Jumlah harian kasus Covid-19 bertambah 20.574 orang. Hal ini merupakan rekor tertinggi selama pandemi. Tingginya penularan mengakibatkan fasilitas kesehatan makin kewalahan menangani pasien.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus Covid-19 kembali melaju dengan penambahan 20.574 kasus baru, yang merupakan rekor tertinggi selama pandemi. Dengan jumlah tes masih di bawah standar, tingkat penularan di komunitas yang belum ditemukan dipastikan jauh lebih tinggi sehingga bisa memicu ledakan kasus lebih tinggi.
Laporan Kementerian Kesehatan, Kamis (24/6/2021), menyebutkan, penambahan kasus harian sebanyak 20.574 ini didapatkan dari 20.055 pemeriksaan dengan reaksi berantai polimerase (PCR) dan 459 tes cepat molekular (TCM), serta 44.785 tes cepat antigen. Positivity rate harian dengan PCR secara nasional mencapai 44,37 persen, masih lebih tinggi daripada rata-rata mingguan 36,8 persen.
”Dengan situasi saat ini, saya khawatir kondisi di Indonesia bisa lebih buruk atau setidaknya sama dengan India. Dalam beberapa hal, situasi prakondisi penanganan di India sebelum terjadi tsunami Covid-19 beberapa waktu lalu lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia,” kata epidemiolog Indonesia di Griffith University, Dicky Budiman, saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (24/6/2021).
Dalam beberapa hal, situasi prakondisi penanganan di India sebelum terjadi tsunami Covid-19 beberapa waktu lalu lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia.
Angka kasus harian yang dilaporkan saat ini masih jauh dari kondisi penularan sesungguhnya di komunitas. Hal ini karena cakupan tes yang amat rendah dan sebarannya tidak merata. ”Tes yang tinggi merupakan prasyarat memetakan penularan, yang seharusnya diikuti dengan pelacakan dan kemudian kecepatan untuk isolasi untuk memutus rantai penularan,” tuturnya.
Dicky mengingatkan, sekalipun sudah ada upaya penambahan kapasitas tempat tidur dan percepatan vaksinasi, hal ini tidak akan bisa membendung lonjakan kasus yang saat ini diduga sudah didominasi varian baru SARS-CoV-2, Alfa dan Delta, yang jauh lebih menular.
”Saat ini belum puncak dan kita lihat fasilitas kesehatan sudah kolaps dan banyak orang mati saat antre di IGD (instalasi gawat darurat). Di bulan Juli nanti kalau tidak ada pembatasan mobilitas secara ketat dan tesnya benar, kasus harian bisa mencapai 300.000-400.000. Ini bakal menjadi tragedi,” ujarnya.
Sebelumnya, dalam wawancara dengan Kompas, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah memastikan kecukupan jumlah tempat tidur, ketersediaan obat, sumber daya manusia, alat pelindung diri, dan oksigen. Dari 82.000 tempat tidur yang tersedia secara nasional, 57.000 tempat tidur sudah terisi. ”Masih ada cadangan tempat tidur yang belum terpakai,” katanya.
Penambahan tempat tidur terus dilakukan, terutama di daerah dengan tingkat keterisian tinggi, seperti DKI Jakarta (85 persen). Sejumlah rumah sakit pun dikonsentrasikan untuk menangani pasien Covid-19. ”Khusus DKI Jakarta akan ada dua rumah sakit yang digunakan khusus menangani pasien Covid-19, RS Persahabatan dan RS Sulianti Saroso. Strategi serupa bisa dilakukan di daerah lain,” katanya.
Menurut Dicky, selain penguatan kapasitas rumah sakit, pemerintah wajib menjalankan tugasnya dalam meningkatkan tes dan lacak. ”India itu tes dan tracing jauh lebih bagus dibandingkan dengan Indonesia. Mereka bahkan pernah mencapai kondisi positivity rate sekitar 5 persen, bahkan di New Delhi bisa di bawah 5 persen. Pada saat itu, tes di India bisa mencapai 1 juta per hari. Artinya, prakondisi mereka lebih baik dibandingkan dengan Indonesia,” katanya.
Dicky menambahkan, India pernah melakukan penguncian dan memiliki tim lacak yang menjangkau ke rumah-rumah dengan ribuan kader. ”Sayangnya, itu kemudian dihentikan karena mereka merasa menang perang lantaran kasus mereka lalu turun sehingga mengalami ledakan kasus. Kita malah belum pernah berperang dengan benar karena kasus kita tidak pernah benar-benar turun,” tuturnya.
Semakin ke pedalaman
Sementara itu, penularan Covid-19 saat ini juga makin dalam ke kawasan suburban. Kepala Puskesmas Ciwaruga, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Indria mengatakan, kasus Covid-19 di wilayahnya terus meningkat tinggi dan itu sangat mengkhawatirkan karena keterbatasan sumber daya. ”Saat ini seminggu sudah ada penambahan 200 kasus positif dan bahkan pernah dalam sehari 50 orang positif,” ujarnya.
Dari jumlah kasus positif ini, rata-rata 5-10 per hari dalam kondisi menengah hingga berat yang butuh perawatan ke rumah sakit. ”Padahal, rumah sakit sudah penuh semua. Kami tidak bisa lagi merujuk pasien dan hanya bisa menyarankan keluarga membawa langsung ke IGD, akhirnya terjadi penumpukan di sana,” katanya.
Dengan kondisi ini, Indria khawatir tingkat kematian pasien di rumah selama isolasi mandiri akan meningkat. Apalagi, sebagian orang tidak melaporkan ke puskesmas jika positif Covid-19. Sebelumnya, akhir bulan lalu, terjadi kematian pasien positif Covid-19 di wilayahnya yang isolasi mandiri.