoga bisa diputuskan berdasarkan tren kasus sesuai data yang ada,” katanya.
Dia mengingatkan, selama PPKM darurat ini, pemerintah harus meningkatkan tes sebagai komponen untuk menemukan kasus yang positif, lalu ditangani untuk pulih kesehatannya dan diisolasi atau dikarantina agar memutuskan rantai penularan. ”Artinya, menaikkan tes memang seakan membuat kasus bertambah banyak, tetapi itu jauh lebih baik karena kita tahu berapa besar masalah kesehatan di masyarakat, daripada melaporkan jumlah sedikit, padahal di lapangan masih banyak kasus,” katanya.
Target yang harus dicapai untuk tes, menurut Tjandra, minimal 1 kasus per 1.000 penduduk per minggu. Selain itu, juga harus diikuti dengan telusur untuk setiap kasus yang ditemui, dan sudah ditentukan pula berapa target yang harus dicari dan ditemukan dari setiap kasus positif, yaitu 15-30 kontak harus ditemukan.
”Kalau di antara mereka ada yang ternyata positif Covid-19, maka harus ditelusuri lagi 15-30 kontaknya lagi, dan demikian seterusnya. Percuma kalau hanya tes ditingkatkan tapi kontaknya tidak ditelusuri karena tidak akan menyelesaikan masalah,” katanya.