Umur Maksimal Manusia Diperkirakan Hanya 150 Tahun
Seiring dengan kian sejahteranya masyarakat, majunya teknologi kedokteran, dan akses layanan kesehatan yang membaik, usia harapan hidup manusia pun terus bertambah. Akan tetapi, umur manusia ada batasnya.
Pujangga Indonesia, Chairil Anwar, pernah berkata, ”Aku mau hidup seribu tahun lagi.” Meningkatnya kesejahteraan masyarakat membuat usia harapan hidup manusia terus bertambah seiring waktu. Namun, untuk hidup 1.000 tahun lagi, sepertinya mustahil dilakukan.
Awal abad ke-19 atau awal tahun 1800-an, usia harapan hidup manusia di seluruh dunia kurang dari 40 tahun. Kemiskinan dan rendahnya pengetahuan kesehatan membuat manusia sulit berumur panjang.
Namun, pada 150 tahun kemudian, seperti dikutip dari Our World in Data, usia harapan hidup warga Eropa, Amerika Utara, Oseania, Jepang, dan sejumlah negara Amerika Selatan sudah mencapai hampir 60 tahun. Meski demikian, di sejumlah negara miskin, usia harapan hidupnya masih kurang dari 30 tahun. Di masa itu, usia harapan hidup warga Norwegia sudah mencapai 72 tahun, tetapi warga Mali baru 26 tahun.
Terus meningkatnya kesejahteraan, membaiknya pengetahuan dan layanan kesehatan, serta turunnya angka kematian bayi membuat usia harapan hidup manusia terus bertambah.
Baca Juga: Menyingkap Rahasia Panjang Umur
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019 menyebut rata-rata usia harapan hidup global telah mencapai 73,4 tahun. Jumlah itu naik signifikan dengan usia harapan hidup warga dunia yang pada 2000 baru mencapai 66,8 tahun. Di tahun 2019, usia harapan hidup orang Jepang sudah mencapai 84,6 tahun, tetapi di sejumlah negara Afrika masih mencapai 53 tahun.
Perlahan, tetapi pasti, usia harapan hidup manusia terus bertambah. Namun, apakah pertambahan usia harapan hidup itu ada batasnya? Sampai usia berapa manusia bisa bertahan hidup?
Studi terbaru yang dilakukan Timothy V Pyrkov dan rekan yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications, 25 Mei 2021, memprediksi manusia hanya bisa hidup hingga usia 120 sampai 150 tahun.
Setelah sampai pada batas absolut itu, tubuh manusia tidak akan mampu memperbaiki dirinya sendiri. Di saat itu, tubuh manusia akan kehilangan kemampuan untuk memulihkan diri dari stres atau tekanan akibat penyakit dan cedera hingga akhirnya menimbulkan kematian.
Ini (batas maksimal umur manusia) memang hanya dugaan, tetapi didasarkan pada perhitungan yang baik.
Bagaimanapun, penuaan merupakan manifestasi dari penurunan fungsi tubuh secara eksponensial dan peningkatkan kejadian penyakit kronik yang terkait dengan umur serta penyakit tertentu yang menyebabkan kematian.
”Ini (batas maksimal umur manusia) memang hanya dugaan, tetapi didasarkan pada perhitungan yang baik,” kata Judith Campisi, profesor di Institut Buck untuk Riset Penuaan di Novato, California, Amerika Serikat, yang tidak terlibat dalam penelitian, seperti dikutip Livescience, Jumat (28/1/2021).
Prediksi batas umur manusia itu diperoleh tim peneliti berdasarkan data tes darah anonim terhadap lebih dari 500.000 orang di AS, Inggris, dan Rusia. Dari darah tersebut, peneliti mengukur dua hal yang sering dianggap sebagai penanda biologis penuaan, yaitu rasio dari dua jenis sel darah putih berbeda yang berfungsi melawan penyakit dan variabilitas ukuran sel darah merah.
Sama seperti uban pada rambut, Dekan Sekolah Kedokteran Kirk Kerkorian di Universitas Nevada, Las Vegas, Amerika Serikat, yang juga tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan, kedua hal yang diukur dalam darah itu juga akan bertambah seiring meningkatnya usia.
Data darah yang dikumpulkan kemudian dibuat pemodelan komputer guna menentukan indikator dinamik keadaan organisme (dynamic organism state indicator/ DOSI). Indikator ini kemudian digunakan untuk mengukur umur biologis setiap orang yang bisa dipakai menggambarkan kemampuan seseorang memulihkan diri dari penyakit atau cedera.
