Lonjakan kasus Covid-19 menyebabkan keterisian tempat tidur di rumah sakit di sejumlah daerah di Pulau Jawa telah melebihi kapasitas. Tingkat kematian pun melonjak.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lonjakan kasus Covid-19 menyebabkan keterisian tempat tidur di rumah sakit di sejumlah daerah di Pulau Jawa telah melebihi kapasitas sehingga menyebabkan tingkat kematian melonjak. Rumah sakit juga mulai kesulitan mendapatkan oksigen dan tenaga kesehatan. Ini karena tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 dan meninggal terus bertambah.
Kolapsnya layanan kesehatan ini disampaikan Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam pertemuan daring pada Jumat (25/6/2021). ”Kondisi di rumah sakit saat ini lebih buruk dibandingkan Januari lalu. Sementara ini kolapsnya di Jawa. Tetapi, selama belum ada pembatasan perjalanan yang ketat, hal ini akan beranjak ke Sulawesi dan Sumatera. Saat ini mulai ada kenaikan di Sulawesi Selatan,” kata Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaedi.
Adib mengatakan, penambahan tempat tidur saja tidak akan bisa mengatasi kolapsnya layanan kesehatan di Pulau Jawa. Harus ada pengaturan sumber daya manusia guna mencegah terjadinya kelelahan, yang justru bisa meningkatkan risiko bagi tenaga kesehatan. Apalagi, saat ini jumlah tenaga kesehatan yang terpapar dan meninggal karena Covid-19 kembali meningkat.
Kalau bicara BOR sudah lebih 100 persen, kita sudah kolaps sebenarnya.
Hingga akhir Mei lalu, menurut Adib, jumlah dokter yang meninggal karena Covid-19 sebanyak 374 orang dan hingga Juni ini sudah ada tambahan 27 dokter yang meninggal sehingga menjadi 401 korban jiwa. ”Gambaran ini memperlihatkan jumlah dokter yang meninggal meningkat pada bulan Juni,” kata Adib.
Ia mengatakan, dari 61 dokter yang meninggal selama periode Februari hingga Mei 2021, sebanyak 14 orang atau 23 persen sudah mendapatkan vaksin lengkap. Sisanya masih didalami. Sebagian besar korban jiwa juga punya komorbid dan berusia di atas 65 tahun.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, penambahan kasus Covid-19 harian mencapai 18.872 orang dan kematian bertambah 422 orang. Penambahan kematian ini merupakan yang tertinggi ketiga sejak pandemi Covid-19.
Situasi di Jawa
Ketua IDI Jawa Barat Eka Mulyana mengatakan, banyak rumah sakit di Jawa Barat memiliki tingkat keterisian hingga 100 persen. ”Bahkan di Kota Bandung sampai ada yang 103 persen. Ini jauh di atas 60 persen standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia). Kalau bicara BOR (tingkat keterisian tempat tidur) sudah lebih 100 persen, kita sudah kolaps sebenarnya,” katanya.
Eka menambahkan, antrean pasien terus membeludak di depan IGD sejumlah RS. Bahkan, ada pasien yang sudah beberapa hari di IGD yang berupa tenda darurat. ”Juga ada laporan dari salah satu direktur rumah sakit di Kota Bandung, sudah kesulitan ventilator dan oksigen,” ujarnya.
Menurut dia, tingginya tingkat keterisian rumah sakit ini berpengaruh besar terhadap pelayanan dan kondisi tenaga medis. ”Di Jabar yang sedang terpapar, baik dirawat atau isolasi mandiri sekarang ada 70 orang dan meningkat terus. Bahkan di satu RSUD ada 11 dokter dari berbagai spesialis yang terpapar dalam waktu bersamaan terpapar,” katanya.
Situasi serupa terjadi di Yogyakarta. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 IDI Yogyakarta Tri Widjaja mengatakan, ada 150 dari 3.000 dokter di Yogyakarta yang terkonfirmasi Covid-19. ”Jumlahnya terus bertambah dan yang meninggal ada dua orang. Ini paparannya sangat cepat naiknya,” katanya.
Menurut Tri, kondisi rumah sakit di Yogyakarta saat ini juga sudah penuh dan kekurangan pasokan oksigen. ”Kami sudah meminta bantuan ke dinas kesehatan dan supplier oksigen, memang ada kendala produksi karena listriknya terkendala,” ujarnya.
Pasokan oksigen yang menipis juga disampaikan Sekretaris Tim Mitigasi IDI Jawa Tengah Sigid Kirana. ”Ini karena permintaan yang meningkat tinggi dibandingkan pasokan dan stok yang ada. Apalagi, selama ini stok rumah sakit hanya 10 persen, sisanya untuk industri,” katanya.
Selain persoalan oksigen ini, menurut dia, banyaknya tenaga kesehatan yang tertular juga menjadi kendala dalam penambahan kapasitas layanan rumah sakit. Sampai pertengahan Juni ada 846 dokter di Jawa Tengah yang terpapar Covid-19 dan yang sembuh 628 orang. ”Saat ini yang masih dirawat 60 orang dan isolasi mandiri 90 orang,” ucapnya.
Lonjakan kasus kali ini, menurut Sigid, semakin terasa di Jawa Tengah. Bahkan, rumah sakit di Kota Semarang mulai mendirikan tenda darurat, termasuk RSUP Dr Kariadi. ”Padahal, ruangan di rumah sakit sudah diprioritaskan untuk pasien Covid-19. Pembatasan operasi dan rawat jalan juga sudah dilakukan untuk menampung pasien covid-19,” katanya.
Meski demikian, situasi di Kudus, Jawa Tengah, yang sebelumnya kolaps menghadapi lonjakan kasus saat ini mulai stabil. Ketua IDI Kudus Ahmad Syaiful mengatakan, lebih dari 500 tenaga kesehatan di Kudus terpapar Covid-19. ”Kondisinya yang meninggal 1 dokter, 2 perawat, dan 1 ahli gizi. Lainnya 90 persen sudah kembali beraktivitas, termasuk saya yang sebelumnya positif,” kata Ahmad.
Sementara dokter yang dirawat masih ada 3 orang dan isolasi mandiri 3 orang juga. ”Untuk keterisian rumah sakit saat ini 80-85 persen. Kebetulan di Kudus, di awal lonjakan itu, semua diminta menambah kapasitas sampai 50 persen dari jumlah tempat tidur. Namun, untuk penambahan kasus masih fluktuatif, tetapi cenderung ada penurunan,” ujarnya.