UNESCO Resmi Tetapkan Belitung sebagai Taman Bumi Global
UNESCO menetapkan Geopark Belitong di Kepulauan Bangka Belitung sebagai UNESCO Global Geopark karena tidak hanya memiliki warisan geologi bernilai tinggi, tetapi juga keragaman biologis dan budaya.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Sejumlah wisatawan berlabuh di Pulau Lengkuas, Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu (17/12/2016).
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO menetapkan Geopark Belitong di Kepulauan Bangka Belitung sebagai UNESCO Global Geopark. Geopark atau Taman Bumi Belitong ditetapkan sebagai sebagai UNESCO Global Geopark karena tidak hanya memiliki warisan geologi bernilai tinggi, tetapi juga keragaman biologis dan budaya.
Geopark Belitong ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada Sidang ke-211 Dewan Eksekutif UNESCO yang digelar virtual, Kamis (15/4/2021). Namun, peresmiannya baru akan digelar virtual hari ini, Kamis (22/4/2021).
Melansir dari situs resmi UNESCO, Dewan Eksekutif UNESCO mengakui keberagaman geologis di Pulau Belitung dan lebih dari 200 pulau kecil di wilayah laut seluas 13.000 kilometer persegi itu. Keberagaman tersebut termasuk lanskap, bebatuan, mineral, proses geologis dan tektonik, evolusi bumi, serta 17 obyek wisata di sekitarnya.
Geologi Pulau Belitung yang unik menjadi ekosistem bagi berbagai flora dan fauna yang hanya ditemukan di Pulau Belitung, seperti ikan hampala dan ikan toman.
Keunikan geologi Pulau Belitung terdapat pada situs morfologi pembentukan batu granit pesisir, lava bantal, mineral timah, geologi tektit (billitonite atau batu satam), serta kehadiran beragam batuan beku plutonik. Menurut para ahli geologi, batu satam yang terdapat di Pulau Belitung merupakan batu tektit yang terbentuk akibat tabrakan antara meteor dengan batuan di bumi.
Dari kajian yang pernah ditulis oleh mendiang ahli geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Budi Brahmantyo, umur bebatuan granit di Pulau Belitung diperkirakan mencapai 65-200 juta tahun. Batuan ini merupakan hasil pembekuan magma yang bersifat asam dengan kandungan silika lebih dari 65 persen.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Pemandangan Pulau Batu Belayar, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, Senin (13/6/2016).
Menurut Budi, munculnya bongkahan batu di Belitung ini diawali dari pembekuan granit di bawah permukaan bumi dengan kedalaman puluhan kilometer. Pembekuan ini kemudian digolongkan sebagai batuan beku dalam yang membentuk Batolit.
Batu granit yang sebelumnya dari bawah bumi kemudian muncul ke permukaan akibat proses tektonik. Selama dari dalam perut bumi, tubuh granit mengalami keretakan atau deformasi hingga terjadi proses pelapukan. Setelah itu, erosi atau abrasi mengikisnya selama ribuan tahun hingga batu tersebut terpisah-pisah.
Sementara penelitian ahli isotop dan geologi dari Utrecht University, Harry NA Priem, pada 1975, batu granit Belitung di bagian barat laut telah berusia 208-245 juta tahun dan termasuk dalam Zaman Trias. Lokasi granit dengan usia tertua itu termasuk di Pantai Tanjung Tinggi, Pulau Batu Berlayar, Pulau Kepayang, dan Pulau Lengkuas.
Biologis dan budaya
Geopark Belitong tidak hanya memiliki warisan geologi yang berharga, tetapi juga kekayaan biologis dan budaya. Geologi Pulau Belitong yang unik menjadi ekosistem bagi berbagai flora dan fauna yang hanya ditemukan di Pulau Belitung, seperti ikan hampala dan ikan toman. Sementara keanekaragaman hayati berupa flora digunakan oleh masyarakat Belitung untuk tanaman herbal.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Pengunjung menikmati keindangan pantai dengan batu-batu besarnya di Pantai Tikus, Sungailiat, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Kamis (14/3/2019). Pantai ini menjadi salah satu ikon Kabupaten Bangka sekaligus salah satu tujuan wisata.
Terletak di jalur perdagangan dan migrasi maritim bersejarah, Geopark Belitong menjadi rumah bagi lebih dari 288.000 orang dari beragam budaya, termasuk suku Sawang. Sumber pendapatan utama adalah pertanian, perikanan, dan pertambangan. Kekayaan geologis, biologis, hingga budaya ini membuat Geopark Belitong mendapat nilai tertinggi saat proses pengajuan UNESCO Global Geopark.
Dikutip dari situs resmi Pemerintah Provinsi Bangka Belitung, Gubernur Erzaldi Rosman berharap, diakuinya Geopark Belitong dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Mereka juga perlu mengembangkan ekonomi kreatif karena kunjungan wisatawan diprediksi akan meningkat setelah adanya ketetapan dari UNESCO ini.
Selain Geopark Belitong, Indonesia juga memiliki lima geopark atau taman bumi lainnya yang sudah diakui UNESCO. Lima geopark itu adalah Kaldera Toba (Sumatera Utara), Geopark Ciletuh (Jawa Barat), Gunung Rinjani (Nusa Tenggara Barat), Gunung Sewu (Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur), serta Gunung Batur (Bali).
Kompas
Masyarakat Tionghoa dan Melayu di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hidup harmonis. Mereka disebut-sebut memiliki satu keturunan yang sama sehingga kehidupan kedua etnis itu cukup erat.
Pandemi membuat Dewan Geopark Global UNESCO hanya menilai kandidat yang telah ditangguhkan pada 2017-2019. Evaluasi di situs-situs geologi tersebut telah dilakukan sebelum adanya pandemi. Pemohon juga mengajukan laporan tambahan yang memberikan informasi selama evaluasi sebelumnya oleh Dewan Eksekutif UNESCO.
Pada sidang Dewan Eksekutif UNESCO pekan lalu juga ditetapkan tujuh geopark dari negara lain sehingga total ada 169 geopark di 44 negara. Tujuh geopark itu antara lain Vestjylland (Denmark), Saimaa (Finlandia), Thuringia Inselsberg-Drei Gleichen (Jerman), Grevena-Kozani (Yunani), Aspromonte (Italia), dan Majella (Polandia).