Baca Juga: Mereka yang Hidup Satu Abad Lebih
Umur biologis adalah umur seseorang yang ditentukan berdasar kondisi sel-sel dalam tubuh, sedangkan umur yang ditentukan berdasar tanggal lahir disebut umur kronologis. Bisa saja orang yang punya umur kronologis muda, tetapi umur biologisnya lebih tua. Namun, bisa juga sebalikya.
Dari pemodelan matematis itulah, peneliti menemukan bahwa, antara umur 120 tahun hingga 150 tahun, ketahanan tubuh untuk pulih dari penyakit dan cedera akan berhenti hingga manusia tidak dapat bertahan hidup lagi.
Studi ini bukanlah yang pertama memprediksi kemampuan hidup manusia atau seberapa lama manusia bisa bertahan hidup. Studi Jan Vijg yang dipublikaiskan di jurnal Nature tahun 2016 juga menunjukkan umur maksimal manusia adalah 125 tahun. Meski demikian, banyak ahli berpendapat tidak ada batasan akhir pada umur manusia.
Menua dengan sehat
Meski prediksi menunjukkan manusia hanya bisa hidup sampai umur 150 tahun, Campisi menegaskan, angka itu tidak menunjukkan apa-apa tentang kualitas hidup manusia saat tua. Panjang umur tidak akan memberi manfaat besar jika masa tua itu dihabiskan dengan menderita berbagai penyakit.
Karena itu, selama beberapa tahun terakhir, ilmuwan lebih menekankan jumlah tahun sehat untuk mengukur kondisi kesehatan masyarakat. ”Perhitungan ini memiliki dampak yang sangat besar, jauh melebihi masa hidup manusia,” katanya.
Berdasarkan data WHO, usia harapan hidup manusia Indonesia saat lahir pada 2019 telah mencapai 71,31 tahun, naik signifikan dibandingkan tahun 2000 yang baru mencapai 67,17 tahun. Sementara usia harapan hidup sehat Indonesia pada 2000 baru mencapai 59 tahun dan naik jadi 63 tahun pada 2019.
Dengan data itu, ada selisih sekitar delapan tahun. Itu berarti penduduk Indonesia rata-rata menghabiskan delapan tahun waktunya dalam kondisi sakit.
Baca Juga: Mari Menua dengan Sukses
Bandingkan dengan Jepang. Usia harapan hidup di Jepang pada 2000 sudah mencapai 81,1 tahun dan naik lagi jadi 84,3 tahun pada 2019. Adapun usia harapan hidup sehat Jepang sudah mencapai 72 tahun pada 2000 dan 74 tahun pada 2019. Meski usia sehat orang Jepang lebih tinggi dari Indonesia, mereka juga mengalami masa sakit yang lebih panjang, yakni sekitar 10 tahun.
Masa tua yang sehat akan berdampak besar bukan hanya bagi warga lanjut usia, melainkan juga berimbas positif bagi ekonomi, khususnya terkait biaya kesehatan dan sumber daya kesehatan lain, saat mereka sudah tidak produktif lagi.
Studi Pyrkov ini diharapkan bisa jadi pijakan bagi manusia agar mampu menemukan mekanisme untuk meningkatkan ketahanan tubuhnya guna memulihkan diri dari penyakit dan cedera. Dengan demikian, manusia bisa hidup lebih lama lagi.
Baca Juga: Bom Waktu Kependudukan Korea Selatan
Namun, meningkatkan ketahanan tubuh manusia itu tidaklah mudah. Menurut Khan, upaya itu hanya bisa dilakukan dengan membuat membuat organ manusia mekanik atau menemukan cara untuk bisa memprogram ulang sel-sel manusia yang menua. Konsep ini baru bisa ditemukan di cerita-cerita fiksi ilmiah semata.
Campisi menambahkan, pada dasarnya rentang hidup manusia sangat bervariasi dan terkadang sulit digeneralisasi. Meski demikian, semua manusia akan mati. Banyak hal yang memengaruhi panjang pendeknya umur manusia, mulai dari kondisi biologis, pola diet, hingga tingkat pendapatan.
Karena itulah, penting untuk terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara komprehensif, mulai dari peningkatan pendapatan, pendidikan, atau akses terhadap layanan kesehatan. Makin sejahtera manusia, makin panjang pula usia harapan hidup dan usia harapan hidup sehatnya.