Kejar Cakupan Imunisasi Dasar dan Lanjutan pada Anak
Vaksinasi rutin harus tetap dijalankan atau di-reinisiasi selama pandemi Covid-19. Ini untuk melindungi setiap individu dan komunitas dari kejadian luar biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama pandemi Covid-19, cakupan imunisasi pada anak menurun, baik imunisasi dasar lengkap maupun imunisasi lanjutan. Ikatan Dokter Anak Indonesia pun mendorong agar pelaksanaan ”imunisasi kejar” bisa dilakukan lebih masif. ”Imunisasi kejar” ini bisa diberikan dengan vaksin kombinasi ataupun imunisasi ganda.
Menurunnya cakupan imunisasi di Indonesia terlihat dari data Kementerian Kesehatan terkait cakupan imunisasi dasar lengkap dan imunisasi lanjutan pada 2019-2020. Pada 2020 jumlah daerah yang target imunisasi dasar lengkapnya kurang dari 80 persen tercatat sebanyak 234 kabupaten/kota. Jumlah ini meningkat dari 2019 yang tercatat sebanyak 136 kabupaten/kota. Sementara untuk daerah dengan target imunisasi dasar lengkap yang lebih dari 92,9 persen menurun dari 255 kabupaten/kota pada 2019 menjadi 152 kabupaten/kota pada 2020.
Penurunan cakupan imunisasi juga terjadi pada imunisasi lanjutan pada anak bawah dua tahun. Pada imunisasi campak rubela, daerah yang mencapai target imunisasi kurang dari 80 persen meningkat dari 224 kabupaten/kota pada 2019 menjadi 267 kabupaten/kota pada 2020.
”Vaksinasi rutin harus tetap dijalankan atau di-reinisiasi selama pandemi Covid-19. Itu diperlukan untuk melindungi setiap individu dan komunitas dari KLB (kejadian luar biasa) PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi),” ujar Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cissy B Kartasasmita di Jakarta, Kamis (29/4/2021).
Ia mengatakan, dengan banyaknya anak yang belum mendapatkan imunisasi akibat dampak pandemi, harus segera dilakukan imunisasi kejar. Imunisasi ini diberikan kepada anak dari usia yang seharusnya dijadwalkan untuk menyusulkan imunisasi yang sebelumnya tertunda.
Idealnya, imunisasi kejar harus dilakukan berdasarkan catatan riwayat imunisasi anak. Jika tidak ada catatan yang tersimpan, imunisasi ini diberikan sesuai dengan usia anak. Imunisasi kejar diperlukan untuk memberikan proteksi optimal terhadap penyakit pada jangka waktu yang singkat dengan hasil yang tetap optimal.
”Untuk mengejar imunisasi bisa diberikan vaksin kombinasi dan imunisasi ganda. Jadwal pemberian vaksin pun bisa dipersingkat. Imunisasi kejar ini harus segera dilakukan pada anak yang belum lengkap mendapatkan imunisasi,” kata Cissy.
Pada masa pandemi, pelayanan imunisasi harus tetap diupayakan dan dilaksanakan sesuai jadwal untuk melindungi anak kita dari ancaman KLB PD3I. (Prima Yosephine Hutapea)
Vaksin kombinasi merupakan vaksin yang mengandung beberapa jenis vaksin untuk beberapa penyakit, seperti vaksin DPT yang terdiri dari vaksin difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin ini bisa diberikan pada sekali suntikan.
Sementara untuk imunisasi ganda, pemberiannya bisa lebih dari satu suntikan dalam satu kali kunjungan. Imunisasi ini bertujuan untuk mempercepat perlindungan ke anak serta meningkatkan efisiensi pelayanan sehingga anak tidak perlu datang berulang kali ke fasilitas kesehatan.
”Pemberian imunisasi ganda sudah terbukti aman, efektif, dan tidak meningkatkan risiko KIPI (kejadian ikutan pasca-imunisasi) pada anak. Ketidaknyamanan ketika diberikan imunisasi ganda hanya dirasakan dalam waktu singkat,” tutur Cissy.
Ketua Umum IDAI Aman Bhakti Pulungan berharap, orangtua tidak perlu ragu untuk segera mengimunisasi anaknya sesuai dengan jadwal pemberian. Dengan merujuk pada buku KIA (kesehatan ibu dan anak), jadwal imunisasi bisa dipantau dan dicatat dengan baik. Jika jadwalnya terlambat, imunisasi susulan bisa segera dilakukan.
Pelaksana Tugas Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Prima Yosephine Hutapea menyampaikan, pemerintah sudah menerbitkan panduan pelayanan imunisasi yang aman selama pandemi. Panduan itu, antara lain, mengatur sistem pelayanan yang aman dari penularan Covid-19. Imunisasi ganda juga didorong untuk dilakukan agar pelayanan imunisasi bisa lebih efektif dan efisien.
Sejumlah strategi juga sudah dijalankan dalam layanan imunisasi di Indonesia. Strategi itu meliputi pelacakan bayi dan anak usia di bawah dua tahun yang belum lengkap status imunisasinya, melakukan imunisasi kejar untuk melengkapi status imunisasi anak, meningkatkan kompetensi petugas melalui pelatihan virtual, meningkatkan kesadaran orangtua untuk mengimunisasi anaknya, serta memastikan rantai distribusi vaksin yang cukup dan tepat waktu.
”Pada masa pandemi, pelayanan imunisasi harus tetap diupayakan dan dilaksanakan sesuai jadwal untuk melindungi anak kita dari ancaman KLB PD3I. Dukungan dari semua pihak pun menjadi sangat penting untuk keberhasilan program imunisasi saat ini dan di masa depan,” ujar Prima.