Protokol kesehatan diterapkan petugas saat memberikan imunisasi kepada anak di puskesmas. Sebagian warga percaya bahwa kesehatan di puskesmas sudah terjaga, tetapi sebagian lagi masih ragu membawa anak ke puskesmas.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Imunisasi untuk anak-anak di Jakarta dipindah dari sekolah ke puskesmas. Ini dilakukan karena sekolah belum dibuka. Pemerintah menyatakan, imunisasi di puskesmas memperhatikan protokol kesehatan.
Warga Kelurahan Palmerah, Jakarta Barat, Nurlaela (35), menjelaskan, dua anaknya yang kelas I dan kelas VI SD sudah diberi vaksin akhir Agustus lalu. Imunisasi dilakukan di Puskesmas Kelurahan Palmerah.
Ketika mendapat undangan tersebut, Nurlaela sempat khawatir karena puskesmas juga menangani pasien Covid-19. ”Tetapi sekolah meyakinkan, pelaksanaannya menggunakan protokol kesehatan. Anak saya pakai masker dan dikasih pelindung wajah. Di puskesmas juga jaga jarak. Jadi saya merasa aman,” katanya ketika ditemui pada Rabu (9/9/2020) siang.
Guru SDN 2 Kramat Jati, Jakarta Timur, Yati Rohendrayati, menjelaskan, siswa sudah mengikuti imunisasi pertengahan Agustus lalu. Sekolah memberi undangan ke orangtua. Lalu, orangtua membawa anak ke puskesmas. Ada guru juga mendampingi.
”Kan biasa di sekolah, sekarang dipindah ke puskesmas. Kemarin aman-aman saja. Karena mereka digilir jamnya biar tak berkerumun,” katanya.
Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia Handayani menjelaskan, imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah harus tetap diupayakan lengkap sesuai jadwal. Penundaan imunisasi akan memperbesar risiko Kejadian Luar Biasa atau KLB Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Hal ini sejalan dengan rekomendasi Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional.
Dia melanjutkan, imunisasi rutin lanjutan diberikan kepada anak usia sekolah kelas I, II, V, dan VI SD/Ml sederajat. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun pada Agustus untuk imunisasi campak/rubela dan HPV serta pada November untuk imunisasi DT dan Td.
Berhubung sekolah belum dibuka, pemerintah memiliki beberapa strategi. Pertama, dilaksanakan di sekolah. Puskesmas berkoordinasi dengan sekolah untuk jadwal setiap sekolah. Imunisasi juga bisa dilakukan melalui puskesmas keliling jika lokasi sekolah terlalu jauh dari puskesmas penyelenggara.
”Seluruh kegiatan pelayanan imunisasi bagi anak sekolah harus memperhatikan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19, baik bagi petugas maupun anak yang akan mengikuti imunisasi,” tuturnya.
Pilih bidan
Meski pemerintah menjamin penerapan protokol kesehatan di puskesmas, warga Pejompongan, Tanah Abang, Indri Risfayanti (21) tetap khawatir membawa bayinya imunisasi ke puskesmas. Ia lebih memilih imunisasi di bidan yang membuka praktik di sekitar rumahnya.
”Ngeri, Mas. Anakku masih 10 bulan. Enggak berani bawa ke puskesmas. Kalau sebelum Covid-19, memang selalu imunisasi di Puskesmas Tanah Abang,” ujarnya.
Sementara itu, Idayu Adi Rahajeng (35) menyatakan, tiga anaknya diimunisasi oleh dokter spesialis anak, termasuk anak sulungnya yang kini duduk di kelas II SD. ”Kami tak pernah kasih izin imunisasi di sekolah. Dokter spesialis anak anakku sebenarnya membolehkan jika sekolah ada program tersebut. Namun, kami prefer dengan dokter spesialis anak saja,” kata ibu tiga anak yang tinggal di Bekasi, Jawa Barat, ini.