Aplikasi untuk Mempermudah Manajemen Pasien Geriatri
Tim peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengembangkan aplikasi pengkajian paripurna pasien geriatri atau lanjut usia. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penanganan pasien.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·5 menit baca
Prosedur pengkajian paripurna pasien geriatri wajib dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan dalam menangani pasien geriatri atau lanjut usia. Namun, pada praktiknya, prosedur ini amat kompleks. Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kemudian mengembangkan Aplikasi SMART Lansia Indonesia yang bertujuan untuk memudahkan praktik prosedur ini bagi para tenaga kesehatan.
Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Menurut laporan Statistik Penduduk Lanjut Usia tahun 2020 dari Badan Pusat Statistik, saat ini terdapat 26,82 juta warga lansia di Indonesia atau 9,92 persen dari total populasi.
Isu kesehatan menjadi penting di tengah meningkatnya jumlah warga lansia di Indonesia. Sebab, hasil Riset Kesehatan Dasar dari Kementerian Kesehatan pada 2018 menunjukkan, masalah kesehatan terbanyak dialami oleh warga lansia. Masalah kesehatan itu antara lain hipertensi (63,5 persen), diabetes militus (5,7 persen), penyakit jantung (4,5 persen), stroke (4,4 persen), dan penyakit lainnya, termasuk demensia.
Presiden Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi) Siti Setiati dalam webinar Lansia dalam Perspektif Kesehatan Nasional, beberapa waktu lalu, menuturkan, geriatri cenderung menderita banyak penyakit atau multimorbiditas. Mereka juga mengalami persoalan psikososial yang kompleks, seperti depresi dan demensia, serta membutuhkan bantuan orang lain.
”Dalam satu jurnal disebutkan, warga lansia dengan frailty (kerentanan) berisiko tinggi mengalami ketergantungan, perawatan berulang, jantung dan patah tulang, hingga kematian. Kerentanan ini juga dihubungkan dengan meningkatnya lama rawat dan sangat kompleks memulangkan pasien seperti ini,” ujarnya.
Dalam penatalaksanaan masalah kesehatan geriatri yang kompleks, tenaga kesehatan sangat bergantung pada pengkajian paripurna pasien geriatri (P3G). P3G merupakan prosedur untuk mengevaluasi pasien geriatri secara multidimensi. Evaluasi dimulai dari mengurai semua masalah pasien dan aset pasien, mengidentifikasi jenis pelayanan yang dibutuhkan, hingga mengembangkan rencana asuhan secara terkoordinasi.
Prosedur ini wajib dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan dalam menangani pasien geriatri. Namun, pada pelaksanaannya, pendekatan ini memerlukan waktu, usaha, dan pengetahuan lebih. Bahkan, tidak jarang implementasinya menimbulkan resistensi di kalangan medis.
Guna memudahkan praktik P3G bagi tenaga kesehatan, para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) kemudian mengembangkan Aplikasi SMART Lansia Indonesia (ASLI). Pengembangan aplikasi ini juga bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Pergemi.
Ketua tim peneliti pengembangan ASLI, Purwita Wijaya Laksmi, menyampaikan, dalam melakukan pendekatan klinis pasien geriatri tidak bisa disamakan dengan pasien dengan usia yang relatif muda. Sebab, pasien geriatri cenderung sudah mengalami sejumlah penurunan fungsi organ fisik dan kejiwaan, termasuk daya ingatan.
”Untuk mengetahui status pasien geriatri, butuh analisis dengan instrumen khusus, seperti kuesioner berlembar-lembar, agar bisa dievaluasi dan dilakukan secara manual. Kondisi ini cukup merepotkan tenaga kesehatan. Dari sinilah kami memikirkan perlunya digitalisasi agar proses evaluasi lebih mudah dan cepat,” ujarnya, di Jakarta, Minggu (20/6/2021).
