Paparan Polusi Udara Selama Kehamilan Tingkatkan Risiko Obesitas Bayi
Hasil studi terbaru menunjukkan, perempuan yang terpapar polusi udara tingkat tinggi selama kehamilan berpotensi meningkatkan risiko obesitas pada bayi dan dapat memicu penyakit lainnya ke depan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Udara dengan kualitas buruk dan tercemar partikel kimia tidak hanya berbahaya bagi kesehatan pernapasan seseorang. Hasil studi terbaru menunjukkan, perempuan yang terpapar polusi udara tingkat tinggi selama kehamilan meningkatkan risiko obesitas pada bayi dan dapat memicu penyakit lainnya ke depan.
Dalam penelitian yang dilakukan para peneliti di University of Colorado Boulder, Amerika Serikat, wanita hamil yang merokok atau terpapar polusi udara secara kronis cenderung memiliki bayi dengan berat lahir yang lebih kecil. Hasil studi laporan ini terbit di jurnal Environmental Health, 5 Juni 2021.
Meski berat bayi saat lahir lebih kecil, pada tahun pertama kehidupan bayi-bayi tersebut cenderung mengalami peningkatan berat badan dengan sangat cepat. Sementara peningkatan berat badan di awal kehidupan secara cepat memiliki keterkaitan dengan penyakit diabetes, jantung, dan masalah berat badan pada masa kanak-kanak serta remaja.
”Pada periode ini, selama kehamilan ataupun segera setelah lahir, merupakan jendela perkembangan yang penting. Paparan partikel kimia yang merugikan dapat membuat bayi memiliki sejumlah masalah kesehatan di kemudian hari,” ujar penulis utama laporan tersebut William Patterson dikutip dari situs resmi University of Colorado Boulder, Jumat (18/6/2021).
Para peneliti memantau 123 pasangan ibu dan bayi hispanik (keturunan Spanyol) dari Mother\'s Milk Study, Los Angeles, untuk mengidentifikasi bagaimana polutan spesifik berdampak pada pertumbuhan bayi. Dari hasil pemantauan, sekitar sepertiga bayi memiliki berat badan normal sebelum hamil, sepertiga kelebihan berat badan dan sepertiga obesitas.
Paparan partikel kimia yang merugikan dapat membuat bayi memiliki sejumlah masalah kesehatan di kemudian hari.
Para peneliti kemudian menggunakan data dari Sistem Kualitas Udara Badan Perlindungan Lingkungan AS yang mencatat data mutu udara per jam dari stasiun pemantauan ambien. Data ini digunakan untuk mengukur paparan polutan sebelum kelahiran bayi terhadap empat jenis polutan, yakni nitrogen dioksida, ozon, serta partikel berukuran lebih kecil dari 2,5 dan 10 mikron (PM2,5 dan PM10).
Setelah itu, para peneliti kembali memantau perkembangan bayi-bayi tersebut secara berkala. Pemantauan yang dilakukan tidak sebatas mengukur berat dan tinggi badan mereka, tetapi juga berapa banyak lemak dalam tubuh dan lokasinya.
”Kami menemukan bahwa paparan yang lebih besar terhadap polusi udara ambien prenatal memiliki kaitan dengan perubahan berat badan dan adipositas atau kegemukan tubuh. Ini terjadi dalam enam bulan pertama kehidupan bayi,” kata Patterson.
Dalam beberapa kasus, paparan polusi udara memiliki dampak berbeda pada bayi laki-laki dan perempuan. Paparan kombinasi ozon dan nitrogen dioksida dalam rahim memiliki kaitan dengan pertumbuhan yang lebih cepat di sekitar pinggang pada bayi perempuan. Sementara pada bayi laki-laki, akumulasi lemak lebih besar di sekitar bagian tengah tubuh.
Risiko penyakit
Petterson menegaskan, selain jumlah, mengetahui titik pertumbuhan lemak sangat penting dalam memantau perkembangan bayi. Sebab, pada orang dewasa, kelebihan lemak di sekitar bagian tengah tubuh berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes.
Selain itu, para peneliti percaya polutan tersebut dapat berefek pada organ paru-paru dan berpotensi menyebabkan peradangan sistemik. Di sisi lain, polutan akan memengaruhi proses metabolisme ibu hamil sehingga memengaruhi perkembangan janin.
Meski demikian, Petterson dan peneliti lain menyadari bahwa penelitian ini baru mencakup ukuran sampel yang relatif kecil, yakni ibu Hispanik. Penelitian lanjutan dengan sampel lain perlu dilakukan untuk mengonfirmasi hasil penelitian ini juga berlaku untuk populasi lain.
Asisten profesor di Departemen Fisiologi Integratif University of Colorado Boulder, Tanya Alderete menyatakan, adanya tingkat obesitas dalam satu kelompok tertentu tidak hanya dipengaruhi oleh gaya hidup seseorang seperti konsumsi kalori atau intensitas olahraga. Hasil studi ini menunjukkan adanya hubungan antara lingkungan dan tingkat obesitas tersebut.
Para peneliti pun merekomendasikan wanita hamil untuk mengambil tindakan pencegahan ekstra dengan meminimalkan paparan polusi udara. Sejumlah upaya yang dapat dilakukan, yakni menutup jendela dan tidak berolahraga di luar ruangan pada saat polusi udara tinggi serta menghindari aktivitas di sepanjang jalan raya yang sibuk.