Limbah Biomassa Berpotensi Jadi Sumber Ketahanan Energi
Limbah biomassa Indonesia dari aktivitas perkebunan dan pertanian sangat tinggi. Ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan yang melimpah dan ramah lingkungan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia memiliki potensi biomassa sangat tinggi. Limbah biomassa dapat dimanfaatkan untuk sumber energi masa depan. Namun, pemanfaatan limbah biomassa perlu upaya lebih karena bentuk dan karakter yang bervariasi.
Koordinator Riset, Inovasi, dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), Pandji Prawisudha, menyampaikan, Indonesia memiliki potensi biomassa dari produk pertanian dan perkebunan. Tingginya produksi pertanian dan perkebunan juga akan menghasilkan limbah yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi masa depan.
Data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada 2017 menunjukkan, Indonesia berada di urutan pertama produksi buah sawit di dunia. Sementara untuk produksi gabah, Indonesia berada di urutan ketiga setelah China dan India.
Produknya bisa dianggap dekat dengan batubara karena nilai kalornya sangat tinggi. (Pandji Prawisudha)
”Potensi limbah kelapa sawit paling banyak di Sumatera dan Kalimantan dengan kisaran mencapai lebih dari 4 juta ton per tahun. Sementara untuk potensi limbah padi paling banyak di Jawa dan Sulawesi Selatan dengan jumlah 4 juta ton. Ini potensi yang sangat besar jika bisa dikonversikan menjadi energi,” ujarnya dalam diskusi daring bertajuk ”Pemanfaatan Biomassa untuk Sumber Energi Masa Depan”, Kamis (8/7/2021).
Menurut Pandji, potensi limbah biomassa di Indonesia tidak hanya berasal dari komoditas sawit dan padi, tetapi juga jagung, singkong, kelapa, tebu, hingga cokelat. Data Kementerian Pertanian pada 2018 mencatat, setiap tahunnya limbah dari sawit, jagung, kelapa, tebu, dan cokelat bahkan lebih besar dari produk buah yang dihasilkan.
”Tebu juga cukup banyak menghasilkan limbah seperti gas dan dedaunan yang sudah dimanfaatkan pabrik gula. Jika dijumlahkan, semua limbah ini bisa mencapai ratusan juta ton per tahun. Bisa jadi, jumlah ini sama dengan kebutuhan batubara Indonesia,” ujarnya.
Berdasarkan hasil studi Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB pada 2002, biomassa yang bisa dimanfaatkan khususnya dari sekam dan jerami di Jawa berpotensi menghasilkan listrik sebesar 700 megawatt. Potensi energi dari biomassa saat ini akan lebih besar seiring peningkatan produksi sawit dan komoditas lainnya.
Selain itu, hasil studi ITB lainnya juga menyatakan pembangunan pembangkit listrik tenaga biomassa di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) sangat besar, terutama di Nusa Tenggara Timur dan Maluku. Potensi energi yang dihasilkan bisa mencapai 250 megawatt. Meski energi yang dihasilkan tidak sebesar pembangkit listrik konvensional, pemanfaatan biomassa bisa meningkatkan ekonomi kerakyatan.
Kendati demikian, Pandji memandang pemanfaatan limbah biomassa perlu upaya lebih dan menghadapi sejumlah tantangan. Hal ini tidak terlepas dari bentuk dan karakter limbah biomassa yang bervariasi sehingga menyulitkan proses perawatan. Densitas energi yang rendah juga akan membuat ongkos transportasi semakin tinggi.
Peningkatan nilai kalor
Guna mengoptimalkan pemanfaatan limbah biomassa menjadi sumber energi mendekati batubara perlu dilakukan proses peningkatan nilai kalor atau upgrading. Proses ini dilakukan dengan cara mengurangi kandungan oksigen dan hidrogen dalam limbah.
”Salah satu yang kami lakukan di laboratorium yaitu melakukan proses pengeringan limbah biomassa dengan menggunakan uap superpanas atau dikenal dengan istilah torefaksi. Dengan demikian, produknya bisa dianggap dekat dengan batubara karena nilai kalornya sangat tinggi,” kata Pandji.
Pengajar Departemen Teknik Mesin Universiti Teknologi Petronas, Malaysia, Jundika Candra Kurnia, mengatakan, pengolahan limbah biomassa, khususnya dari sawit, di Malaysia dilakukan karena komoditas ini telah menjadi tumpuan kehidupan masyarakat. Namun, pemanfaatan limbah sawit perlu kerja sama antara penduduk sekitar dan perusahaan.
Selain meningkatkan ekonomi, kata Jundika, pemanfaatan limbah sawit juga dapat mengatasi permasalahan lingkungan. Sebab, limbah sawit tidak hanya berbentuk padat, tetapi juga cair yang berasal dari kilang. Limbah cair yang tidak diolah dengan baik kerap menimbulkan bau dan mencemari lingkungan.
Saat ini di Malaysia, limbah dari produksi minyak sawit yang bisa dimanfaatkan berasal dari tandan buah kosong, sabut, cangkang, dan limbah cair. Beberapa pengembangan yang sudah dilakukan yakni untuk pembuatan pupuk kompos, bahan bakar boiler, produksi biogas, dan makanan ternak.
Namun, Jundika juga mengakui pemanfaatan limbah sawit di Malaysia juga masih menemui sejumlah tantangan, antara lain lokasinya yang terpencil, tingginya kadar air dalam limbah padat, dan belum adanya pembuangan limbah minyak bekas terpadu. Di sisi lain, dukungan pemerintah berupa peraturan dan insentif untuk memanfaatan limbah sawit juga belum optimal.