Fitur dan instrumen
Menurut Purwita, konsep penggunaan ASLI menyerupai kalkulator medis untuk merangkum dan menganalisis penurunan fungsi organ tubuh pasien. Namun, fitur dan instrumen dalam aplikasi ini disusun khusus untuk proses P3G. Semua fitur, instrumen, dan tata cara juga menggunakan bahasa Indonesia untuk memudahkan pengoperasian.
ASLI memiliki empat fitur dengan sejumlah instrumen yang disusun dari hasil kajian dan studi literatur panjang. Empat fitur tersebut yakni pemeriksaan P3G terintegrasi, kalkulator P3G, penyimpanan data pasien, dan export data dalam bentuk PDF.
Untuk mengetahui status pasien geriatri, butuh analisis dengan instrumen khusus, seperti kuesioner berlembar-lembar, agar bisa dievaluasi dan dilakukan secara manual.
Dalam fitur kalkulator P3G, tenaga kesehatan juga bisa langsung melakukan berbagai macam pengkajian yang kerap digunakan dalam proses P3G. Pengkajian itu meliputi masalah medis, status fungsional, kognitif, psikoafektif, gizi, sarkopenia, kerentanan, risiko jatuh, dukungan sosial, kualitas hidup, gawat darurat, nyeri, dan polifarmasi.
Para peneliti di FKUI mulai menyusun kajian untuk menentukan instrumen ASLI sejak akhir 2019. Beberapa kegiatan dalam kajian itu di antaranya dengan melakukan korespondensi dan administrasi perizinan penggunaan instrumen P3G, menentukan alur dan rencana model serta platform yang diinginkan, hingga mengadakan diskusi grup terfokus (FGD) dengan sejumlah mitra.
”Instrumen dalam aplikasi ini memang yang biasa dan lazim digunakan secara internasional dan dalam negeri. Selanjutnya, kami meminta calon pengguna untuk me-review aplikasi ini dan hasilnya direvisi lagi dari sisi teknis oleh tim teknologi informasi agar lebih user friendly (mudah digunakan),” kata Purwita.
Anggota tim peneliti ASLI, Prasandhya Astagiri Yusuf, menjelaskan, sebelum menggunakan ASLI, tenaga kesehatan terlebih dahulu mengunduh aplikasi ini secara gratis di Play Store untuk pengguna Android dan melakukan registrasi. Kemudian dokter dan perawat dapat melakukan proses P3G dengan menanyakan sejumlah pertanyaan yang telah tersedia dalam fitur ASLI kepada pasien dan langsung mengisi jawabannya di aplikasi tersebut.
Seluruh data pasien hasil proses P3G kemudian akan terekam dalam aplikasi milik akun tenaga kesehatan tersebut. Agar kerahasiaan data pasien terjamin keamanannya, aplikasi ini tidak terintegrasi dengan sistem penyimpanan komputasi awan (cloud). Jadi, data pasien hanya bisa diakses oleh pengguna aplikasi. Sistem pengiriman data pasien juga hanya bisa dilakukan lewat surat elektronik (e-mail).
”Data bisa di-export (dikirim) dalam bentuk PDF agar tidak bisa diubah-ubah oleh orang lain. Jadi, datanya sudah dalam bentuk summary (rekapitulasi) hasil pemeriksaan yang dilengkapi tanggal dan nama pemeriksanya serta pasiennya,” ujar Prasandhya yang juga Ketua Kluster Medical Technology Indonesian Medical Education and Research Institute FKUI.
Data tersebut juga bisa digunakan sebagai rujukan pasien ke dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Manajemen pasien geriatri akan lebih efisien karena tenaga kesehatan tidak perlu melakukan proses P3G ulang yang sangat kompleks.
Saat ini pengembangan ASLI baru fokus untuk digunakan tenaga kesehatan karena membutuhkan ilmu dan pemahaman khusus. Namun, ke depan, tim peneliti akan mengembangkan dan memperbarui fitur dalam aplikasi sehingga bisa digunakan dengan mudah oleh orang awam sehingga pasien dapat mengisi sendiri pertanyaan seputar P3G.